close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Film One Cut of the Dead diputar pertama kali di bioskop di Tokyo, Jepang. /imdb.com.
icon caption
Film One Cut of the Dead diputar pertama kali di bioskop di Tokyo, Jepang. /imdb.com.
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 01 Desember 2018 22:10

One Cut of The Dead : Cerita segar dibalut teknik apik

Sejak diputar di 200-an bioskop di Jepang pada Maret 2018, sutradara Shinichiro Ueda meraih pendapatan kotor hingga 800 juta yen.
swipe

Film ini dibuka dengan adegan zombi bernama Ko (Kazuaki Nagaya) yang menyerang seorang perempuan bernama Chinatsu (Yuzuki Akiyama). Lalu, perempuan itu berteriak-teriak hingga terpojok. Tiba-tiba sebuah suara menghentikannya: “Cut!”

Sang sutradara Higurashi (Takayuki Hamatsu) kemudian memaki Chinatsu. Baginya, akting Chinatsu sangat buruk. Padahal, sudah pengambilan gambar yang ke-42. Higurashi memaki Chinatsu hingga perempuan itu menangis. Ko yang mencoba melerainya malah dihajar.

Penata rias Nao (Syuhama Harumi) kemudian meminta istirahat. Semua bubar. Kamera mengikuti pergerakan seluruh kru. Ko, Chinatsu, dan Nao akhirnya beristirahat.

Teknik one take long shot

Mulai dari sini, saya tersadar kalau seluruh adegan tadi ditangkap dengan menggunakan satu shot kamera. Dalam dunia sinematografi, teknik ini biasa disebut one take long shot.

Di tengah obrolan mereka yang asyik, tiba-tiba salah satu kru masuk dari pintu, seperti kerasukan. Tangannya buntung, sehingga lengannya berdarah. Sontak ketiga orang itu menjerit.

Saat semua panik dan mencoba mengusir zombi itu, Higurashi datang dengan kameranya: “Action!” Tanpa basa-basi, dia memerintahkan semua kru untuk berakting.

Ko, Chinatsu, dan Nao kalap dengan keadaan tersebut dan menolak melakukan adegan. Dengan penjelasan singkat, Higurashi bilang, dia yang sengaja menghidupkan para zombi. Ternyata pria ini sangat terobsesi untuk menyelesaikan film zombi yang digarapnya.

Higurashi memerintahkan kameramen untuk tidak berhenti merekam adegan. Tentu saja, kameramen tidak dimunculkan dalam film ini. Sebab, dia menjadi mata kamera untuk seluruh adegan zombi tersebut.

Film ini pernah mendapatkan penghargaan sebagai juara kedua kategori Audience Award di Udine Far Film Festival. (imdb.com).

Ketiga orang ini menganggap Higurashi sudah gila. Namun, yang paling penting saat itu adalah kabur sesegera mungkin. Usaha itu kemudian menjadi adegan yang sangat menegangkan. Seluruh kru yang sudah menjadi zombi mengejar Ko, Chinatsu, dan Nao.

Adegan lari-larian dan bacok-bacokan berlumuran darah itu akhirnya terhenti setelah Ko membunuh Nao, dan Chinatsu membunuh Ko. Chinatsu berdiri dengan berlumuran darah. Sudut kamera diambil tepat di atasnya.

Saya sempat kecewa. Rasanya baru 30 menit film berlangsung. Namun, ternyata film ini masuk pada babak kedua. Dengan menggunakan teknik flashback ke sebulan lalu, film ini menceritakan bagaimana Higurashi mendapatkan proyek film zombi.

Higurashi, seorang sutradara film-film drama murahan di televisi. Dia menyutradarai film dengan prinsip “cepat jadi”. Akting para aktor sangat payah. Bahkan untuk adegan menangis, Higurashi memakaikan obat tetes mata, alih-alih mengarahkan mereka.

Meski demikian, Higurashi memiliki anak perempuan yang punya ketertarikan menjadi sutradara terkenal. Dia sangat menghargai proses pembuatan film.

Saat mendapatkan proyek zombi ini, kredibilitas Higurashi dipertaruhkan. Demikian pula pembuktiannya sebagai ayah, sekaligus sutradara yang baik di mata anaknya.

Babak kedua film ini mengisahkan proses produksi film zombi tersebut. Ternyata, berbagai kesulitan di balik layar sangat seru, sekaligus mendebarkan. Apalagi film ini harus diambil dengan one take long shot, dan disiarkan langsung di televisi.

Raih ulasan positif

Film menyoal zombi dengan teknik one take long shot. (imdb.com).

One Cut of The Dead ini pertama kali dirilis di bioskop Tokyo, Jepang. Film ini menyabet penghargaan sebagai juara kedua kategori Audience Award di Udine Far Film Festival. Sejak saat itu, film mulai mendapat perhatian dari para distributor atau komunitas-komunitas film.

Setelah diputar dan mendapat ulasan positif di luar negeri, pada Juni 2018 film diputar kembali di Jepang. Sebulan setelahnya, mereka mendapat kesempatan lebih luas usai mendapat kontrak dengan distributor Asmik Ace. Sejak diputar di 200-an bioskop di Jepang pada Maret 2018, sutradara Shinichiro Ueda meraih pendapatan kotor hingga 800 juta yen.

Tidak banyak film yang menggunakan teknik one take long shot. Birdman adalah salah satu film yang berhasil dengan teknik itu. Film yang menyabet berbagai penghargaan itu bukan hanya menawarkan penceritaan yang baik, namun juga akting pemain yang mumpuni.

One Cut of The Dead juga berhasil membuktikan keberhasilan penggunaan teknik one take long shot. kualitas gambar yang dihasilkan memang tidak sebagus Birdman. Namun, kesinambungan antaradegan berhasil ditangkap dengan baik oleh kamera.

Seluruh adegan zombi yang dikerjakan dengan hanya satu rekaman ini juga terlihat sangat natural. Akting pemain yang baik menjadi penolong besar dalam film ini. Selain itu, berbagai adegan spontan yang dilakukan para kru film juga memancing tawa para penonton.

Buat saya, One Cut of The Dead benar-benar film yang segar. Film ini menyuguhkan dua drama sekaligus. Thriller menyeramkan pada babak pertama di adegan zombi. Dan kedua, drama kocak tentang proses pembuatan film.

4

Teknik kamera baik, penceritaan segar, dan akting pemain bagus.

 

img
Laila Ramdhini
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan