Pandemi Covid-19 dan sempitnya peluang mencari pekerjaan
Awal tahun ini, Amir Syarifuddin baru saja menyandang gelar sarjana dari Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro, Semarang. Namun, nasib apes menimpanya. Indonesia mencatat kasus pertama Coronavirus disease 2019 (Covid-19) pada awal Maret 2020.
Harapan Amir sedikit pupus. Di tengah pandemi yang tak jelas kapan berakhir, ia harus berjuang mencari pekerjaan, meski diakuinya sangat sulit.
“Di masa pandemi kan banyak karyawan yang dirumahkan. Waktu saya tes (kerja) kemarin, banyak usia kepala tiga yang jadi saingan saya,” ujar dia saat dihubungi reporter Alinea.id, Selasa (21/7).
Pria berusia 24 tahun asal Brebes, Jawa Tengah itu mengaku, melamar pekerjaan bidang administrasi dan perbankan. Dengan banyaknya karyawan yang dirumahkan dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat imbas pandemi, membuat peta persaingan kian ketat.
Sejak awal Maret hingga Juli 2020, Amir sudah mencoba melamar ke lebih dari 20 perusahaan yang ada di wilayah Brebes dan Tegal, Jawa Tengah. “Bersabar sajalah,” katanya.
Sulitnya mencari pekerjaan pun dialami Muhammad Attar. Sebelum ada kasus pertama Covid-19 di Indonesia, pria berusia 27 tahun itu sudah di-PHK dari sebuah perusahaan media di Jakarta. Setelah itu, ia berusaha mencari pekerjaan baru sebagai penulis konten, marketing, dan social media specialist.
Attar mengakui, sejak pandemi terdapat perbedaan yang signifikan. Sebelumnya, perekrutan karyawan baru di perusahaan masih banyak dan berjalan normal.
“Jadi, ada saja beberapa panggilan dari lamaran yang dimasukin, cuma kadang ada yang hanya sampai tahap interview user. Ada juga yang memang saya tolak karena gaji enggak sesuai,” ucapnya saat dihubungi, Selasa (21/7).
Sementara itu, beberapa bulan ini, ia mengatakan sepi tawaran pekerjaan. Meski setiap hari ia mencari lowongan kerja di berbagai situs web. “Ini jadi kerasa banget susahnya,” ujarnya.
Peluang masih ada
Pandemi berimbas pada nasib jutaan pekerja yang dirumahkan dan di-PHK. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) per 27 Mei 2020, sebanyak 3.066.567 pekerja terdampak Covid-19 di-PHK maupun dirumahkan. Sedangkan menurut catatan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, hingga Juli 2020 ada lebih dari 6,4 juta pekerja yang di-PHK ataupun dirumahkan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebelum pandemi, tepatnya pada Februari 2020 penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan masih didominasi tiga lapangan kerja, yakni pertanian sebesar 29,04%, perdanganan sebesar 18,63%, dan industri pengolahan sebesar 14,09%. Sementara itu, lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase, jika dibandingkan dengan Februari 2019, yakni jasa pendidikan meningkat 0,24%, konstruksi meningkat 0,19%, dan jasa kesehatan meningkat 0,13%.
BPS pun mencatat, pada Februari 2020 tingkat pengangguran terbuka (TPT) sekolah menengah kejuruan (SMK) paling tinggi dibandingkan tingkat pendidikan lainnya, yakni 8,49%. Sementara TPT terendah adalah jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) ke bawah, yakni 2,64%.
Di sisi lain, BPS yang melakukan analisis big data ketenagakerjaan selama Januari hingga April 2020 menemukan fakta bahwa jumlah iklan lowongan kerja di semua sektor bisnis mengalami penurunan. Jobs.id menjadi situs web pencarian lowongan kerja yang digunakan sebagai objek riset.
Pada April 2020, jumlah iklan lowongan kerja di situs web tersebut menyusut menjadi 3.439 dibandingkan pada Maret 2020 sebanyak 11.090. Sementara jumlah perusahaan yang memasang iklan lowongan kerja turun sebesar 50%, dari yang pada Maret 2020 ada 502 perusahaan menjadi 235 perusahaan pada April 2020.
Menurut Brand Activation Associate Manager Kalibrr—perusahaan penyedia layanan lowongan pekerjaan—Andrew Nugraha Patty, masih ada kesempatan mendapat pekerjaan di tengah masa pandemi. Di situs web Kalibrr, kata dia, masih banyak iklan lowongan yang dibuka beberapa perusahaan.
Andrew membeberkan, dari Maret hingga Juni 2020 peluang bekerja di bidang penjualan dan pemasaran (sales and marketing) paling besar, mencapai 50,5%. Rinciannya, sebanyak 0,35% internship, 32,49% entry level, 65,14% associate, 1,98% mid senior dan 0,07% director.
“Yang lumayan tinggi juga ada di ranah IT (information technology),” ujarnya saat dihubungi, Selasa (21/7).
Ia menyebut, peluang lowongan pekerjaan di bidang IT dan software mencapai 13,4%, dengan rincian 2,92% internship, 37,92% entry level, 39,01% associate, 19,82% mid senior, dan 0,33% director.
Lalu, posisi berikutnya bidang pelayanan umum (general services) sebesar 11,5%, dengan rincian 32,44% internship, 66,56% entry level, 0,78% associate, 0,19% mid senior, dan 0,03% director. Andrew mengatakan, secara keseluruhan lowongan kerja yang dibuka untuk lulusan baru mencapai 54,2%.
Posisi program officer development paling banyak dicari calon pekerja. Diikuti account officer, business analyst, social media officer, dan banking officer.
Menurut Andrew, berdasarkan riset internal Kalibrr, sebesar 73% lowongan pekerjaan masih terpusat di Jakarta. Selanjutnya di Banten 6%, Jawa Timur 4%, Jawa Barat 3%, Jawa Tengah 2%, dan daerah lainnya 12%.
Terkait jenjang pendidikan, Andrew menuturkan, sebesar 91% iklan lowongan pekerjaan yang tersedia di situs webnya menjadikan strata satu (S1) sebagai syarat utama. Berikutnya, diploma tiga (DIII) sebesar 5%, lulusan sekolah menengah atas (SMA) 4%, serta S2 dan S3 1%.
Perusahaan skala startup dengan jumlah karyawan 0-30, kata Andrew, sebesar 15% merupakan lulusan S1 dan 27% lulusan SMA. Perusahaan small to medium-sized enterprises (SMEs) dengan 31-1.000 karyawan, kebutuhan menjadikan S1 sebagai syarat utama mencapai 57%, SMA 50%, dan diploma 67%. Sementara perusahaan enterprise dengan jumlah lebih dari 1.000 karyawan terdapat 28% yang menjadikan S1 sebagai syarat utama, 39% S2, 100% S3, 24% diploma, dan 23% SMA.
Pencari kerja mayoritas berasal dari Jakarta dengan jumlah 33%, lalu Jawa Barat 24%, Banten 10%, Jawa Timur 9%, dan Jawa Tengah 6%. Pekerja muda dan lulusan baru, kata Andrew, juga mendominasi pemakai situs web Kalibrr sebesar 41%. Lalu, magang 26%, mid-senior level manager 11%, dan director 1%.
Secara umum, sebanyak 77% pengguna Kalibrr didominasi pencari kerja dengan tingkat pendidikan S1. Diikuti lulusan SMA/SMK dan diploma, masing-masing 10%.
Bidang pekerjaan yang punya peluang
Ketua Bidang Keprofesian Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO) Shanty Komalasari mengatakan, banyak karyawan yang terkena PHK dan tenaga kerja baru yang sudah siap di masa pandemi, membuat persaingan mencari pekerjaan semakin ketat. Di sisi lain, perusahaan sendiri terkena dampak ekonomi, yang kemudian lebih memilih meningkatkan efisiensi, evaluasi, dan baru memikirkan perlu atau tidaknya menambah karyawan.
Meski begitu, Shanty menuturkan, jika dilihat dari kebutuhan masa adaptasi kenormalan baru, perusahaan yang sedang berkembang maupun mapan, tetap membutuhkan karyawan.
“Sehingga kesempatan untuk bekerja di perusahaan sebenarnya masih ada. Cuma untuk saat ini mungkin tidak sebesar atau tidak seluas pada saat sebelum pandemi,” katanya saat dihubungi, Senin (20/7).
Shanty mengatakan, kebutuhan tenaga kerja di tengah pandemi Covid-19 masih terbuka di sektor pertambangan. Menurutnya, meski tak sebesar sebelum pandemi, perusahaan pertambangan, seperti batu bara dan minyak, masih mencari karyawan.
“Mereka kebutuhan untuk produksi tinggi, 24 jam. Jadi kebutuhan akan karyawannya tinggi,” ucapnya.
Selain di bidang pertambangan, Shanty menerangkan, sektor pendidikan dan teknologi masih membutuhkan karyawan. Perusahaan teknologi yang bergerak di e-commerce, kata dia, termasuk yang banyak merekrut karyawan, walau tak sebanyak sebelum pandemi. Sementara untuk bidang perbankan dan perusahaan lain, sebagian besar belum membuka lowongan pekerjaan.
Menurut Shanty, yang perlu dipersiapkan bagi pencari kerja di tengah persaingan yang ketat adalah hard skill dan soft skill.
Kemampuan hard skill yang harus ditingkatkan, kata Shanty, seperti pengoperasian komputer dan aplikasi, selain Microsoft Word. Para pencari kerja harus mengerti dan memperbarui pengetahuan serta kemampuan dalam teknologi. Selain itu, kemampuan bahasa asing, seperti bahasa Inggris, juga perlu ditingkatkan.
“Terus perlu juga meningkatkan kemampuan hard skill lain sesuai bidangnya,” ucapnya saat dihubungi, Senin (20/7).
Lalu, setidaknya ada dua hal yang perlu ditingkatkan terkait soft skill, yakni interpersonal skill dan intrapersonal skill. Ia menjelaskan, intrapesonal skill merupakan kemampuan bagaimana membangun dan membina hubungan dengan orang lain dan bekerja sama.
“Sedangkan interpersonal skill itu bagaimana dia mengelola dirinya, manajemen waktu dilatih, meningkatkan motivasi dari dalam diri perlu ditingkatkan juga, pantang menyerah,” ujarnya.
“Kemudian pandai melihat peluang, itu perlu diasah dan dipersiapkan. Supaya kita bisa memiliki daya saing yang tinggi dan kompetensi kita meningkat.”
Terlepas dari itu, Shanty mengungkapkan, di masa pandemi sebetulnya para pencari kerja juga banyak yang melirik kesempatan di bidang wirausaha. Kata dia, hal itu memicu banyak munculnya wirausahawan baru.
“Pintar-pintar membaca situasi, kondisi seperti apa, itu juga penting banget dipelajari para pencari kerja. Karena itu tadi, persaingan ketat, jadi perusahaan akan lebih selektif untuk menerima karyawannya,” katanya.