close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Seorang murid TK belajar di rumah bersama orang tuanya di Kelurahan Ketami, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (26/3).Foto Antara/Prasetia Fauzani/ama.
icon caption
Seorang murid TK belajar di rumah bersama orang tuanya di Kelurahan Ketami, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (26/3).Foto Antara/Prasetia Fauzani/ama.
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 25 April 2020 13:15

Pandemi Covid-19 membuat anak-anak tertekan

Para orang tua menggantikan peran guru dalam mengajar berbagai mata pelajaran sekolah yang belum tentu mereka kuasai.
swipe

Psikolog dan pemerhati anak Seto Mulyadi atau Kak Seto mengatakan, pandemi Covid-19 yang memaksa anak-anak untuk tetap terus bertahan di rumah bersama orang tuanya, malah membuat anak-anak stres.

“Dari laporan LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) banyak anak-anak mengalami stres dan tertekan. Ini karena orang tuanya tiba-tiba menjadi guru di dalam rumah,” ucapnya, dalam konfrensi pers di Graha BNPB, Jakarta (25/4).

“Yang muncul anak-anak tertekan. Banyak anak yang ingin segera kembali sekolah karena rindu guru yang menjelaskan dengan lebih nyaman, tenang, dan kreatif,” tutur dia.

Para orang tua menggantikan peran guru dalam mengajar berbagai mata pelajaran sekolah yang belum tentu mereka kuasai.

Kak Seto meminta, para orang tua memaklumi target setiap kurikulum berdasarkan standar kompetensi lulusan. Sebaiknya, para orang tua berusaha membantu buah hati dengan turut mengikuti tayangan TVRI terkait pembelajaran setiap mata pelajaran.

Kak Seto menyarankan agar para orang tua tidak menjelaskan mata pelajaran dengan memaksa. Namun, mengajarkan dengan mencari potensi bakat anak. Di sisi lain, juga mengimbau para orang tua agar memosisikan diri sebagai pendamping dan bisa bersahabat dengan anak.

“Mohon ayah dan bunda (manfaatkan) kesempatan yang berharga ini untuk menemukan dan mengenali potensi anak. Pada dasarnya emua anak bintang dan cemerlang. Mari diapresiasi potensi berbeda mereka,” ujar Kak Seto.

Lebih jauh, Kak Seto juga mengingatkan agar para orang tua menciptakan lingkungan rumah bernuasa ramah anak dan tanpa kekerasan. Jika anak menjadi korban kekerasan para orang tua, maka besar kemungkinan akan melarikan diri ke gawai. Masalahnya, saat ini marak kekerasan seksual via daring, hingga bertebaran konten pornografi yang berbahaya untuk anak-anak.

“Beberapa kali Mabes Polri sudah mencoba menggulung para penjahat predator seksual lewat media daring tadi. Sehingga mohon ini juga libatkan dalam kewaspadaan kita bersama,” tutur Kak Seto.

Selain itu, Kak Seto berharap situasi penuh tekanan ekonomi tidak membuat para orang tua mengabaikan kesehatan keluarga. Misalnya, dengan merokok di rumah.  Ia pun percaya kemampuan beradaptasi para orang tua di tengah situasi yang kurang kondusif akibat pandemi Covid-19. “Pada dasarnya, setiap manusia memiliki daya lenting yang luar biasa,” ucapnya.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan