Apartemen mewah dianggap sebagai simbol prestise dan prestasi orang-orang dengan status ekonomi kelas atas di sebagian besar kota metropolitan.
Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta telah memperlihatkan peningkatan jumlah proyek apartemen mewah selama beberapa dekade terakhir. Kendati demikian, bila dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara, pasar apartemen mewah (the luxury apartment market) di Jakarta masih relatif kecil dan belum menarik minat investor luar negeri.
Menyadur penelitian Savills yang berjudul "Luxury Apartment Trends" pada Juli 2020, perkembangan apartemen mewah di Jakarta memuncak sekitar awal 2000-an lalu, tetapi melambat turun dari 2016 dan seterusnya. Sejumlah beberapa proyek baru hadir antara 2017 dan 2019, namun pertumbuhan pasokan diyakini tetap rendah hingga 2023.
Penelitian itu menyebutkan, Jakarta Center Business District (CBD) berkontribusi lebih dari setengah total pasokan apartemen mewah di Jakarta, yaitu sekitar 56%. Sementara, sebagai distrik untuk orang-orang ekspat dan makmur, Jakarta Selatan mendominasi pasokan yang ada di area non-CBD, yaitu sebesar 36%. Area utama di wilayah tersebut termasuk Kemang, Pondok Indah, dan Dharmawangsa.
Belakangan, sejumlah pengembang asing juga berpartisipasi dalam pengembangan apartemen mewah di Jakarta. Menurut riset Savills, pemain asing tersebut tertarik memperluas proyek di sini karena sejumlah besar High-net-worth Individual (HNWI) atau orang super kaya, berada di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan.
Beberapa pengembang tersebut antara lain, Hongkong Land yang menyelesaikan pengembangan
Anandamaya Suites di area utama Sudirman, Pollux Property dari Singapura yang meluncurkan Pollux Sky Suites di distrik Mega Kuningan, Sun and Moon Dharmawangsa oleh Tatemono Jepang meluncurkan proyek kelas atas di area mewah Dharmawangsa, hunian kelas atas lingkungan dekat dengan CBD.
Selain itu, Jakarta menjadi pasar apartemen mewah termurah dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara dan Hong Kong, meskipun sebenarnya kualitas pengembangan yang ditawarkan di sebagian besar proyek sangat sebanding atau bahkan lebih baik dari beberapa pasar lain. Ini sebenarnya memberikan dasar yang baik bagi Jakarta untuk bersaing untuk menarik pembeli atau investor asing.
Tetapi ternyata hal itu tidak memengaruhi pasar apartemen mewah di Jakarta yang masih saja kecil, yaitu kurang dari 25.000 unit dalam pasokan yang ada. Tren ini mencerminkan kebiasaan di antara orang-orang kaya Indonesia untuk memilih memiliki aset di luar negeri daripada di dalam negeri.
Sementara itu, ekspatriat dan orang asing yang tinggal di Indonesia juga memiliki kesulitan untuk membeli apartemen di sini, karena hampir setiap pengembangan sejauh ini belum pernah dibangun di atas sertifikat tanah hak atas bangunan.