Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendorong para pelaku ekonomi kreatif, agar terus berkarya dan memanfaatkan peluang berkreasi di tengah pandemi Covid-19.
Plt Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Frans Teguh, mengatakan di masa pandemi Covid-19, para pelaku ekonomi kreatif harus tetap membangun harapan, semangat, dan menjadikan momentum ini untuk selalu berkreasi.
“Era kenormalan baru bukanlah batasan terhadap produktivitas, kreativitas, dan daya cipta para pelaku ekonomi kreatif. Beberapa bulan belakangan ini memang banyak kegiatan yang harus ditunda, tetapi era kenormalan baru yang akan kita jalani mempersilakan kita untuk kembali mewujudkan harapan dan menyelesaikan segala sesuatu yang telah direncanakan,” kata Frans saat virtual talkshow Seri Obrolan Seru (Seni Rupa) dengan tema “Rupa-Rupa Tantangan Perupa Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru”, Kamis (2/7).
Industri seni rupa berkesinambungan dengan Kemenparekraf/Baparekraf untuk bekerja sama menghasilkan produk-produk pariwisata dan ekonomi kreatif yang berkualitas, serta memiliki kekuatan dan kearifan lokal. Sehingga, produktivitas itu bisa mendatangkan kesejahteraaan bagi pelakunya.
Kondisi pandemi begitu berdampak pada industri seni rupa, seperti hilangnya tempat pameran, ditutupnya galeri dan pasar seni (art shop), berkurangnya pesanan karya seni rupa, dan pembatalan pameran. Pelaku ekonomi kreatif dituntut untuk berpikir kembali bagaimana untuk bertahan dalam masa pandemi dan mencari upaya terbaik yang harus dilakukan agar tetap produktif dan kreatif.
Sementara Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif (PSDM Ekraf) Muhammad Ricky Fauziyani, mengatakan, sebagai pelaku ekonomi kreatif, seniman dituntut untuk meningkatkan kompetensi dan kreativitas yang nantinya akan membangun citra positif di mata masyarakat.
Ia mengungkapkan, dukungan konkret bagi pelaku seni adalah diberikannya panggung bagi para mereka di setiap kegiatan webinar yang menggandeng musik jalanan (seperti musisi tunanetra).
"Dan ini akan menjadi bagian di setiap webinar yang kami selenggarakan," kata dia.
Sedangkan Kurator Galeri Nasional Indonesia Citra Smara Dewi, menyebutkan seniman harus memiliki citra diri yang positif.
“Artinya membuat potensial kolektor atau pembeli semakin besar, karena mereka melihat karya seniman yang memang sudah teruji kualitas dan kompetensinya,” kata Dosen Seni Rupa Institus Kesenian Jakarta (IKJ) itu.
Ia menambahkan, di masa pandemi Covid-19 ini bidang seni rupa di lembaga pendidikan juga dapat berkreasi, misalnya membuat konten melalui video tutorial seperti drawing yang dilakukan antara dosen dengan mahasiswa.
Konten tersebut pada hari biasanya hanya ada di ruang akademis dan menjadi kurikulum namun di masa pandemi, kemudian dapat diakses oleh publik dan mendatangkan manfaat lebih luas.