Pencairan es yang terjadi secara ekstrem di Greenland dipastikan akan meningkatkan risiko banjir secara global.
Dalam 40 tahun terakhir, krisis iklim telah menyebabkan pencairan es secara ekstrem di Greenland, meningkatkan tinggi permukaan air laut, dan risiko banjir di seluruh dunia. Selama dekade terakhir total 3,5 triliun es telah mencair dari permukaan pulau dan mengalir ke laut. Jika diukur, es yang mencair tersebut cukup untuk menutupi seluruh daratan Inggris dengan sekitar 15 meter air lelehan atau menutupi seluruh Kota New York.
Melansir Science Daily, Kamis (23/12) penelitian terbaru yang dipimpin oleh University of Leeds dengan metode data satelit untuk mendeteksi fenomena ini dari luar angkasa menunjukkan, bahwa air lelehan Greenland telah meningkat sebesar 21% selama empat dekade terakhir dan menjadi 60% lebih tidak menentu di antara satu musim panas ke musim panas berikutnya.
Peneliti di Pusat Observasi dan Pemodelan Kutub di University of Leeds, Thomas Slater menyebutkan, fenomena ini sama seperti fenomena di bagian lain dunia, Greenland juga rentan terhadap peningkatan cuaca ekstrem.
"Ketika iklim kita menghangat, akan sangat masuk jika pencairan ekstrem di Greenland akan terjadi lebih sering. Pengamatan seperti ini adalah langkah penting dalam membantu kita meningkatkan model iklim dan memprediksi dengan lebih baik apa yang akan terjadi abad ini," kata Slater.
Studi ini didanai oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) sebagai bagian dari proyek Kelayakan Keseimbangan Massa Permukaan Polar +, menggunakan pengukuran dari misi satelit CryoSat-2 ESA.
Penelitian menunjukkan bahwa selama satu dekade terakhir (2011-2020), peningkatan limpasan air lelehan dari Greenland menaikkan permukaan laut global sebesar satu sentimeter. Sepertiga dari total kenaikan muka air laut diproduksi hanya dalam dua kali musim panas yakni pada 2012 dan 2019 ketika cuaca ekstrem menyebabkan tingkat pencairan es yang memecahkan rekor yang belum pernah terjadi dalam 40 tahun terakhir.
Kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh pencairan es meningkatkan risiko banjir bagi masyarakat pesisir di seluruh dunia dan mengganggu ekosistem laut di Samudra Arktik yang diandalkan masyarakat adat sebagai sumber makanan. Hal ini juga dapat mengubah pola sirkulasi laut dan atmosfer yang mempengaruhi kondisi cuaca di sekitar planet bumi.
Selama satu dekade terakhir, limpasan dari Greenland memiliki rata-rata 357 miliar ton per tahun, mencapai maksimum 527 miliar ton pencairan es pada 2012, ketika itu perubahan pola atmosfer menyebabkan udara hangat yang luar biasa.
Jumlah ini sudah dua kali lipat lebih banyak dari limpasan minimum 247 miliar ton yang terjadi pada 2017. Perubahan terkait dengan peristiwa cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, yang telah menjadi lebih sering dan sekarang menjadi penyebab utama hilangnya es dari Greenland karena limpasan yang mereka hasilkan.
Kendati terdengar mengerikan, Slater menyebut masih ada alasan untuk optimistis. Mengurangi emisi terbukti dapat mengurangi kerugian atas pencairan es dari Greenland. Pengamatan pertama limpasan Greenland dari luar angkasa ini juga dapat digunakan untuk memverifikasi bagaimana model iklim mensimulasikan pencairan lapisan es yang, pada gilirannya, akan memungkinkan prediksi yang lebih baik tentang berapa banyak Greenland akan menaikkan permukaan laut global di masa depan karena peristiwa cuaca ekstrem menjadi lebih umum.
Dosen Senior Ilmu Data Lingkungan di Lancaster University, Amber Leeson mengatakan, perkiraan model menunjukkan bahwa lapisan es Greenland akan berkontribusi antara sekitar 3 cm dan 23 cm terhadap kenaikan permukaan laut global pada 2100. Prediksi ini memiliki jangkauan yang luas, sebagian karena ketidakpastian yang terkait dengan simulasi proses pencairan es yang kompleks, termasuk yang terkait dengan cuaca ekstrem.
Perkiraan limpasan ruang angkasa baru ini akan membantu memahami proses pencairan es yang kompleks dengan lebih baik, meningkatkan kemampuan untuk memodelkannya, dan dengan demikian memungkinkan untuk memperbaiki perkiraan kenaikan permukaan laut di masa depan.