Salah satu pendiri grup lawak Warkop DKI, Rudy Badil, meninggal dunia pada Kamis (11/7) pukul 07.13 WIB.
Rudy Badil meninggal dalam usia 73 tahun karena mengalami pendarahan di otak setelah terjatuh di kamar mandi rumahnya, Senin lalu (8/7).
Jenazah Rudy Badil disemayamkan di rumah duka Rumah Sakit Dharmais, Tomang, Jakarta Barat sejak Kamis siang. Rencananya, pemakaman akan dilangsungkan Sabtu pagi (14/7) di Taman Permakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Ditemui seusai kebaktian mendoakan jenazah di ruang J Rumah Duka RS Dharmais, Kamis (11/7) pukul 20.00 WIB, personel Warkop Indrodjojo Kusumonegoro menceritakan pertemuan terakhirnya saat menjenguk Badil pada Rabu petang (10/7).
Indro mengatakan, akibat terjatuh di kamar mandi itu, Badil mengalami pendarahan yang mengenai bagian organ batang otak. Badil sempat dirawat di RSPI Bintaro, Jakarta Selatan, lalu dipindahkan ke ICU RS Hermina Depok sejak Senin malam.
Indro menuturkan, meski terbaring lemah, Badil masih sempat membalas sapaannya dengan kedipan kecil.
“Dia enggak pernah mau dibilang sakit. Energinya luar biasa,” kata Indro.
Bagi Indro, Badil adalah kerabat dan bagian dari keluarganya. Baginya, sosok Badil sangat peduli dan ramah kepada siapa saja, terlebih kepada rekan terdekat dalam grup Warkop.
“Saya memanggil beliau (Rudy Badil) Babe karena peran beliau sebagai bapak bagi kita semua. Beliau yang membuat Warkop,” ujar Indro di tengah hadirin yang memenuhi Ruang J Rumah Duka RS Dharmais.
Naik gunung
Banu Adikara, putra tunggal almarhum Rudy Badil, mengungkapkan, ayahnya berkeinginan mendaki Gunung Semeru pada September mendatang untuk memperingati 50 tahun meninggalnya Soe Hok-Gie. Semasa kuliah di Universitas Indonesia, Rudy Badil berkarib dengan Soe Hok-Gie dalam kelompok pecinta alam Mapala UI.
“Babe kangen suasana Ranu Kumbolo,” kata Banu, menuturkan kembali ucapan mendiang ayahnya. Dalam kondisi tubuh stroke, ide ayahnya itu disangsikan oleh Banu. Beberapa tahun belakangan, Badil beraktivitas menggunakan kursi roda.
Rudy Badil dilahirkan di Jakarta, 29 November 1945. Dia turut membentuk grup Warkop bersama Nanu Mulyono, Wahjoe Sardono (Dono), Kasino Hadiwibowo (Kasino) dan Indrodjojo Kusumonegoro (Indro). Sebelum terkenal dengan nama “Warkop DKI” (Dono-Kasino-Indro), grup lawak legendaris ini bernama “Warkop Prambors” yang menyiarkan percakapan humor melalui Radio Prambors.
Setelah keluar dari grup Warkop lantaran demam panggung, catatan Kompas menyebutkan Badil bekerja sebagai wartawan di Harian Kompas sejak 6 Agustus 1980. Dia lalu pensiun pada 29 November 2005.
Tak sedikit karyawan maupun anggota mantan karyawan Kompas Gramedia hadir dalam acara malam itu. Tukirno, seorang pensiunan karyawan bagian urusan rumah tangga Kompas Gramedia mengatakan, Badil dikenal sebagai seorang yang lucu dan berjiwa seni tinggi.
“Orangnya enak, baik. Bergaulnya gaya anak muda,” tutur Tukirno, yang biasa disapa “Dono” karena berwajah mirip Dono Warkop. Selama 30 tahun mengenal Badil, Tukirno mengungkapkan kepiawaian Badil dalam menata stan Harian Kompas saban penyelenggaraan Pameran Hari Pers Nasional.
Selain di kalangan Warkop dan Mapala UI, Badil pun akrab dengan para anggota gabungan Pecinta Alam “Kerabat”. Jeni Mahastuti, salah satu anggota Kerabat mengatakan, Badil berjasa mendirikan Kerabat yang menyatukan puluhan kelompok pecinta alam pada tahun 1974. Usulan pendakian Badil ke Puncak Semeru pada September mendatang pun telah mereka bicarakan bersama-sama Badil sejak sekitar April lalu.
“Rencana juga mau menerbitkan buku tentang sejarah Kerabat, karena beliau salah satu pendirinya,” kata Jeni menambahkan.
Namun, kata dia, rencana-rencana itu tak terlaksana lantaran terhalang kondisi kesehatan Badil yang menurun. Hal ini pun diamini Banu, putra semata wayang Badil.
“Tuhan berkehendak lain. Babe sudah bertemu langsung dengan Soe Hok-Gie di atas sana,” ucap Banu.
Indro pun menyampaikan salam terakhirnya untuk Badil.
“Be, kalau nggak ada Babe, nggak ada Warkop. Tinggal saya yang terakhir. Selamat Jalan, Be, salam buat Dono, Kasino,” kata Indro.