Pentingnya anak bermain di luar ruangan
Bila ke pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta, Ria Nur Apriyani kerap mengajak keponakannya yang berusia enam tahun bermain robot berbentuk hewan yang bisa ditunggangi. Robot yang serupa odong-odong itu berjalan di salah satu area tertentu mal.
Alasan mengajak keponakan itu bermain robot hewan itu, menurutnya, untuk lebih mengeksplorasi pengetahuan dan memberikan pengalaman. Biaya untuk bermain odong-odong hewan itu sekitar Rp50.000 hingga Rp150.000, dengan membeli voucher untuk beberapa kali berkeliling dalam beberapa menit. Soal keamanan, ia tak khawatir.
“(Saya selalu) melihat dia dari jauh atau mengikutinya,” ujar Ria kepada Alinea.id, Senin (18/12). “Dari sisi keamanan sudah bagus karena ada (petugas) yang mengawasi.”
Menurut Ria, ia kerap membawa keponakannya bermain di mal karena ruang publik terpadu ramah anak (RPTA) tak banyak jenis permainannya. “Dan sudah ada yang rusak. Kadang juga anak-anak lain tidak mau bergantian,” tutur dia.
Robot-robot hewan beraneka warna dan berbagai jenis, seperti panda, beruang, gajah, atau kuda memang menarik buat anak-anak. Selain berbentuk hewan, ada pula mobil-mobilan atau kereta-keretaan. Lain itu, anak-anak juga disuguhi permainan video digital atau area khusus di mal.
Manfaat bermain di luar ruangan
Sementara itu, pemerhati pendidikan dan anak, Retno Listyarti mengatakan, tak ada batasan durasi anak-anak bermain di pusat perbelanjaan. Akan tetapi, masalahnya, untuk menikmati segala permainan di mal, membutuhkan biaya yang tak murah.
“Itu terkait kemampuan ekonomi orang tuanya kalau mainnya di mal dan bayar,” ucap Retno, Jumat (15/12).
“Tapi, pastikan bahwa ada permainan-permainan lain yang tidak perlu bayar ya, yang penting orang tua itu membantu anak-anak atau memfasilitasi anak-anak untuk bermain.”
Jika pun anak-anak menikmati permainan di pusat perbelanjaan, Retno berujar, harus memastikan keamanan dan pengawasannya oleh pihak mal, penyedia permainan, atau orang tua.
“Bagaimana kemudian anak-anak ini aman selama bermain, itu yang penting,” kata dia. “Kalau memang orang tua merasa itu tidak aman, jangan diminta anaknya bermain.”
Di samping itu, Retno mengingatkan soal batasan usia. Biasanya, kata Retno, permainan-permainan itu punya ketentuan usia. “Jadi, kalau memang usia anak kita tidak cocok, misalnya itu robot untuk permainan anak usia enam tahun ke atas, ya anak enam tahun ke bawah jangan disuruh bermain itu,” tutur Retno.
“Ketentuan (usia) itu yang harus dipenuhi.”
Ia berpendapat, perpindahan permainan anak-anak ke pusat perbelanjaan karena tak tersedia ruang yang cukup untuk bermain.
“Kalau RPTRA banyak, ruang terbuka hijau, dan tempat anak bermain banyak, ya anak bisa bermain, seperti anak-anak zaman dahulu,” ucap Retno.
Bagi Retno, ada waktunya anak-anak sebaiknya bermain di ruang terbuka, yang langsung terkena sinar matahari. Bergerak dan berkeringat, katanya, bagus buat anak-anak. Misalnya, bermain perosotan di taman atau menggowes sepeda keliling kompleks.
Meski begitu, eks komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) itu menjelaskan, tak ada masalah juga anak-anak bermain di tempat yang tertutup, seperti mal. “Asal tidak selalu (bermain) di situ (tempat tertutup),” kata dia.
“Ini kan soal keseimbangan saja, ada masa misalnya anak-anak itu bermain di luar (ruangan).”
Di sisi lain, dokter anak di Rumah Sakit Anak Boston dan asisten profesor pediatri di Harvard Medical School Claire McCarthy dalam Harvard Health Publishing menulis, menghabiskan banyak waktu anak bermain di luar penting untuk meningkatkan peluang anak mendapatkan kesehatan dan kesuksesan di masa depan.
Ia mengatakan, ada banyak perbedaan antara masa anak-anak generasi kini dengan generasi sebelumnya. Namun, salah satu perbedaan yang mencolok adalah seberapa sering masa anak-anak tersebut dihabiskan di dalam ruangan.
Selain pentingnya paparan sinar matahari seperti yang disebutkan Retno, McCarthy menyebut manfaat anak-anak bermain di luar ruangan, antara lain meningkatkan fungsi eksekutif, bersosialisasi, berani mengambil risiko, dan mengapresiasi alam.
“Fungsi eksekutif ini adalah keterampilan yang membantu kita merencanakan, memprioritaskan, memecahkan masalah, bernegosiasi, dan melakukan banyak tugas,” ujar McCarthy.
“Kreativitas juga termasuk dalam hal ini, dan menggunakan imajinasi kita untuk memecahkan masalah.”
Berani mengambil risiko, menurut McCarthy, penting bagi anak di masa depan. Jika anak tak dibiarkan mengambil risiko apa pun, mereka tak akan tahu apa yang bisa mereka lakukan dan tak punya kepercayaan diri dalam menghadapi risiko hidup.
Sosialisasi pun penting agar anak-anak bisa belajar bekerja sama dan cara memperlakukan orang lain. Sedangkan mengapresiasi alam, kata McCarthy, penting agar anak bisa benar-benar memahami apa yang harus dilakukan terhadap alam.
“Banyak hal di dunia kita yang berubah, dan tidak menjadi lebih baik. Masa depan kita bergantung pada anak-anak kita. Mereka perlu belajar menghargainya,” ujar McCarthy.
Selanjutnya, Retno menyarankan anak-anak usia sekolah, antara lima hingga 12 tahun, setidaknya harus melakukan aktivitas fisik selama 60 menit dalam sehari. Sebab, hal itu memengaruhi tumbung kembang tulang, otot, serta otak anak. Sebaiknya pula, gerakan-gerakan yang dilakukan mesti terukur dan teratur, sehingga oksigen dalam jaringan tubuh anak betul-betul mengalir maksimal.
“Jadi tulang, otak, otot, dan sel anak-anak semuanya terkoordinasi pertumbuhannya, bisa maksimal, gitu,” ujar Retno.
“Karena sebenarnya, selain bergerak, makanan juga sangat memengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Bermain itu memang haknya anak.”