Film Penyalin Cahaya memborong 12 Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) 2021. Sebanyak 12 piala ini termasuk raihan sang sutradara Wregas Bhanuteja sebagai Sutradara Terbaik dan Penyalin Cahaya yang dinobatkan sebagai Film Cerita Panjang Terbaik 2021.
Selain Wregas, Piala Citra lainnya diperoleh melalui kategori Penata Busana Terbaik (Fadillah Putri Yunidar), Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Jerome Kurnia), Penyunting Gambar Terbaik (Ahmad Yuniardi), Penata Musik Terbaik (Yennu Ariendra), Pencipta Lagu Tema Terbaik (Mian Tiara), Penata Suara Terbaik (Sutrisno), Pengarah Artistik Terbaik (Dita Gambiro), Pengarah Sinematografi Terbaik (Gunnar Nimpuno), Penulis Skenario Asli Terbaik (Henricus Pria dan Wregas Bhanuteja), dan Pemeran Utama Pria Terbaik (Chicco Kurniawan).
“Penyalin Cahaya adalah film panjang pertama saya, dan ketika pandemi malah menjadi kesempatan saya untuk memproduksi film ini. Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang yang begitu percaya pada saya, para pemain dan kru yang mau berproses selama berbulan-bulan, offline maupun online,” tutur Wregas dalam pidato kemenangan FFI di Jakarta, Rabu (10/11).
Melalui film ini, sutradara asal Yogyakarta tersebut berharap mampu menyampaikan pesan tentang kekerasan seksual dengan lebih luas. Penyalin Cahaya memberi pesan kuat tentang keberpihakan kepada penyintas kekerasan seksual. Serta menyebarkan pesan bahwa melawan kekerasan seksual adalah tanggung jawab bersama.
Setelah tayang di Busan International Film Festival bulan lalu, Penyalin Cahaya rencananya tayang di platform streaming pada Januari 2022. Platform streaming dipilih karena jangkauannya yang lebih luas, terutama di masa pandemi seperti sekarang. Dengan akses yang tak terbatas, harapannya pesan tentang kekerasan seksual bisa lebih cepat sampai di masyarakat.
Produser Adi Ekatama menyebutkan film merupakan media komunikasi dan penyampaian pesan yang baik. Tujuan utamanya sebagai pembuat film adalah memicu kepedulian atau awareness yang lebih luas.
Penyalin Cahaya bercerita tentang seorang perempuan muda bernama Sur yang hidupnya berubah setelah fotonya yang sedang mabuk tersebar luas. Foto itu pada akhirnya membuat Sur kehilangan beasiswa pendidikan. Dengan bantuan Amin, teman masa kecilnya yang bekerja sebagai petugas fotokopi di kampus, Sur bertekad untuk mengungkap kebenaran dengan meretas telepon seluler teman-teman kampusnya.