Hal-hal yang tidak biasa saat pemakaman BJ Habibie
Bacharuddin Jusuf Habibie telah tutup usia pada Rabu, 11 September 2019 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Setelah mendapat perawatan khusus sejak 1 September lalu, kesehatan jantung Presiden ke-3 Republik Indonesia itu semakin menurun. Kemarin (13/9), dalam tradisi tata upacara militer, jenazahnya dihantar ke liang lahad di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan.
Sesuai dengan wasiatnya, ingin dimakamkan dekat sang istri, semasa hidupnya Habibie rupanya selalu mendatangi taman makam yang dibangun sejak 1953 itu. Ada pun hari yang dipilih Habibie untuk berziarah adalah pada Jumat.
Seperti diketahui, Hasri Ainun Basari wafat pada 22 Mei 2010. Selama sembilan tahun mengunjungi TMPUN Kalibata bak ritual bagi diri Habibie.
Berdasarkan kesaksian petugas penggali makam TMPUN Kalibata, Saudi (37), Habibie hampir tidak pernah berhenti mendatangi tempat peristirahatan terakhir sang istri.
"Beliau hampir tidak pernah absen. Kunjungan ke sini dilakukan Pak Habibie setiap Jumat pagi. Dia tidak ke sini, mungkin kalau sedang sibuk atau di luar negeri," tutur Saudi di TMPUN Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (12/9).
Menurut Saudi, biasanya Habibie kerap menggunakan seragam pakaian serba putih dan peci hitam saat mendatangi TMPUN Kalibata. Bersama ajudannya, di tangan Habibie selalu tergenggam bungkusan bunga melati putih dan sedap malam untuk almarhum sang istri.
Habibie dinilai oleh segenap pengurus TMPUN Kalibata sebagai sosok yang ramah. Senyuman selalu menyimpul di bibirnya saat ia hendak melihat pengurus TMPUN Kalibat yang sedang lalu lalang di area makam tersebut.
"Saya pernah foto bareng. Pernah dikasih buku Habibie dan Ainun juga langsung sama beliau," kata Saudi.
Hal senada juga diakui oleh penjaga keamanan TMPUN Kalibata, Hamadi. Menurut dia, Habibie sangatlah murah senyum. Kepada siapa pun, ketika ia melihat petugas, anak-anak kecil, bahkan masyarakat umum yang bertemu dengannya di TMPUN Kalibata.
Habibie, di mata Hamadi sangatlah baik dan rendah hati. Bahkan tidak pernah berkeluh kesah terkait makam istrinya.
"Masyarakat sekitaran sini pada akhirnya banyak yang menunggu dia datang. Kadang nanya eyang kapan datang, eyang hari ini ada atau tidak," pungkas Hamadi.
Bacharuddin Jusuf Habibie telah tutup usia pada Rabu, 11 September 2019 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Setelah mendapat perawatan khusus sejak 1 September lalu, kesehatan jantung Presiden ke-3 Republik Indonesia itu semakin menurun. Kemarin (13/9), dalam tradisi tata upacara militer, jenazahnya dihantar ke liang lahad di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan.
Sesuai dengan wasiatnya, ingin dimakamkan dekat sang istri, semasa hidupnya Habibie rupanya selalu mendatangi taman makam yang dibangun sejak 1953 itu. Ada pun hari yang dipilih Habibie untuk berziarah adalah pada Jumat.
Seperti diketahui, Hasri Ainun Basari wafat pada 22 Mei 2010. Selama sembilan tahun mengunjungi TMPUN Kalibata bak ritual bagi diri Habibie.
Berdasarkan kesaksian petugas penggali makam TMPUN Kalibata, Saudi (37), Habibie hampir tidak pernah berhenti mendatangi tempat peristirahatan terakhir sang istri.
"Beliau hampir tidak pernah absen. Kunjungan ke sini dilakukan Pak Habibie setiap Jumat pagi. Dia tidak ke sini, mungkin kalau sedang sibuk atau di luar negeri," tutur Saudi di TMPUN Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (12/9).
Menurut Saudi, biasanya Habibie kerap menggunakan seragam pakaian serba putih dan peci hitam saat mendatangi TMPUN Kalibata. Bersama ajudannya, di tangan Habibie selalu tergenggam bungkusan bunga melati putih dan sedap malam untuk almarhum sang istri.
Habibie dinilai oleh segenap pengurus TMPUN Kalibata sebagai sosok yang ramah. Senyuman selalu menyimpul di bibirnya saat ia hendak melihat pengurus TMPUN Kalibat yang sedang lalu lalang di area makam tersebut.
"Saya pernah foto bareng. Pernah dikasih buku Habibie dan Ainun juga langsung sama beliau," kata Saudi.
Hal senada juga diakui oleh penjaga keamanan TMPUN Kalibata, Hamadi. Menurut dia, Habibie sangatlah murah senyum. Kepada siapa pun, ketika ia melihat petugas, anak-anak kecil, bahkan masyarakat umum yang bertemu dengannya di TMPUN Kalibata.
Habibie, di mata Hamadi sangatlah baik dan rendah hati. Bahkan tidak pernah berkeluh kesah terkait makam istrinya.
"Masyarakat sekitaran sini pada akhirnya banyak yang menunggu dia datang. Kadang nanya eyang kapan datang, eyang hari ini ada atau tidak," pungkas Hamadi.
Tak Sesuai Prosedur
Ada yang tidak biasa dalam prosesi pemakaman. Rupanya, kedua putra BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie, turun ke dalam liang lahad untuk menopang jasad ayahanda mereka sesaat jelang dikebumikan.
Tentu hal tersebut di luar kewajaran dalam tata cara penguburan di TMPN Kalibata.
Irwansyah, salah satu petugas penggali makam di TMPN Kalibata yang turut dalam proses penguburan Habibie siang itu mengaku terkejut.
“Kebetulan saya yang menemani di dalam lubang itu. Rencana awalnya, satu anak Habibie saja, tapi spontan, kedua-duanya mau turun,” kata Irwansyah yang bekerja sebagai penggali makam di TMPN Kalibata sejak 2005.
Irwansyah mengatakan, prosedur tata cara proses pemakaman ditentukan oleh pihak Garnisun TMPN Kalibata. Pihak keluarga yang akan menggelar pemakaman dapat menyampaikan permintaan kepada pihak Garnisun, termasuk bila ada keinginan anggota keluarga turut aktif dalam prosesi pemakaman.
Irwansyah bilang, sebelumnya direncanakan hanya seorang anak Habibie yang turut membantu memakamkan jasad, yaitu Ilham Akbar Habibie. Namun Thareq, adik Ilham, menyusul turun ke liang untuk menadah bagian jasad Habibie.
“Yang ke bawah jadi dua-duanya (anak Habibie). Setelah Pak Ilham, spontan adiknya ikut,” ujar Irwansyah.
Spontanitas itu membuat tim petugas penggali makam segera bertindak tangkas.
“Satu orang teman saya yang sudah turun, jadi naik lagi,” kata Irwansyah.
Meskipun begitu, selanjutnya prosesi pemakaman berlangsung lancar dan aman. Seakan kembali bersama istri dan pujaan hatinya, Habibie menjemput nirwana dalam liang yang bersisian dengan nisan Hasri Ainun Besari atau Ainun Habibie.
Tahun 2010 silam, Ainun wafat dan dimakamkan di TMPN Kalibata blok M 120. Kemarin sore, jasad Habibie telah dibaringkan di sampingnya, blok M 121.
Dipadati massa peziarah
Tak hanya itu, pemakaman Habibie dihadiri ribuan warga yang menyesaki area dalam makam. Di halaman pintu depan TMPN Kalibata, puluhan pasukan pengamanan presiden (Paspampres) menjaga ketat ratusan massa yang tidak berkesempatan masuk.
Alasannya, tambahan warga dikhawatirkan mengganggu jalannya upacara yang dimulai pada pukul 13.30 WIB. Upacara pemakaman dipimpin oleh Presiden Joko Widodo selaku inspektur upacara.
Meski panas terik matahari menyengat, masyarakat tidak menjadi surut semangat. Sebagian dari mereka tampak bereaksi tidak sabaran dengan berteriak memohon-mohon Paspamres agar diizinkan masuk. Paspampres bersikukuh menahan arus massa.
Menurut pengamatan Irwansyah, masyarakat yang turut melayat pada pemakaman BJ Habibie siang tadi jauh lebih banyak dibandingkan pemakaman tokoh-tokoh bangsa sebelumnya di TMPN Kalibata.
Dia membandingkan, sewaktu pemakaman Ani Yudhoyono hanya segelintir yang masuk ke area makam. Sementara dalam pemakaman Habibie gerakan massa berkali lipat jumlahnya.
“Waktu pemakaman Bu Ani sekali masuk hanya ada dua-tiga orang. Tapi tadi siang begitu besarnya (jumlah warga), kerumunan, kayak orang demo. Bahkan sampai jam enam sore tadi masih ada beberapa orang datang,” tutur Irwansyah.
Dua orang kakak-beradik Haflan dan Cut yang ditemui pada barisan ketiga di depan Paspamres, mengatakan, mereka datang dengan berboncengan mengendarai sepeda motor. Warga asal Banda Aceh yang telah puluhan tahun tinggal di Depok, Jawa Barat, itu berdiri sambil berimpitan dengan ratusan warga lainnya yang menunggu kesempatan masuk.
Haflan mengungkapkan, siang itu dia ingin menggenapi ziarah ke pemakaman putra-putri terbaik bangsa. Sebelumnya, mereka telah datang pula saat pemakaman Ainun Habibie pada 2010, juga Ani Yudhoyono pada awal Juni 2019 lalu.
“Kalau waktu (pemakaman) Bu Ani, nggak sepenuh ini,” kata Haflan, membandingkan.
Selain itu, saat Ainun wafat pada 2010, Haflan juga mengikuti tahlilan di rumah duka keluarga Habibie di Jalan Patra Kuningan XIII, Kuningan Jakarta Selatan. Haflan mengatakan, dia masih menyimpan buku yasin yang dibagikan saat tahlilan mendoakan arwah Ainun.
Haflan yang sehari-hari berdagang di kios kecilnya di Depok mengungkapkan alasan dia mengunjungi pemakaman Habibie siang itu.
“Kita kan sama-sama orang Indonesia, Pak Habibie juga orang terbaik. Beliau taat ibadah, orangnya santun. Dia juga dekat sama orang biasa, nggak ada jarak,” ujar Haflan.
“Orangnya luar biasa. Rendah hati,” kata Cut menambahkan.
Tak berselang lama dalam penantian itu, mereka bersama dengan warga lainnya memanjatkan salawat. Tanpa didahului aba-aba, kerumunan warga lantas menjelma koor lirih untuk mendoakan keselamatan arwah Habibie.
shalatullah salamullah ‘ala thoha rosulillah
shalatullah salamullah ‘ala yaasiin habibillah
tawasalnaa bibismillah wa bil hadi rosulillah
wa kulli majahid fillah bi ahlil badri ya Allah