Seorang penggemar musik, Aira Syafira, 24 tahun, rela melakukan perjalanan jauh demi menonton konser. Menonton konser grup K-Pop BTS di The Seoul Olympic Stadium, Korea Selatan beberapa waktu lalu adalah salah satu yang paling berkesan baginya. Menurut Aira, menonton konser BTS secara langsung di Korea Selatan bukan cuma tentang menikmati musik dari idolanya.
“Tapi juga tentang merasakan atmosfer K-Pop yang sangat berbeda,” ujar Aira kepada Alinea.id, Kamis (7/11).
“Seoul sebagai pusat K-Pop memberi aku kesempatan untuk merasakan langsung antusiasme fan lokal dan internasional.”
Selain itu, Aira mengatakan, konser BTS tersebut luar biasa dari sisi pencahayaan. Belum lagi interaksi langsung antara sang idola dengan penonton. “Semua orang nyanyi bareng, bikin suasana jadi sangat intim, meskipun ribuan orang hadir,” ucap Aira.
“Itu jadi pengalaman emosional yang sangat mendalam, di mana aku merasa terhubung dengan, bukan hanya BTS, tapi juga fan dari seluruh dunia.”
Di samping menonton konser BTS, dia pun memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan di Kota Seoul dan merasakan budaya lokal di sana. “Bikin momen itu makin berkesan,” tutur dia.
Pengalaman lainnya, kata Aira, saat menonton grup musik asal Australia Tame Impala di Melbourne, dia merasakan ikatan emosional yang kuat dengan jenis musik yang dibawakan.
“Musik mereka yang khas dengan vibe psychedelic, jadi lebih hidup dengan efek visual dan atmosfer yang mereka hadirkan di panggung,” ujar Aira.
“Benar-benar meningkatkan rasa terhubung dengan artis tersebut.”
Ikatan emosional ini, menurut Aira, bukan cuma terbentuk lewat lagu. Akan tetapi juga lewat pengalaman langsung merasakan energi konser dan berinteraksi dengan fan dari berbagai belahan dunia. “Itu yang membuat setiap konser terasa lebih berarti,” tutur Aira.
Menurut Aira, selain menyiapkan jadwal yang cocok, persiapan utama sebelum melakukan perjalanan jauh untuk menghadiri konser musik adalah menyediakan biaya untuk tiket konser, ongkos transportasi, dan penginapan. Dia mengatakan, biaya paling besar yang pernah dikeluarkannya untuk nonton konser musik di luar negeri sebesar Rp17 juta. Namun, biasanya ada biaya lain di luar biaya pokok tadi.
“(Misalnya) saat pergi ke Los Angeles (Amerika Serikat) untuk nonton the Weeknd (penyanyi Kanada bernama asli Abel Makkonen Tesfaye), (ada) biaya tambahan, seperti makan dan jalan-jalan juga harus diperhitungkan,” kata dia.
“Biaya terbesar enggak cuma buat tiket konser, tetapi juga untuk pengalaman ekstra, misalnya wisata keliling kota atau membeli merchandise eksklusif.”
Aira mengungkapkan, motivasi utama yang mendorong dirinya rela melakukan perjalanan jauh demi menonton konser terkait dengan pengalaman. Awalnya, Aira mengaku hanya menonton konser musik lokal. Namun, semakin sering menghadiri konser musik, maka rasa ingin tahu dan antusiasmenya kian tumbuh.
“Aku merasa, konser itu lebih dari sekadar musik, tapi juga cara untuk bereskapisme. Sebuah pelarian dari rutinitas dan stres,” ujar Aira.
“Bila nonton artis favorit secara langsung, di tempat yang berbeda, dan dengan atmosfer yang unik, itu jadi pengalaman yang enggak bisa digantikan dengan apa pun.”
Tren travel for concert atau melakukan perjalanan jauh demi menonton konser musik, seperti yang dilakukan Aira, beberapa tahun belakangan ini tengah tumbuh. Terutama di kalangan milenial dan generasi Z. Ada banyak musikus ternama yang melakukan tur keliling dunia. Namun, tak semua negara bisa dikunjungi mereka. Hal itu yang memicu terjadinya travel for concert.
Menurut pengamat pariwisata Taufan Rahmadi, tren travel for concert mengubah cara seseorang menikmati musik. Taufan menuturkan, travel for concert dapat pula memicu seseorang mengeksplorasi aspek selain menikmati musik.
“Mereka bisa menikmati budaya lokal, kuliner, dan pemandangan destinasi wisata yang ada sebelum konser,” ujar mantan staf khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2014-2019 itu, Kamis (7/11).
“Ini merupakan strategi bundling marketing pariwisata, yang dapat menguntungkan industri pariwisata serta masyarakat lokal di destinasi tersebut.”
Dia menambahkan, dengan adanya tren travel for concert, angka kunjungan wisatawan akan meningkat. Hal itu bakal pula berdampak langsung pada ekonomi lokal, seperti transportasi, kuliner, penginapan, dan UMKM setempat. Selain itu, kata Taufan, kota atau negara yang menjadi tuan rumah konser musik tersebut akan mendapat sorotan, yang bisa meningkatkan popularitasnya sebagai destinasi wisata konser.
Taufan yakin, tren travel for concert bakal berkelanjutan. Sebab, banyak penggemar musik yang sangat setia dengan grup musik atau penyanyi favorit mereka. Fenomena tersebut, lanjut Taufan, bisa memicu komunitas musik atau fan mengikuti tur konser dari kota ke kota lain.
“Ini berpotensi berkembang menjadi sebuah lifestyle, di mana para penggemar bangga bisa mengikuti setiap tahapan konser,” tutur Taufan.
“Digitalisasi dalam pembelian tiket dan informasi perjalanan juga memudahkan para pelancong dalam merencanakan perjalanan.”