close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi permen karet./Foto Vilkasss/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi permen karet./Foto Vilkasss/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Kesehatan
Rabu, 26 Maret 2025 15:59

Permen karet melepaskan mikroplastik ke air liur

Mengunyah satu potong permen karet saja bisa melepaskan ratusan, bahkan ribuan mikroplastik.
swipe

Mengunyah permen karet biasanya dillakukan saat santai atau berolahraga. Dipercaya, permen karet bermanfaat karena bisa menjaga kesehatan gigi dan mulut, mengurangi stres, dan membantu menurunkan berat badan.

Namun, permen karet menyimpan bahaya. Sebuah penelitian terbaru menyebut, mengunyah satu potong permen karet saja bisa melepaskan ratusan, bahkan ribuan, mikroplastik ke dalam air liur yang kemungkinan besar tertelan.

Mikroplastik merupakan serpihan plastik kecil dengan ukuran mulai dari satu nanometer hingga lima milimeter yang terlepas saat serpihan plastik yang lebih besar terurai seiring waktu.

Penelitian itu dipresentasikan di pertemuan American Chemical Society di San Diego, California, Amerika Serikat. Setelah peninjauan selesai, para peneliti berharap laporan tersebut akan diterbitkan dalam Journal of Hazardous Materials Letters akhir tahun ini.

Penelitian ini dilakukan para peneliti dari Universitas California Los Angeles (UCLA). Tujuannya, mengungkap cara lain partikel berbahaya itu masuk ke dalam tubuh kita lewat permen karet.

Dikutip dari New York Post, terbuat dari tiga bahan utama, yakni bahan dasar karet, pemanis, dan perasa. Permen karet alami menggunakan bahan dasar dari tanaman, seperti getah pohon. Sedangkan permen karet sintetis menggunakan karet yang terbuat dari minyak bumi.

“Hipotesis awal kami adalah permen karet sintetis memiliki lebih banyak mikroplastik karena dasarnya dari jenis plastik,” kata seorang mahasiswa Ph.D di UCLA, Lisa Lowe.

Temuan para peneliti didasarkan pada 10 permen karet dengan merek populer di Amerika Serikat. Masing-masing permen karet itu berbahan sintetis dan alami.

Lalu, seorang peserta penelitian mengunyah permen karet selama empat menit. Dalam jangka waktu tersebut, setiap 30 detik seorang peneliti mengumpulkan air liur yang disekresikan dalam tabung sentrifus.

Peserta kemudian membilas mulut mereka tiga hingga lima kali dengan air. Para peneliti mencampur sampel air bilasan dengan sampel air liur untuk memastikan semua mikroplastik di mulut telah tersaring. Seluruh proses ini diulang tujuh kali setiap permen karet.

Beberapa permen karet dikunyah selama total 20 menit dengan air liur dikumpulkan setiap dua menit, sehingga para peneliti bisa menentukan bagaimana jumlah mikroplastik yang terlepas bergantung pada waktu mengunyah.

Untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah mikroplastik dalam permen karet, para peneliti menggunakan berbagai metode penyaringan dan analisis kimia seperti mikroskopi. Tim peneliti juga mengurangi mikroplastik yang ditemukan dalam sampel bilasan awal dari mikroplastik yang ditemukan di sampel air liur permen karet untuk memperkirakan secara akurat jumlah mikroplastik yang dilepaskan dari permen karet.

Hasilnya, rata-rata 100 mikroplastik dilepaskan per gram permen karet, dengan beberapa potongan permen karet melepaskan hingga 600. Sepotong permen karet biasanya berbobot antara dua hingga enam gram. Maka, ukuran yang lebih besar dapat melepaskan hingga 3.000 partikel plastik.

“Yang mengejutkan, baik permen karet sintetis maupun alami memiliki jumlah mikroplastik yang dilepaskan sama saat kita mengunyahnya,” ujar Lowe.

Tim peneliti memperkirakan, jika rata-rata orang mengunyah antara 160 hingga 180 batang permen karet kecil per tahun, mereka berisiko menelan sekitar 30.000 mikroplastik setiap tahunnya. Selain itu, 94% mikroplastik terlepas dalam delapan menit pertama setelah dikunyah.

Jumlah rata-rata mikroplastik dalam satu gram permen karet sintetis adalah 104, sedangkan dalam permen karet alami adalah 96.

“Kedua jenis (permen karet) tersebut juga secara dominan melepaskan empat jenis polimer sintetis, yakni poliolefin, politereftalat, poliakrilamida, dan polistirena. Ini adalah beberapa plastik yang sama yang digunakan dalam produk konsumen plastik sehari-hari,” ujar imuwan senior di Environmental Working Group—sebuah organisasi kesehatan lingkungan—Tasha Stoiber kepada CNN.

Pengajar di Sekolah Lingkungan Hidup dan Ilmu Hayati di Universitas Portsmouth sekaligus pendiri lembaga amal konservasi laut Just One Ocean, David Jones pun mengatakan, pelepasan mikroplastik bukanlah hal yang tidak terduga.

“Jika kita memberikan tekanan pada jenis plastik apa pun, baik itu dari panas, gesekan, sinar matahari, air laut, atau dalam kasus ini mengunyah dengan kuat, kita tahu mikroplastik akan terlepas dari bahan plastik itu,” ucap Jones kepada CNN.

Manusia bisa terpapar mikroplastik dari mana pun, lewat minuman, makanan, kemasan plastik, spons, udara, atau proses pembuatan barang-barang. Permen karet menambah risiko dari paparan itu. Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh lewat konsumsi dan inhalasi.

Walau belum ada uji coba pada manusia yang membuktikannya, penelitian pada hewan dan riset menggunakan sel manusia menunjukkan, mikroplastik bisa membahayakan tubuh kita.

Penelitian terbaru, dikutip dari situs American College of Cardiology (ACC), menemukan paparan mikroplastik dikaitkan dengan meningkatnya prevalensi penyakit kronis yang tidak menular.

Menurut peneliti di Sekolah Kedokteran Case Western Reserve di Ohio yang juga peneliti studi itu, Sai Rahul Ponnana, penelitian mereka memberikan bukti awal kalau paparan mikroplastik berdampak pada kesehatan kardiovaskular, terutama kondisi kronis tidak menular, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan strok.

Sebelumnya, penelitian yang diterbitkan jurnal Environmental Science & Technology pada 2024 lalu menduga mikroplastik dapat merusak kesehatan pernapasan, pencernaan, dan reproduksi manusia, serta kemungkinan terkait dengan kanker usus besar dan paru-paru.

Di sisi lain, pakar diet klinis senior di UCLA Health, Dana Hunnes, dikutip dari Healthline mengatakan, beberapa orang mungkin bakal memilih untuk mengurangi mengonsumsi permen karet atau berhenti sama sekali setelah mengetahui hasil penelitian ini.

“Mungkin lebih baik berhenti atau setidaknya mengurangi frekuensinya, terutama untuk anak-anak (dengan) otak yang sedang berkembang dan lebih rentan terhadap penyakit akibat bahan kimia ini,” kata Hunnes kepada Healthline.

Sementara itu, mengingat sebagian besar mikroplastik dilepaskan dalam dua menit pertama setelah mengunyah, maka Lisa Lowe menyarankan, jika ingin mengurangi potensi paparan mikroplastik, lebih baik mengunyah satu potong permen karet dalam waktu yang lebih lama.

Sedangkan peneliti utama sekaligus profesor teknik di UCLA, Sanjay Mohanty mengingatkan agar “berhati-hati” saat selesai mengunyah permen karet.

“Plastik yang dilepas ke dalam air liur adalah sebagian kecil dari plastik yang ada di permen karet,” ujar Mohanty, dikutip dari New York Post.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan