Plus-minus diet Atlantik bagi kesehatan
Punya tubuh yang ideal merupakan impian banyak orang. Selain rutin berolahraga, diet adalah cara untuk mencapai target tubuh yang sehat dan ideal. Banyak sekali jenis diet yang bisa dicoba. Terbaru, ada yang disebut dengan diet Atlantik.
Para peneliti asal Spanyol dalam riset mereka yang diterbitkan di jurnal JAMA Network Open (7 Februari 2024) menyebut, diet Atlantik bisa mengurangi lemak perut dan meningkatkan kadar kolesterol baik atau high density lipoprotein (HDL). Diet Atlantik terinspirasi dari pola makan tradisional penduduk di barat laut Spanyol dan utara Portugis.
Diet ini terdiri dari asupan banyak ikan, sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang, minyak zaitun, buah kering (terutama kastanye), susu, keju, dan asupan daging, serta anggur dengan kadar sedang. Penelitian ini melibatkan 200 keluarga—mencakup 518 orang dewasa berusia 18-85 tahun—dari komunitas perdesaan Spanyol di A Estrada dari Maret 2014 hingga Mei 2015.
Sebanyak 121 keluarga diminta ikut diet Atlantik, sedangkan 110 keluarga tetap melakukan diet mereka yang biasa. Sebanyak 60% pesertanya adalah perempuan, dengan usia rata-rata 47 tahun. Orang-orang dengan kondisi tertentu, seperti demensia, hamil, dan alkoholik tak disertakan dalam riset ini.
Melansir New York Post, para peneliti menemukan diet Atlantik tak punya efek signifikan pada tekanan darah tinggi, kadar trigliserida tinggi, atau kadar glukosa tinggi. Namun, justru mengecilkan lingkar pinggang dan menambah kadar kolesterol HDL.
“Diet Atlantik potensial meningkatkan kesehatan karena menekankan pada makanan kaya nutrisi dan kebiasaan makan keluarga,” ujar ahli gizi dan ahli penyakit jantung, Michelle Routhenstein kepada Health Line.
“Dengan memprioritaskan bahan-bahan berkualitas dan metode memasak tradisional, seperti merebus, diet ini meningkatkan bioavailabilitas nutrisi, memastikan tubuh dapat lebih baik menyerap dan memanfaatkannya.”
Mengutip New York Post, ahli kardiologi intervensi Cheng-Han Chen mengungkapkan, diet Atlantik sangat mirip dengan diet Mediterania yang telah banyak diteliti dan terbukti bermanfaat. Diet Mediterania menganjurkan konsumsi sayuran, buah, kacang, biji-bijian, minyak zaitun, ikan, keju, yogurt, dan anggur dengan kadar sedang. Namun, menghindari daging merah, permen, minuman manis, dan mentega.
“Pola makan seperti diet Atlantik dan Mediterania berpotensi mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, kanker, stroke, dan bahkan penurunan kognitif seperti demensia dan penyakit alzheimer,” ujar seorang profesor di University of Miami, Tracy Crane kepada Health Line.
Business Insider menulis, diet Atlantik mencakup lebih banyak asupan karbohidrat berbasis pati—seperti roti, pasta, dan kentang—susu, dan beberapa jenis daging. Orang yang melakukan diet Atlantik, sebut Business Insider, memiliki risiko lebih rendah terkena sindrom metabolik dan lemak perut yang lebih sedikit.
“Diet ini merekomendasikan enam hingga delapan porsi sehari,” tulis Business Insider.
Peneliti nutrisi di Harvard T.H. Chan School of Public Health Walter Willett kepada CNN mengatakan, temuan para peneliti asal Spanyol terkait diet Atlantik menegaskan prinsip-prinsip diet Mediterania dapat diterapkan pada budaya lain.
Meski pilihan asupan untuk diet Atlantik mungkin hanya ada di wilayah Portugis dan Spanyol, namun CNN menulis, makanan serupa dapat ditemukan pula di beberapa wilayah di Ceko, Polandia, dan Inggris. Seperti halnya diet Mediterania, diet Atlantik menekankan pada makanan rumahan yang biasa disajikan dalam rumah tangga, dengan penekanan pada interaksi sosial antara teman dan keluarga.
Di sisi lain, sebuah penelitian yang diterbitkan European Journal of Preventive Cardiology pada Desember 2023 menemukan, kepatuhan yang tinggi terhadap pola makan Atlantik—atau pola makan Atlantik Eropa Selatan—menurunkan risiko kematian selama periode 14 tahun di Spanyol, Ceko, Polandia, dan Inggris, serta tanpa penyakit kronis yang parah. Pola makan ini pun menurunkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dan kanker pada hampir 36.000 peserta penelitian yang berusia antara 18 dan 96 tahun.
Akan tetapi, menurut CNN, penelitian lain menunjukkan, tak semua bahan makanan dalam pola makan tradisional Atlantik bermanfaat. Ikan, kacang-kacangan, sayuran, dan biji-bijian memang dikaitkan dengan penurunan risiko kematian. Namun, konsumsi daging merah dan daging olahan justru meningkatkan risiko kematian.
“Daging merah dan daging olahan, termasuk daging babi, telah terbukti dalam banyak penelitian meningkatkan risiko penyakit kardiometabolik dan kanker, terutama kanker usus besar,” tulis CNN.
“Sementara kentang dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.”