Kebanyakan orang berpikir, hanya merokok atau polusi udara yang menjadi penyebab risiko kanker paru-paru. Namun, penelitian terbaru yang terbit di jurnal Nature Metabolism (Maret, 2025) bertujudul “Glycogen drives rumour initiation and progression in lung adenocarcinoma” menemukan hubungan antara penyakit kanker paru-paru dan kualitas pola makan seseorang.
Studi yang ditulis para peneliti dari Universitas Florida dan Universitas Kentucky tersebut menemukan, molekul glikogen—yang menyimpan gula sederhana glukosa—berpotensi sebagai pendorong beberapa jenis kanker paru-paru.
Dikutip dari Science Alert, glikogen ditemukan pada tingkat yang lebih tinggi dalam sampel jaringan manusia dari adenokarsinoma paru-paru, yang bertanggung jawab atas 40% kanker paru-paru di seluruh dunia.
Dilansir dari situs University of Florida Health, para peneliti menggunakan platform metabolomik spasial konten tinggi yang dibuat Direktur Pusat Penelitian Biomolekul Spasial Lanjutan Universitas Florida, Ramon Sun—yang juga salah seorang peneliti studi itu—pada 2020.
“Platform ini menawarkan sudut pandang baru untuk memvisualisasikan penyakit, sehingga memungkinkan peneliti untuk memahami pola dan interaksi molekuler yang sebelumnya tidak ditemukan dengan detail,” kata Sun dalam situs University of Florida Health.
Penelitian ini didasarkan pada studi Sun dan Kepala Biokimia dan Biologi Molekuler di Universitas Florida Matthew Gentry—yang juga salah seorang peneliti studi tersebut—selama 20 tahun tentang kondisi sangat langka yang disebut penyakit Lofara.
Lofara adalah gangguan neurologis di mana pasien tampak normal selama satu dekade, lalu muncul epilepsi. Demensia juga terjadi, sebagian besar penderitanya meninggal sebelum berusia 25 tahun.
Studi baru ini mengambil contoh dari bagaimana Lofara berkembang, dengan fokus pada akumulasi glikogen. Molekul penyimpanan ini, yang terdiri dari glukosa, telah ditemukan terakumulasi dalam kadar tinggi pada berbagai kanker dan penyakit lainnya.
Melalui model laboratorium dan model penyimpanan glikogen di paru-paru yang dipantau komputer, para peneliti menunjukkan pada kanker paru-paru, glikogen bertindak sebagai metabolit onkogenik.
“Semakin banyak glikogen dalam sel kanker, semakin besar dan parah pertumbuhan tumornya,” tulis University of Florida Health.
Dilansir dari The Sun, para peneliti melakukan percobaan menggunakan tikus dengan genetika yang diubah untuk secara langsung mengendalikan metabolisme glikogen. Selama dua minggu, tikus diberikan “diet Barat” berupa sirup jagung fruktosa tinggi, minyak jagung, atau kombinasi keduanya.
Hanya diet kombinasi yang terbukti mampu meningkatkan kadar glikogen paru-paru secara dramatis. Tikus yang diberi diet ini mengembangkan tumor yang lebih banyak jumlahnya dan tingkatannya lebih tinggi.
Ketika para peneliti menghilangkan gen glikogen sintase, yang menghantikan kemampuan tubuh untuk memproduksi glikogen, pertumbuhan tumor terbukti berkurang drastis.
Sebagai informasi, “diet Barat” adalah pola makan modern yang ditandai dengan asupan tinggi makanan olahan, biji-bijian olahan, daging merah, minuman manis, dan lemak tak sehat, serta rendah buah, sayur, dan serat.
Glikogen berasal dari karbohidrat yang kita makan dan merupakan cadangan bahan bakar penting di otot yang digunakan tubuh saat berolahraga. Intinya, glikogen menyimpan glukosa yang tidak segera dibutuhkan. Kanker paru-paru juga terbentuk akibat pola makan tinggi lemak dan tinggi karbohidrat.
Menurut Science Alert, kadar glikogen yang lebih tinggi hanya ditemukan pada sampel jaringan adenokarsinoma paru pada manusia.
“Kanker paru-paru selama ini tidak dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan pola makan,” kata Sun, dikutip dari Science Alert.
“Penyakit seperti kanker pankreas atau kanker hati, ya. Namun, jika menyangkut kanker paru-paru, gagasan kalau pola makan dapat berperan jarang dibahas.”