Presiden ke-44 ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) Puan Maharani mengungkit soal konflik di Myanmar dalam sidang ke-44 AIPA di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (7/8). Isu tersebut dianggap perlu dicari solusi karena tema AIPA kali ini adalah “Responsive Parliaments for a Stable and Prosperous ASEAN”.
Puan mengatakan, negara yang sebelumnya bernama Birma itu harus segera melaksanakan lima kesepakatan atau Lima Poin Konsensus (5PC). Kesepakatan lima poin itu dilakukan sembilan pemimpin ASEAN dengan Pemimpin Junta Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing.
“Kami juga berharap semuanya dari negara-negara ASEAN yang hadir pada kesempatan ini, sembilan ketua DPR bisa mendorong bagaimana Myanmar segera menyelesaikan permasalahan yang ada di negaranya dengan damai sesuai dengan kesepakatan ASEAN," katanya dalam keterangan, Senin (7/8).
Adapun 5PC itu merupakan hasil pertemuan tingkat tinggi yang dilaksanakan di Jakarta pada 24 April 2021. Kelima poin itu, pertama, adalah tuntutan agar aksi kekerasan di Myanmar segera dihentikan dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya.
Kedua, dialog konstruktif antara semua pihak yang berkepentingan perlu dilakukan untuk mencari solusi damai. Ketiga, utusan khusus ASEAN wajib memfasilitasi mediasi proses dialog, dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN.
Keempat, ASEAN berjanji akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan dalam Penanggulangan Bencana (AHA Center). Kelima, menuntut dibukanya akses bagi delegasi khusus ASEAN untuk mengunjungi dan bertemu dengan pemangku kepentingan di Myanmar untuk mewujudkan dialog inklusif.
Bila hal ini dilakukan, maka perdamaian dan kesejahteraan di Asia Tenggara bisa terwujud. Bahkan, AIPA sendiri diharapkan dapat memberikan rekomendasi lainnya.
“Tentunya konsensus yang menjadi komitmen AIPA nanti dapat membantu kolaborasi antara pemerintah dengan parlemen di ASEAN,” tuturnya.
Puan mengingatkan, rekomendasi itu diperlukan karena pertemuan kali ini tengah dalam ketegangan geopolitik yang semakin meningkat. Apalagi di tingkat global, pertumbuhan ekonomi sedang melambat.
“Dampak pemanasan global juga terus memburuk,” ucapnya.
Setidaknya, terdapat 18 negara observer yang mengikuti agenda Sidang AIPA 2023, ditambah perwakilan dari sembilan organisasi internasional. Puan mengatakan, parlemen anggota AIPA dan parlemen negara observer dapat berkolaborasi menghadapi berbagai tantangan global bersama-sama. Pasalnya, kata dia, kawasan Asia Tenggara tidak lepas dari suasana persaingan kekuatan besar dunia.