close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Puluhan remaja putri SMK 1 Limboto, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo secara bersama-sama mereka minum tablet tambah darah (TTD). Foto Kemenkes
icon caption
Puluhan remaja putri SMK 1 Limboto, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo secara bersama-sama mereka minum tablet tambah darah (TTD). Foto Kemenkes
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 24 Oktober 2022 18:49

Remaja putri akan diberikan tablet tambah darah, apa manfaatnya?

Pemberian tablet penambah darah kepada seluruh remaja putri di Indonesia penting dilakukan untuk menekan angka stunting.
swipe

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebutkan, jumlah anemia pada remaja masih tinggi, yaitu di atas 20%. Anemia pada anak berusia 5-14 tahun sejumlah 6,8%, sedangkan anak berusia 15-25 sebanyak 32%.

Jumlah penerima tablet tambah darah pada remaja putri dalam 12 bulan terakhir, sekitar 76,2%. Tetapi hanya 1,4% yang mengonsumsi tablet tambah darah sesuai anjuran. 

Untuk itu, pemerintah memiliki program aksi bergizi yang telah diatur dalam Perpres 72 Tahun 2021 tentang Ketentuan Remaja Putri Menerima Tablet Tambah Darah, agar kondisi gizi bayi sebelum lahir bisa diperbaiki. Kemenkes menargetkan sebesar 90% remaja putri menerima dan mengonsumsi tablet tambah darah.

Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Maria Endang Sumiwi, pemberian tablet penambah darah kepada seluruh remaja putri di Indonesia penting dilakukan untuk menekan angka stunting.

“Gerakan ini adalah hal penting untuk meningkatkan konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri, sekaligus memperbaiki perilaku mengonsumsi gizi seimbang,” ujarnya melalui “Press Briefing: Gerakan Nasional Aksi Bergizi”, pada Senin (24/10/2022).

Maria juga menambahkan, selain konsumsi tablet penambah darah yaitu dengan melakukan dua tahap intervensi, pencegahan stunting juga perlu dilakukan sebelum melahirkan dan intervensi sesudah remaja putri melahirkan. Itu semua merupakan komponen penting saat memasuki masa kelahiran.

“Intervensi sebelum kelahiran perlu diperbaiki. Dengan meningkatkan kondisi gizi sejak remaja karena perilaku untuk asupan gizi yang baik dan memperbaiki situasi gizi, akan terbawa sampai nanti dewasa, lalu memasuki masa kelahiran,” ucapnya. 

Maria menjelaskan kondisi stunting di Indonesia. Di mana berdasarkan perolehan data dari Kemenkes, pada saat bayi lahir, 23% dalam kondisi stunting dengan panjang badan di bawah 48%. Sisanya, 77% atau 80% sesudah lahir atau pascalahir, sehingga harus membuat dua intervensi yaitu sebelum dan sesudah kelahiran. Kemenkes sendiri memiliki target untuk menekan jumlah stunting pada 2024.

“Target penurunan stunting sudah ditetapkan pada 2024, kami ingin menurunkan sampai 14%. Pada 2021 masih di 24%. Pak Jokowi sendiri mengatakan bahwa ini bukan hal mudah, tetapi jika lapangannya dikelola dengan manajemen yang baik, tidak sulit,” ujarnya 

Setuju dengan penyampaian Presiden Joko Widodo, Maria menyebut bahwa “Gerakan Nasional Aksi Bergizi” menjadi salah satu upaya untuk memperbaiki implementasi di lapangan, sehingga dapat menurunkan jumlah stunting sesuai target yang perlu didukung dan bekerja sama dari seluruh pihak. Gerakan ini dilaksanakan pada 26 Oktober 2022, menargetkan remaja putri penerima tablet tambah darah sebanyak 12.349.190 orang. 
 

img
Atikah Rahmah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan