close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pemerintah memberikan beragam insentif dan fasilitas untuk membujuk aparatur sipil negara (ASN) agar pindah ke IKN Nusantara. Dokumentasi dok Nyoman Nuarta via Kementerian PUPR
icon caption
Pemerintah memberikan beragam insentif dan fasilitas untuk membujuk aparatur sipil negara (ASN) agar pindah ke IKN Nusantara. Dokumentasi dok Nyoman Nuarta via Kementerian PUPR
Sosial dan Gaya Hidup
Minggu, 07 Juli 2024 06:05

Resah ASN yang bakal dipindah ke IKN

Pemindahan ASN ke IKN dilakukan secara bertahap, mulai tahun ini hingga 2029 lewat tiga prioritas.
swipe

Deva, 29 tahun, mengumpulkan nyali untuk pindah lokasi kerja dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Kementerian Pertanian (Kementan), dia harus mempersiapkan diri melepaskan kenyamanan bekerja di Jakarta, yang juga tempat tinggalnya sejak lahir.

Bagi Deva, bukan perkara gampang pindah ke IKN. Sebabnya, dia sudah merasakan segala kemudahan fasilitas dan masalahnya selama hidup di Jakarta. Terlebih lagi, hampir semua keluarga besarnya tinggal di Jakarta. Hal itu membuatnya terikat secara batin dengan Jakarta.

“Buat saya pribadi, tentu dilema,” ucap Deva kepada Alinea.id, Jumat (5/7).

Meski bukan ASN yang dipindahkan pada gelombang pertama, tetap saja Deva gamang dan terus memikirkan masa depan kariernya di IKN. Soalnya, dia membayangkan fasilitas dan infrastruktur pendukung di IKN belum selengkap Jakarta, terutama sekolah, mal, dan tempat hiburan.

“Tentu, dilema para ASN yang akan pindah ke IKN (soal) kenyamanan dan kemapanan yang sudah didapat selama tinggal di Jabodetabek,” kata Deva.

“Karena Jabodetabek fasilitas umumnya lengkap. Orang-orang yang sudah berkeluarga dan punya rumah di Jakarta tentu akan mikir-mikir pindah ke IKN.”

Deva berharap, ada pembangunan fasilitas dan pemberian insentif kepada ASN yang dipindahkan ke IKN agar tidak mempersulit hidup mereka di sana. Tanpa insentif yang cukup, dia merasa hidup ASN bisa nelangsa karena biaya segala kebutuhan di Kalimantan Timur lumayan tinggi.

“Makanya perlu ada insentif agar ASN tertarik dipindah ke IKN," ucap Deva.

Walau begitu, Deva mulai merancang strategi kariernya di IKN. Meskipun belum menikah, dia berencana akan berinvestasi tanah di sana. “Karena tanahnya belum semahal di Jabodetabek dan akan mencoba peruntungan lain juga,” ujar Deva.

Selagi masih lajang, dia mulai berhitung mengenai biaya hidup dan tantangan berkeluarga di IKN. “Kalau rumah atau rusun, mungkin sudah mereka siapin,” ucap dia.

“Tapi, yang enggak kalah penting juga fasilitas pendukung, seperti sekolah, rumah sakit, tempat belanja, dan (tempat) hiburan.”

Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Abdullah Azwar Anas, pemindahan ASN ke IKN dilakukan secara bertahap, mulai tahun ini hingga 2029 lewat tiga prioritas. Dikutip dari Antara, total jumlah ASN yang pindah ke IKN secara bertahap tersebut sebanyak 32.937 orang, terdiri dari pemindahan prioritas 1 dengan 179 unit pejabat eselon 1 di 38 kementerian/lembaga dengan jumlah ASN yang pindah sebanyak 11.016 orang.

Pemindahan prioritas 2 melibatkan 91 unit pejabat eselon 1 di 29 kementerian/lembaga, dengan jumlah ASN yang pindah ke IKN sebanyak 6.884 orang. Sementar prioritas peimdahan prioritas 3 melibatkan 378 unit eselon 3 di 50 kementerian/lembaga, dengan jumlah ASN yang pindah ke IKN sebanyak 14.237 orang.

Tak cuma Deva, Trifena Estu, 30 tahun, juga merasakan keresahan yang sama. Perempuan yang akrab disapa Puput ini bekerja sebagai ASN di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

 “Saya harus mempersiapkan mental pastinya karena lokasinya yang masih baru dan di luar Pulau Jawa,” kata Puput, Kamis (4/7).

“Saya yang tumbuh besar di Pulau Jawa tidak ada saudara di sana, sehingga pasti khawatir bagaimana hidup di sana tanpa keluarga.”

Puput sudah mengunjungi IKN pada Juni lalu. Dia melihat, daerah IKN dan sekitarnya belum banyak fasilitas penunjang. Jika fasilitas tidak memadai, bakal repot bagi ASN yang membawa keluarga ke sana.

Semula, Puput sangat bersemangat pindah ke IKN karena lelah menjalani hidup di Jakarta yang kerap berharapan dengan kemacetan. Namun, setelah mengunjungi IKN, dia merasa lebih baik di Jakarta lantaran IKN sangat sepi. Puput mengaku tidak begitu nyaman dengan suasana kota yang sepi.

“IKN saat ini masih terasa sepi karena masih tahap pembangunan. Mungkin 5-10 tahun lagi baru akan lebih ramai,” ucap Puput.

Sebagai seorang ibu, Puput mengaku menyimpan rasa cemas. “Apakah IKN bisa jadi tempat ideal bagi tumbuh kembang anak?” kata dia.

Selain itu, jarak yang terlampau jauh dari Pulau Jawa, membuat dia akan jarang menemui keluarga besarnya yang tersebar di beberapa daerah di Jawa karena ongkosnya yang pasti tak sedikit.

“Saya juga memikirkan bagaimana nanti perkembangan ke depannya," ujar Puput.

Pengalaman mengunjungi IKN dan melihat kekurangan di sana-sini, membuat Puput merasa tidak yakin memboyong keluarganya ke IKN jika harus pindah dalam waktu dekat. Bila nanti dipindahkan, Puput lebih memilih keluarganya bermukim di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, yang sudah cukup banyak fasilitas umum untuk menopang hidup. Sedangkan dia sendiri bakal tinggal di area IKN dan akan menengok keluarganya seminggu sekali.

"Saya rasa Kota Balikpapan lebih ideal untuk menjadi tempat tinggal keluarga saya, jika memang harus pindah ke IKN untuk saat ini,” kata dia.

Terlepas dari itu, sebagai pegawai yang bekerja di instansi pemerintah, Puput siap menerima konsekuensi dipindahkan ke IKN. Dia pun akan merancang strategi adaptasi untuk hidup di IKN.

“Kita lihat 5-10 tahun lagi, apakah IKN akan lebih ideal untuk menjadi tempat tinggal keluarga," ucap Puput.

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan