close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Alinea.id/Dwi Setiawan.
icon caption
Ilustrasi. Alinea.id/Dwi Setiawan.
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 13 Maret 2021 08:16

Riset DBS: Nasabah prioritas tak gegabah dalam berinvestasi

. Kesibukan mereka sehari-hari pun menimbulkan keraguan dalam berinvestasi.
swipe

Bank DBS Indonesia melakukan riset kepada kalangan nasabah priority banking untuk mengetahui lebih dalam aspirasi dan perilaku mereka seputar perencanaan serta pengembangan finansial.

Dari hasil riset tersebut, Bank DBS Indonesia menemukan dua tipe psikografis nasabah prioritas. Nasabah tipe pertama bergerak agresif dalam memenuhi aspirasi, sehingga berani mengeksplorasi peluang investasi yang berisiko tinggi. Sementara nasabah tipe kedua cenderung pasif dalam menumbuhkan kekayaannya karena sudah merasa cukup dengan kondisi finansialnya, sehingga lebih memilih instrumen investasi yang berisiko lebih rendah.

Keduanya memiliki kesamaan, yaitu tidak ingin bergerak secara gegabah tanpa pemikiran atau pemahaman yang matang. Kesibukan mereka sehari-hari pun menimbulkan keraguan dalam berinvestasi karena merasa kekurangan pengetahuan dalam menganalisa peluang investasi yang tepat. 

“Pasar bergerak dengan sangat cepat, namun saya belum memiliki pengetahuan yang cukup up-to-date akan iklim investasi masa kini untuk mengambil keputusan. Jadi, saya rasa memiliki bank yang secara aktif terus memberikan pengetahuan dan informasi mengenai tren investasi dan waktu yang tepat untuk melakukannya akan sangat membantu saya,” ujar seorang nasabah prioritas berusia 50 tahun yang berdomisili di Surabaya.

“Sangat menarik jika bank bisa memberi tahu saya kapan waktunya membeli dan menjual (valas)– sehingga meningkatkan pengetahuan dan kesadaran saya terhadap kondisi pasar,” tambah seorang nasabah prioritas berusia 35 tahun di Bandung.

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 menunjukkan literasi keuangan di Indonesia mencapai 38,03%, namun indeks inklusi keuangan Indonesia sudah mencapai lebih dari 76%.

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Tirta Segara, pada kuliah umumnya di Universitas Andalas, Padang, menyampaikan, terdapat gap yang tinggi antara literasi dan inklusi keuangan, ketimpangan tersebut menandakan masyarakat hanya membeli produk keuangan namun tidak memahami aspek penting lainnya.

Tingkat literasi keuangan faktanya sangat memengaruhi keinginan dan kesiapan seseorang dalam berinvestasi. Sebuah lembaga riset pemasaran Inside ID pada 2018 menemukan bahwa emas masih menjadi pilihan sebagian besar masyarakat karena belum terlalu paham instrumen investasi lainnya. Kepemilikan produk investasi disusul oleh deposito (37%), properti (30%), reksa dana (22%), dan saham (17%).

Di sisi lain, riset tahunan Bank DBS Indonesia di 2020 menemukan beberapa parameter utama yang dibutuhkan oleh nasabah prioritas guna membantu dalam membuat keputusan investasi yang tepat. Termasuk kebutuhan mendapatkan wawasan yang lebih baik, memberikan solusi digital inovatif serta layanan yang proaktif dan personal. 

“Sebagai bagian dari komitmen kami untuk menjadi mitra manajemen kekayaan terpercaya, priority banking DBS Treasures Indonesia bertransformasi untuk memberikan strategi finansial yang mencermati kebutuhan nasabah (Intuitive Wealth Management to Empower Confident Decision) sehingga mereka dapat mengambil keputusan investasi yang akurat di saat tepat,” ujar Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/3).

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan