close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pensiunan./Foto Gaspartacus/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi pensiunan./Foto Gaspartacus/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 15 Maret 2025 06:20

Risiko kesepian para pensiunan di negara orang

Tak selamanya tinggal di negara orang lebih baik.
swipe

Beberapa waktu lalu, viral tagar #KaburAjaDulu di media sosial. Tagar itu adalah wujud kekecewaan terhadap situasi yang ada di Indonesia dan ingin mencari kehidupan baru di negara orang. Kebanyakan dari mereka adalah anak muda.

Publik figur juga ada yang memutuskan tinggal di luar negeri. Misalnya, pasangan selebritas Cindy Fatika Sari dan Tengku Firmansyah yang sudah menetap di Edmonton, Kanada sejak beberapa tahun lalu untuk mendukung pendidikan anak-anak mereka dan mencari karier yang lebih stabil. Tengku Firmansyah sendiri bekerja sebagai tukang besi di sebuah bengkel manufaktur.

Namun, tinggal di negara orang tak selamanya menyenangkan. Terutama bagi mereka yang sudah pensiun dan ingin menikmati hari tua di negeri orang.

Penelitian yang dilakukan para peneliti dari Universitas Groningen dalam jurnal Psychology and Aging (2025) menyebut, seorang pensiunan yang pindah ke luar negeri memiliki risiko lebih besar merasa kesepian dibandingkan mereka yang tetap tinggal di negaranya sendiri.

“Migrasi pensiunan internasional semakin populer di Eropa dan seluruh dunia. Di media sosial, Anda melihat semua orang di Eropa berjemur di Spanyol, pensiunan Amerika pindah ke Meksiko, dan pensiunan Jepang pindah ke Malaysia,” kata salah seorang peneliti, Esma Betul Savas, dikutip dari American Psychological Association.

“Meskipun para migran pensiunan ini umumnya melaporkan mereka bahagia, mereka mungkin masih menghadapi kesulitan beradaptasi dengan negara baru.”

Dalam proses adaptasi itu, kontak dengan keluarga dan teman lama berkurang. Selain itu, kesulitan pula menjalin persahabatan dan koneksi di negara yang baru.

Savas dan rekan-rekannya mensurvei 4.995 pensiunan Belanda yang tinggal di luar negeri dan kelompok pembanding yang terdiri dari 1.338 pensiunan Belanda yang masih tinggal di negaranya. Untuk memenuhi syarat sebagai pensiunan migran, mereka yang tinggal di luar negeri harus berusia lebih dari 65 tahun dan telah pindah ke negara baru setelah berusia 50 tahun.

Para peneliti bertanya kepada para peserta tentang perasaan kesepian mereka, serta hubungan mereka dengan keluarga, teman, dan tetangga di kampung halaman dan di negara baru. Mereka mengamati dua aspek kesepian, yakni kesepian emosional yang berasal dari kurangnya teman dekat atau pasangan, serta kesepian sosial yang berasal dari kurangnya lingkaran sosial yang lebih laus atau rasa kebersamaan.

Secara keseluruhan, para peneliti menemukan, migran yang sudah pensiun lebih kesepian secara sosial. Meskipun faktanya migran yang sudah pensiun secara rata-rata memiliki status sosial-ekonomi yang lebih tinggi. Namun, rata-rata para pensiunan migran tidak lebih kesepian secara emosional daripada non-migran. Menurut para peneliti, hal itu masuk akal karena banyak pensiunan pindah ke negara baru bersama pasangannya.

Hanya migran pensiunan yang melaporkan mereka kehilangan kontak dengan teman baik dan keluarga di kampung halaman yang merasa lebih kesepian secara sosial dan emosional. Para peneliti juga menemukan, mereka yang memiliki lebih banyak kontak dengan tetangga dan rasa memiliki yang lebih tinggi terhadap negara baru mereka melaporkan lebih sedikit kesepian secara sosial.

“Orang dewasa yang lebih tua mungkin menghadapi risiko ganda saat pensiun di negara baru karena mereka rentan terhadap faktor risiko kesepian yang berkaitan dengan usia dan migrasi, dan kesepian itu sendiri merupakan faktor risiko untuk dampak kesehatan yang buruk,” ujar Savas.

“Penting bagi orang yang mempertimbangkan migrasi saat pensiun untuk memikirkan cara mereka dapat mempertahankan ikatan sosial di negara asal dan menjalin ikatan baru di negara tujuan.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan