Obesitas adalah masalah kesehatan masyarakat global. World Health Organization (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai penumpukan lemak abnormal atau berlebihan yang menimbulkan risiko bagi kesehatan.
Indeks massa tubuh (IMT) di atas 25 dianggap kelebihan berat badan. Jika di atas 30 dianggap obesitas. Pada 2019, diperkirakan 5 juta kematian akibat penyakit tidak menular disebabkan indeks massa tubuh yang lebih tinggi dari normal.
Angka kelebihan berat badan dan obesitas terus meningkat pada orang dewasa dan anak-anak. Dari 1990 hingga 2022, persentase anak-anak dan remaja berusia 5 hingga 19 tahun yang mengalami obesitas meningkat empat kali lipat dari 2% menjadi 8% secara global. Sementara orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yang mengalami obesitas meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 7% menjadi 16%.
Situs Mayo Clinic menyebut, obesitas bisa menimbulkan penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, penyakit hati, sleep apnea, dan kanker tertentu.
Sering kali, obesitas disebabkan faktor keturunan, fisiologis, dan lingkungan, dikombinasikan dengan pilihan pola makan, aktivitas fisik, dan olahraga.
Namun, penelitian terbaru yang diterbitkan jurnal PLOS One (Maret, 2025) berjudul “Sociodemographic and early-life predictors of being overweight or obese in a middle-aged UK population– A retrospective cohort study of the 1958 National Child Development Survey participants” menemukan, ada faktor-faktor di luar kendali seseorang, seperti status sosial ekonomi dan apakah ibu mereka merokok atau mengalami obesitas, dapat memengaruhi obesitas saat remaja atau dewasa.
Para peneliti asal Universitas Edinburgh tersebut memperkirakan dampak beberapa faktor pada berat badan seseorang, termasuk faktor sosial seperti jenis pekerjaan seseorang, serta faktor awal kehidupan seperti urutan kelahiran seseorang, bagaimana mereka dilahirkan, dan apakah ibu mereka merokok atau mengalami obesitas.
Secara khusus, mereka mengamati apakah seseorang mengalami kelebirah berat badan, obesitas, atau obesitas parah pada usia 16 dan 42 tahun. Mereka juga mengamati berat badan peserta antara usia 16 hingga 42 tahun—rentang umur yang mencakup peningkatan angka obesitas di Inggris Raya.
Data itu berasal dari the 1958 National Child Development Study atau Studi Perkembangan Anak Nasional 1958, yang merupakan sebuah studi jangka panjang yang meneliti kehidupan lebih dari 17.000 orang yang lahir dalam satu minggu di bulan Maret 1958 di seluruh Inggris, Skotlandia, dan Wales.
Analisis para peneliti menunjukkan, jika seorang ibu mengalami obesitas atau merokok, anaknya lebih mungkin mengalami obesitas atau obesitas parah pada setiap usia yang diperiksa. Temuan ini pun menunjukkan, faktor-faktor kehidupan awal ini dapat memiliki efek berkelanjutan terhadap berat badan seseorang.
Catatannya, segala faktor itu sama kuatnya sebelum dan sesudah dimulainya peningkatan angka obesitas di Inggris, yang menunjukkan, dampak faktor individual, seperti gaya hidup, kemungkinan tidak berubah selama waktu tersebut.
“Penelitian kami menunjukkan, pengaruh ibu berlanjut hingga usia 42 tahun dan yang mengejutkan, prediktor tersebut sama kuatnya di era sebelum meluasnya obesitas saat ini dimulai,” kata para peneliti.
“Hal ini menunjukkan, diperlukan studi baru mengenai faktor-faktor di tingkat komunitas yang mungkin telah menyebabkan ‘pandemi’ obesitas saat ini, karena faktor risiko pada tingkat individu tampaknya tidak mengalami perubahan selama periode dimulainya dan berkembangnya pandemi tersebut."