Pada Jumat (5/4) asisten rumah tangga keluarga Rinata Andra Permatasari pulang kampung untuk merayakan Idulfitri. “Si mbak” baru kembali lagi bekerja pada 16 April. Akibatnya, Rinata mengaku kewalahan ditinggal mudik asisten rumah tangganya.
“Makanya, pas Mpok Nur (asisten rumah tangganya) pulang, sudah pasti rumah berantakan,” ujar Rinata, yang berdomisili di Tangerang Selatan, Banten kepada Alinea.id, Kamis (4/4).
Solusinya, ia bersama suami berbagi pekerjaan rumah tangga. Rinata bakal memasak, sedangkan suaminya menyapu dan mengepel rumah. Ia mengaku tak berani mencari asisten rumah tangga pengganti atau infal.
“Saya enggak berani kalau orang random masuk-masuk rumah, takut dapat yang tangannya jahil gitu. Ngerti kan?” ujar dia.
Jika mengandalkan wawancara, ia pun tak percaya orang yang akan bekerja di rumahnya menjawab dengan jujur. Apalagi, ia mengetahui, penyalur asisten rumah tangga yang ada tak jauh dari rumahnya bukan perusahaan besar.
“Jadi saya takut,” kata dia. “Pakai (asisten rumah tangga) infal yang PT besar biasanya lebih mahal.”
Tak seperti asisten rumah tangga Rinata, Irma Susanti, 24 tahun, justru memilih tetap bekerja di hari raya. Ia menjadi asisten rumah tangga infal dari 6 hingga 15 April di rumah tetangganya di bilangan Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Irma punya pengalaman bekerja menjadi asisten rumah tangga sejak 2019 di Cikarang, Bekasi.
Irma tinggal berdua bersama neneknya di rumah kontrakan. Ibunya menjadi asisten rumah tangga di luar negeri. Ia tak ada beban menjadi asisten rumah tangga infal saat Lebaran. Sebab, rata-rata tetangganya adalah keluarganya juga.
“Jadi, Lebaran itu sudah biasa aja rasanya. Makanya, kita ada kesempatan gini, kita manfaatin aja buat jadi pembantu sementara, cari-cari tambahan juga, lumayan kan,” kata Irma saat ditemui di Tangerang Selatan, Banten, Jumat (5/4).
Ia mendapat upah Rp150.000 per hari. Menurutnya, upah tersebut terbilang murah. “Kalau saya masuk ke penyedia jasa (asisten rumah tangga infal) gitu, bisa lebih tinggi lagi (upahnya),” ujar Irma.
“Cuma saya ambil (pekerjaan) yang dekat-dekat sini aja. Kalau di mereka (penyedia jasa) takut dikirim ke yang jauh dari rumah.”
Pendapatan sebesar itu, ia rasa sudah cukup. “Namanya SMA juga enggak lulus. Sudah bisa kerja aja bersyukur,” tutur dia.
Dari sisi pekerjaan, Irma mengatakan sama saja. Namun, iamesti menyesuaikan dengan aturan di rumah tangga yang berbeda-beda. “Harus hati-hati, jangan sampai salah,” ucap Irma.
Selain Irma, Dinda Airin, 22 tahun, juga mesti tetap bekerja sebagai asisten rumah tangga infal di libur hari raya Idulfitri. Tahun lalu, Dinda juga menjadi asisten rumah tangga pengganti. Walau tengah mengandung anak pertama, Dinda harus bekerja memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suaminya bekerja menjadi pengemudi ojek daring.
“Lebarannya diundur dulu. Utamain cari uang,” tutur Dinda ditemui di Tangerang Selatan, Banten, Jumat (5/4).
Tahun lalu, Dinda benar-benar bekerja saat hari raya Idulfitri, dipekerjakan selama tiga hari. Saat itu, ia mendapat tawaran dari tetangganya untuk bekerja menggantikan asisten rumah tangga yang mudik. Pekerjaan tersebut ia lakoni berdua bersama saudaranya.
“Lumayan juga tiga hari dapat Rp1.500.000. Terus ada bonus Rp200.000 lagi,” kata Dinda.
“Tapi ya itu, kerjanya banyak banget. Soalnya ngurus keluarga besar.”
Meski begitu, Dinda merasa pekerjaannya tahun lalu cukup berat. Bersama saudaranya, ia harus membersihkan rumah yang cukup besar, terdiri dari tiga lantai. Ia harus membersihkan rumah sebelum dan setelah acara silaturahmi di rumah majikannya tersebut.
Namun, Dinda tak kapok. Pendapatan yang cukup besar tersebut menjadikan alasan Dinda untuk menerima kembali pekerjaan sebagai asisten rumah tangga pengganti di tahun ini.
“Lumayanlah buat tambahan-tambahan. Soalnya kerja beberapa hari aja, sudah setengah lebih gaji saya jaga toko kalau hari biasa,” tutur dia.
Jika hari raya Idulfitri sudah berlalu, Dinda akan kembali bekerja di toko boneka. Momen Lebaran cuma dijadikannya mencari rezeki tambahan.
“Buat tambahan siap-siap (lahiran) anak pertama juga,” kata Dinda.
“Soalnya kan Lebaran gini kayaknya suami sepi juga (narik ojek). Orang pada pulang kampung. Makanya saya bantu-bantu.”