Satu gelas minuman beralkohol per hari picu tekanan darah tinggi

Rutin minum alkohol - paling sedikitnya satu gelas sehari -- dikaitkan dengan peningkatan pembacaan tekanan darah, bahkan pada orang dewasa tanpa hipertensi, menurut analisis penelitian baru.

Penelitian yang diterbitkan Senin (31/7) di jurnal American Heart Association Hypertension menganalisis data dari tujuh studi internasional dan menemukan bahwa orang yang minum bahkan satu minuman beralkohol per hari lebih cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi bila dibandingkan dengan bukan peminum.

"Kami tidak menemukan efek menguntungkan pada orang dewasa yang minum alkohol dalam kadar rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak minum alkohol," kata penulis studi senior Dr. Marco Vinceti, dalam rilis berita. "Kami agak terkejut melihat bahwa mengonsumsi alkohol dalam kadar yang sudah rendah juga dikaitkan dengan perubahan tekanan darah yang lebih tinggi dari waktu ke waktu dibandingkan dengan tidak mengonsumsinya -- meskipun jauh lebih sedikit daripada peningkatan tekanan darah yang terlihat pada peminum berat."

Analisis tersebut mencakup data dari lebih dari 19.000 orang dewasa di Amerika Serikat, Korea, dan Jepang. Konsumsi alkohol didasarkan pada gram alkohol yang dikonsumsi, bukan jumlah minuman, agar pengukuran tetap konsisten di seluruh negara dengan berbagai jenis minuman dan ukuran "minuman standar".

Setelah meninjau data semua responden selama lebih dari lima tahun, peneliti menemukan sistolik, atau angka teratas, tekanan darah naik:

1,25 milimeter merkuri (mm Hg) pada orang yang mengonsumsi rata-rata 12 gram alkohol per hari.

4,9 mm Hg pada orang yang mengonsumsi rata-rata 48 gram alkohol per hari.

Di AS, 14 gram alkohol setara dengan sekitar 12 ons bir biasa, 5 ons anggur, atau 1,5 ons minuman keras yang disuling, menurut catatan rilis.

Untuk diastolik, atau angka bawah, tekanan darah, naik:

1,14 mm Hg pada orang yang mengonsumsi rata-rata 12 gram alkohol per hari.

3,1 mm Hg pada orang yang mengonsumsi rata-rata 48 gram alkohol per hari.

Tekanan darah diastolik bukan prediktor kuat risiko penyakit jantung dibandingkan dengan sistolik, demikian catatan rilis, menambahkan bahwa hubungan ini terlihat pada laki-laki, yang menyumbang 65% dari peserta penelitian, tetapi tidak pada perempuan. Hasil sistolik terlihat pada keduanya.

Tekanan darah tinggi dikenal sebagai "silent killer" dan dapat meningkatkan risiko seseorang terkena serangan jantung, stroke, penyakit ginjal kronis, dan kondisi serius lainnya.

"Alkohol tentu bukan satu-satunya pendorong peningkatan tekanan darah; namun, temuan kami mengonfirmasi bahwa alkohol berkontribusi dengan cara yang berarti," tambah Vinceti. "Membatasi asupan alkohol disarankan, dan menghindarinya justru lebih baik," pungkasnya.(cbsnews)