Banyaknya kasus penyakit paru-paru parah dan kematian terkait rokok elektronik atau vape, tak membuat masyarakat kapok.
Sebuah jajak pendapat menunjukkan banyak anak muda di Amerika Serikat yang masih menganggap vape tidak berbahaya. Lebih dari 20% anak muda berusia 18-38 tahun menganggap vape tidak berbahaya dan tidak adiktif. Sementara itu, hampir 30% menyatakan, rokok elektrik dengan perasa jauh lebih aman dibandingkan vape biasa atau tanpa perasa.
Jajak pendapat nasional yang melibatkan lebih dari 4.000 responden itu dilakukan oleh American Society of Clinical Oncology (ASCO) pada 9 Juli hingga 10 Agustus.
Kasus-kasus kematian dan penyakit terkait vape dilaporkan terjadi sejak Juli 2019. US Centers for Disease Control and Prevention mencatat lebih dari 800 kasus penyakit paru-paru parah merenggut nyawa 12 orang di 10 negara bagian.
"Masih begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang rokok elektrik," kata Dokter Richard Schilsky, Kepala Petugas Medis ASCO.
Schilsky menyatakan ASCO butuh melakukan lebih banyak penelitian tentang produk-produk itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dan melindungi kesehatan masyarakat AS melalui pendidikan dan regulasi.
Menurut survei, di seluruh Negeri Paman Sam, sekitar satu dari lima orang dewasa menggunakan vape.
Vaping jauh lebih populer di kalangan anak muda daripada di kalangan orang tua. Lebih dari 21% anak berusia 23-38 tahun mengatakan mereka secara teratur menggunakan rokok elektrik, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 15% dari orang berusia 39-54 tahun, dan 5% dari orang berusia 55-72 tahun yang memakainya.
Di antara generasi Baby Boomers, sekitar 10% berpendapat bahwa vaping aman, 14% mengatakan itu tidak membuat ketagihan, dan 12% menyebut bahwa rokok elektrik dengan perasa tidak berbahaya. Walaupun semakin banyak anak muda yang menggunakan rokok elektrik, namun 73% orang tua mengatakan telah memperingatkan anak-anak mereka akan bahaya dan dampak negatif vaping.
Kepala Korps Layanan Kesehatan Masyarakat AS memperingatkan bahwa rokok elektrik mengandung bahan adiktif dan berbahaya seperti nikotin, logam berat, dan perasa dengan bahan kimia.
Pemerintahan Presiden Donald Trump baru-baru ini mengumumkan rencana untuk melarang penjualan rokok elektrik yang menggunakan perasa.
Hampir 7 dari 10 orang dewasa mengatakan mereka mendukung peningkatan batas usia untuk membeli rokok elektrik, dari sebelumnya 18 tahun menjadi 21 tahun.
Di antara 13% orang dewasa yang mengatakan mereka vaping secara teratur, sekitar 80% di antaranya merupakan perokok aktif. Banyak yang mengatakan mereka menggunakan rokok elektrik sebagai cara untuk mengurangi konsumsi tembakau atau cara alternatif untuk berhenti merokok secara total.
US Food and Drug Administration (FDA) hingga kini belum menyatakan bahwa rokok elektrik merupakan alternatif bantuan untuk menghentikan atau mengurangi penggunaan rokok tembakau.
Sebanyak 71% warga AS ingin FDA membuat regulasi terkait rokok elektrik, 46% menyetujui larangan penjualan vape dengan perasa, dan 41% lainnya mendukung larangan penjualan rokok elektrik secara keseluruhan. (Web MD)