close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Puncak Jaya di Papua./Foto U.S. Geological Survey, U.S.Department of the Interior/wikipedia.org
icon caption
Ilustrasi Puncak Jaya di Papua./Foto U.S. Geological Survey, U.S.Department of the Interior/wikipedia.org
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 03 Maret 2025 15:59

Seberapa bahaya risiko di Puncak Piramida Carstensz?

Piramida Carstensz di Mimika, Papua Tengah memiliki ketinggian 4.884 mdpl.
swipe

Dua orang pendaki Puncak Piramida Carstensz atau Puncak Jaya, yakni Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono dilaporkan tewas pada Sabtu (2/3). Piramida Carstensz adalah puncak tertinggi yang menjadi bagian dari Pegunungan Barisan Sudirman di Mimika, Papua Tengah. Ketinggiannya mencapai 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl). Puncak ini merupakan gunung tertinggi di Indonesia dan ke-7 tertinggi di Asia Tenggara.

Bagaimana kronologi kejadiannya?

Elsa dan Lilie adalah dua pendaki yang menjadi bagian dari rombongan yang terdiri dari 15 orang, antara lain penyanyi Fiersa Besari, Indira Alaika, Furki, Saroni, Ludy Hadiyanto, dua orang WNA Turki, dan seorang WNA Rusia. Mereka dibantu lima orang guide, antara lain Nurhuda, Alvin Perdana, Arlen Kolinug, Jeni Dainga, dan Ruslan.

Dilansir dari Kompas TV, rombongan berkumpul di base camp Lembah Kuning Piramida Cartensz pada Rabu (26/2).

Setelah melakukan kegiatan aklimatisasi—penyesuaian diri dengan iklim—dan latihan mendaki selama dua hari, pada Jumat (28/2) pukul 04.00 WIT, rombongan pendaki ini memulai perjalanan menuju Puncak Carstensz.

Lantas, lima pendaki mengalami cuaca ekstrem yang menyebabkan hipotermia pada Sabtu (1/3) malam. Namun, nyawa Elsa dan Lilie tidak bisa ditolong.

Apa penyebab meninggalnya pendaki?

Dikutip dari Antara, Elsa meninggal dunia saat perjalanan turun dari Puncak Piramida Carstensz karena indikasi terkena gejala acute mountain sickness (AMS) atau penyakit ketinggian. Korban lalu dievakuasi ke RSUD Mimika, Minggu (2/3) pagi.

Lilie dinyatakan meninggal terkena gejala AMS saat turun dari Puncak Piramida Carstensz pada Sabtu (1/3) dini hari, setelah dievakuasi rekan dan guide pendamping di Teras Dua. Kedua korban diterbangkan ke Jakarta pada Senin (3/3).

AMS, menurut Cleveland Clinic, adalah istilah untuk kondisi medis yang dapat terjadi saat seseorang berada di tempat yang lebih tinggi terlalu cepat. Semakin tinggi tempat yang kita tuju, semakin tipis atmosfernya. Penyakit ketinggian terjadi saat tubuh seseorang kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan jumlah oksigen yang diperoleh setiap kali bernapas.

AMS termasuk bagian dari tiga kondisi penyakit ketinggian. Dua lainnya high altitude pulmonaru edema (HAPE) dan high altitude cerebral edema (HACE). AMS jarang terjadi di bawah ketinggian 2.438 mdpl, tulis Cleveland Clinic. Namun, hampir semua orang yang naik dengan cepat hingga ketinggian 3.352 mdpl akan mengalami AMS.

Gejala AMS, antara lain sakit kepala, mual dan muntah, kehilangan selera makan, kelelahan, malaise atau perasaan tidak enak badan, kesulitan tidur, pusing, serta perubahan penglihatan.

Apa saja faktor risiko di mendaki Piramida Carstensz?

Menurut Explorersweb, sebagian besar masalah di Carstensz berasal dari ketinggian atau cuaca dingin. Para pendaki lokal menekankan perlunya aklimatisasi di sekitar basecamp. Sebagian besar insiden di Carstensz disebabkan AMS atau hipotermia karena cuaca bisa sangat dingin. Pendakian ke Carstensz juga beberapa kali ditutup karena konflik bersenjata. Misalnya pada 2019 lalu.

Tingkat kesulitan pendakian Piramida Carstensz bukan hanya soal tantangan untuk mencapai puncak, tetapi juga dalam mencapai basecamp. Mulanya, ditulis Carstensz Adventure Indonesia, awalnya ada dua cara menuju ke basecamp Lembah Kuning Carstensz, yakni dengan trekking dan helikopter.

Trekking awalnya melewai Desa Ilaga. Namun, karena alasan keselamatan, titik awal menuju bascamp dipindah ke Desa Sugapa pada 2010. Diperlukan waktu trekking selama 5-6 hari untuk mencapai basecamp. Sayangnya, karena alasan keselamatan yang sama, yakni konflik suku, treking lewat Desa Sugapa sudah ditutup selama beberapa tahun. Lalu, menggunakan helikopter sewaan menuju basecamp Lembah Kuning. Menghabiskan waktu sekitar 35 menit dari Timika.

Menurut pendaki Alan Arnette yang sudah mencapai puncak Carstensz pada Oktober 2011 dalam blog-nya Alanarnette.com, pendakian Carstensz berbahaya karena faktor cuaca yang bisa sangat dingin dan berangin.

Arnette mengatakan, pendakian ke Puncak Carstensz hanya satu hari. Namun, biasanya menghabiskan beberapa hari sebelum dan sesudahnya.

Dia menyarankan mendaki Carstensz dengan dukungan warga lokal untuk berurusan dengan suku-suku setempat. Carstensz, menurut dia, bukan cuma masalah pendakian tebing di dataran tinggi yang serius, tetapi juga masalah budaya yang harus diatasi.

Dalam cuaca buruk atau keadaan darurat medis, Arnette mengatakan, seseorang mesti menggunakan keterampilannya dengan hati-hati. Selain itu, longsoran batu merupakan bahaya yang nyata.

“Evakuasi helikopter merupakan kemungkinan yang langka. Namun, menurut saya, Anda tetap harus membawa radio dua arah dan telepon satelit serta memiliki frekuensi atau nomor sumber daya penyelamatan lokal,” tulis Arnette.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan