close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi bencana tanah longsor./Foto The_Double_A/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi bencana tanah longsor./Foto The_Double_A/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 23 Januari 2025 16:00

Seberapa dahsyat bencana tanah longsor?

Longsor merupakan pergerakan massa batuan, puing, atau tanah yang menuruni lereng.
swipe

Bencana longsor terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Bencana longsor di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah menjadi yang terparah di awal tahun ini.

Bagaimana fakta-fakta bencana longsor di Pekalongan?

Bencana longsor di Kabupaten Pekalongan tepatnya terjadi di Kecamatan Petungkriono. Bencana itu, dikutip dari Antara, disebabkan hujan deras dengan intensitas tinggi disertai angin kencang di wilayah Jawa Tengah sejak Senin (21/1) malam hingga Selasa (22/1) pagi. Selain itu, banjir melanda Kabupaten Grobogan dan Demak.

Hingga Rabu (22/1), korban meninggal dunia akibat longsor itu sebanyak 21 orang. Ada lima orang yang masih dalam pencarian. Di samping itu, ada 13 orang luka dan setidaknya 159 orang mengungsi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkap, bencana longsor itu berdampak pada kerugian materil, berupa rusaknya dua rumah, dua jembatan, dan tiga mobil. Lalu, satu kafe terdampak dan tiga akses jalan tertutup.

Berapa banyak jumlah bencana longsor di Indonesia?

Di Indonesia, bencana longsor cukup sering terjadi. Merujuk Data informasi Bencana Indonesia (DIBI) BNPB , selama 2023 ada 5.400 bencana longsor di Indonesia, yang menimbulkan 325 orang meninggal, 33 hilang, dan 150.469 orang mengungsi. Bencana longsor pada 2023 pun merusak 47.194 rumah, 680 fasilitas pendidikan, 105 fasilitas kesehatan, 506 tempat ibadah, dan 247 fasilitas umum.

Kemudian, sepanjang 2024 ada 1.478 bencana longsor di Indonesia, yang mengakibatkan 363 orang meninggal, 52 hilang, dan 405.946 orang mengungsi. Bencana tersebut merusak 45.371 rumah, 463 fasilitas pendidikan, 44 fasilitas kesehatan, dan 347 tempat ibadah.

Lalu, selain di Kabupaten Pekalongan, pada Januari 2025 ini DIBI BNPB mencatat beberapa kejadian longsor, seperti di Pulang Pisau di Kalimantan Tengah, Kota Semarang di Jawa Tengah, Cilacap di Jawa Tengah, dan Muara Enim di Sumatera Selatan.

Dikutip dari Tempo.co, longsor pun terjadi di Bali, tepatnya di Desa Pikat, Kabupaten Klungkung dan Desa Ubung Kaja, Denpasar. Akibatnya, delapan orang meninggal dunia. Lalu longsor juga terjadi di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah; Kabupaten Batang, Jawa Tengah; serta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Apa itu longsor, penyebab, dan risikonya?

United States Geological Survey (USGS) menyebut, longsor merupakan pergerakan massa batuan, puing, atau tanah yang menuruni lereng. Tanah longsor dapat dimulai di lereng yang sudah hampir bergerak karena curah hujan, pencairan salju, perubahan permukaan air, erosi sungai, perubahan air tanah, gempa bumi, aktivitas gunung berapi, gangguan dari aktivitas manusia, atau kombinasi dari faktor-faktor itu.

Peneliti di Pusat Lingkungan Universitas Lancaster, Mark Hounslow dalam tulisannya di The Conversation mengatakan, longsor berada di peringkat ke-7 dalam tabel bencana alam setelah bencana besar dalam sejarah, seperti kekeringan, banjir, dan badai. Namun, berada di peringkat kedua setelah gempa bumi dan letusan gunung api.

Sementara itu, menurut peneliti di Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sukristiyanti dalam webinar bertema “Pemanfaatan Data Citra Satelit untuk Manajemen Kebencanaan di Daerah” pada Rabu (24/4/2024), berdasarkan data dan informasi bencana Indonesia BNPB, pada 2024 longsor punya frekuensi paling tinggi dibandingkan banjir, abrasi, angin putting beliung, dan gempa bumi.

Dalam penelitian yang diterbitkan Jurnal Geologi dan Sumber Daya Mineral (2013), peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Edi Prasetyo Utomo menyebut, jumlah tanah longsor terbesar di Pulau Jawa terjadi di Jawa Barat. Secara umum, longsor terjadi di bagian selatan Pulau Jawa.

“Tanah longsor di Jawa Barat sebagian besar terjadi di daerah dengan topografi lereng curam dan berskala relatif kecil, sedangkan tanah longsor yang terkait dengan pergerakan patahan cukup sering terjadi,” tulis Edi.

“Di Jawa Tengah, sebagian besar tanah longsor terjadi di daerah dengan batuan dasar yang mengalami lipatan dan patahan intensif.”

Di The Conversation, Mark Hounslow menulis, pemicu umum longsor adalah hujan ekstrem atau gempa bumi besar. Sedangkan Edi menyebut, curah hujan menjadi faktor pemicu utama terjadinya tanah longsor di seluruh Pulau Jawa.

Namun, Hounslow mengatakan, bencana itu tidak selalu besar dan mematikan. Longsor yang lebih kecil dan sering kali tidak berbahaya bisa disebabkan oleh konstruksi jalan raya, pekerjaan bangunan, erosi sungai, atau pasang-surut pada lereng.

Edi menambahkan, kemungkinan ada korelasi antara kejadian tanah longsor yang disebabkan keterkaitan berbagai faktor, seperti perubahan penggunaan lahan, lingkungan, dan peningkatan populasi. Menurut Hounslow, hal-hal kecil, seperti pipa air yang bocor atau drainase yang kurang baik di lereng juga bisa memicu tanah longsor. Hal ini, terutama terjadi jika air tertahan di dalam atau mengalir sangat lambat dari batu atau tanah di lereng.

“Kurangnya pepohonan juga dapat membuat lereng yang curam lebih rentan terhadap tanah longsor karena pepohonan secara alami menahan dan memperlambat aliran air dari hujan lebat, serta akarnya membantu mengikat tanah,” tulis Hounslow di The Conversation.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan