Pariwisata Indonesia tumbuh tertinggi di kawasan Asia Tenggara dan tercatat menjadi salah satu terbaik di dunia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Sektor pariwisata diharapkan menjadi motor pembangunan di era pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sehingga dalam upaya merealisasikannya, dia sejak awal berjanji kepada Presiden Jokowi bahwa pariwisata akan menjadi penghasil devisa negara terbesar di 2019.
Menurutnya, bukti nyata sudah ada. Kini, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan pariwisata tertinggi pertama di kawasan Asean.
“Pertumbuhan pariwisata Indonesia kesembilan di dunia, nomor tiga di Asia, dan pertama di Asia Tenggara,” ungkap Arief di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (23/10).
Menurut data dari Kemenpar, pariwisata dalam negeri tumbuh sebesar 22% pada periode Januari hingga Desember 2017. Angka kenaikan ini di atas rata-rata pertumbuhan turisme dunia yakni 6,4% dan pertumbuhan Asean 7%.
Usaha Menpar untuk menjadikan pariwisata sebagai penghasil devisa terbesar pun didukung oleh Presiden Jokowi. Pasalnya, kini pariwisata telah menjadi penyumbang devisa nasional nomor empat terbesar setelah industri kelapa sawit (crude palm oil/CPO), minyak dan gas, serta batu bara.
Sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak 2015 dari US$12,2 miliar menjadi US$13,6 miliar pada 2016, kemudian meningkat menjadi US$15 miliar tahun lalu.
“Diharapkan tahun ini sektor pariwisata meraup devisa hingga US$17 miliar, dan diproyeksikan meraup US$20 miliar pada 2019,” tambah Menpar.
Angka jumlah kunjungan wisatawan pun kian meningkat. Mulai dari sebanyak 9,7 juta pada 2015, menjadi 11,5 juta pada 2016 dan terus bertambah menjadi 14 juta pada 2017.
Untuk tahun ini, menurut Menpar hingga Agustus 2018, jumlah turis asing sudah mencapai 10,58 juta dari target 17 juta wisatawan mancanegara. Kunjungan wisatawan dalam negeri pun meningkat dari 255 juta pada 2015 menjadi 264 juta pada 2016, kemudian meningkat menjadi 271 juta tahun lalu.