close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi bayi./Foto jarmoluk/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi bayi./Foto jarmoluk/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 02 Januari 2025 16:01

Selamat datang generasi beta

Bayi yang lahir antara 2025 hingga 2039 disebut bagian dari generasi beta.
swipe

Bayi yang lahir antara 2025 hingga 2039 disebut bagian dari generasi beta. Perusahaan riset McCrindle menyebut, generasi baru ini bakal mencapai 16% dari populasi global pada 2035. Generasi beta adalah kelanjutan dari generasi alfa (lahir 2010-2024).

“Kami menamai mereka alfa dan beta untuk menandakan bukan hanya generasi baru, tetapi generasi pertama yang akan dibentuk oleh dunia yang sama sekali berbeda,” tulis McCrindle.

“Itulah sebabnya kami beralih ke alfabet Yunani, untuk menandakan bagaimana generasi-generasi yang berbeda ini akan dibesarkan dalam dunia baru dengan integrasi teknologi.”

Generasi beta bakal hidup di era di mana artificial intelligence (AI) dan otomatisasi tertanam sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari—mulai dari pendidikan, tempat kerja, kesehatan, hingga hiburan. Mereka, disebut McCrindle, kemungkinan akan menjadi generasi pertama yang merasakan transportasi otonom dalam skala besar, teknologi kesehatan yang bisa dipakai, dan lingkungan virtual sebagai aspek standar kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, generasi beta akan mewarisi dunia yang bergulat dengan berbagai masalah besar, mulai dari perubahan iklm, pergeseran populasi global, dan urbanisasi yang cepat.

Hubungan sosial pun bakal berbeda bagi generasi beta. Mereka akan menjalin persahabatan, pendidikan, dan karier di era saat interaksi digital menjadi yang utama. Namun, mereka menjaga identitas digital dengan aman.

“Kami memperkirakan generasi beta akan mewujudkan keseimbangan antara hiperkonektivitas dan ekspresi pribadi. Mereka akan mendefinisikan ulang arti dari rasa memiliki, memadukan hubungan langsung dengan komunitas digital global,” tulis McCrindle.

Menurut peneliti generasi dan penulis buku Zconomy: How Gen Z Will Change the Future of Business and What to Do About It, Jason Dorsey dalam NBCNews, saat generasi beta dewasa, mereka akan melihat para pemimpin generasi X dan baby boomer yang menghadapi masalah perubahan iklim perlahan-lahan digantikan oleh generasi milenial dan generasi Z.

“Kita mungkin akan melihat gen Z sebagai pejabat terpilih saat gen beta sudah cukup umur untuk memilih,” kata Dorsey. “Perubahan iklim akan terus menjadi masalah yang sangat besar bagi mereka.”

Generasi beta dibesarkan orang tua dari generasi milenial dan generasi Z, yang banyak memprioritaskan kemampuan beradaptasi, kesetaraan, dan kesadaran ekologi dalam pola asuh mereka. McCrindle mencatat, teknologi memainkan peran ganda dalam pola asuh anak zaman sekarang.

Orang tua dari generasi milenial, memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk pendidikan, koneksi, dan hiburan, yang mengintegrasikannya dengan lancar ke dalam kehidupan anak-anak mereka sejak usia dini. Di sisi lain, ada juga kesadaran yang hati-hati pada potensi jebakan teknologi, yang mendorong para orang tua untuk menyeimbangkan waktu menonton dengan aktivitas luar ruangan dan interaksi interpersonal.

Sedangkan orang tua dari generasi Z cenderung sangat setuju kalau membatasi waktu anak-anak mereka di depan layar merupakan prioritas yang tinggi. Gen Z melihat manfaat teknologi dan waktu di depan layar, tetapi mereka juga melihat sisi negatifnya dan menolak teknologi serta usia saat anak-anak mereka mengakses dan menggunakannya.

Sementara itu, Dorsey dalam NBCNews mengatakan, pentingnya nama-nama generasi ketika harus mengidentifikasi sekelompok orang yang semuanya terpengaruh peristiwa penting. Bagi generasi milenial, peristiwa yang menentukan adalah 9/11. Bagi generasi Z, pandemi.

“Ini adalah petunjuk untuk membantu kita mendapatkan konteks mengenai apa yang mungkin atau telah dialami oleh sekelompok orang saat mereka beranjak dewasa,” ujar Dorsey.

Akan tetapi, label generasi punya kelemahan. Lembaga penelitian Pew Research Center misalnya, pada 2023 menyatakan akan berhenti menggunakan label generasi dalam risetnya. Sebaliknya, Pew Research Center menyebut, perbedaan demografi, seperti ras dan kelas, merupakan faktor yang lebih besar dalam menentukan kesamaan suatu kelompok.

Dalam jurnal Acta Psychologica (November, 2023), para peneliti menyebut, mengidentifikasi individu sebagai anggota generasi yang berbeda berdasarkan asumsi tentang pengaruh kolektif dari pengalaman bersama—dan kemudian mencari perbedaan di antara mereka—berdasarkan pengelompokan sewenang-wenang kelompok tahun kelahiran adalah penyederhanaan yang berlebihan dan menciptakan potensi stereotip, generasiliasi yang salah, dan perlakuan diskriminatif terhadap seseorang.

“Seperti yang sering terjadi dalam mendefinisikan kelompok berdasarkan individu, sering kali ada lebih banyak variabilitas dalam kelompok generasi daripada di antara kelompok-kelompok tersebut, aspek lain yang terlalu disederhanakan oleh pemikiran generasi,” tulis para peneliti.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan