

Suara 100 Hz yang unik bisa mengatasi mabuk kendaraan

Beberapa orang kerap mengalami mabuk dalam perjalanan menggunakan transportasi umum atau kendaraan pribadi. Mabuk perjalanan, dikutip dari Cleveland Clinic, bisa terjadi saat otak menerima pesan yang bertentangan dari bagian tubuh, seperti mata, telinga bagian dalam, otot, dan sendi yang merasakan gerakan.
Mata kita mencatat gerakan karena melihat rambu-rambu, pepohonan, serta benda-benda diam lainnya muncul dalam pandangan, lalu menghilang. Mata mengirim pesan kepada otak bahwa kita sedang bergerak.
Telinga bagian dalam dan ujung-ujung saraf di otot serta persendian, yang merasakan kita sedang duduk diam, mengirimkan pesan ke otak bahwa kita tidak bergerak. Sedangkan otak tidak bisa memproses pesan yang saling bertentangan, sehingga kita mulai merasa mual atau berkeringat.
Kondisi ini dapat terjadi ketika tubuh diam, tetapi kita digerakkan oleh kendaraan, seperti naik mobil, berdiri di dek kapal, atau sebagian orang mengalaminya saat bermain gim realitas virtual.
Gejala mabuk perjalanan bisa berkembang perlahan atau muncul sekaligus, meliputi pusing, kelelahan, sakit kepala, mual dan muntah, pernapasan cepat, dan keluar keringan dingin. Biasanya, orang menggunakan minyak, minum obat, atau menghirup udara segar untuk mengurangi mabuk perjalanan.
Beberapa peneliti dari Sekolah Pascasarjana Kedokteran Universitas Nagoya, dalam studinya yang diterbitkan di jurnal Environmental Health and Preventive Medicine (25 Maret 2025) bertajuk “Just 1-min exposure to a pure tone at 100 Hz with daily exposable sound pressure levels may improve moton sickness” menemukan, penggunaan teknologi stimulasi suara yang unik—alat yang menstimulasi telinga bagian dalam dengan panjang gelombang suara tertentu—dapat mengurangi mabuk perjalanan.
“Studi kami menunjukkan, stimulasi jangka pendek menggunakan suara unik yang disebut sound spice ®, dapat meredakan gejala mabuk perjalanan, seperti mual dan pusing,” kata salah seorang peneliti, Takumi Kagawa, dikutip dari situs Nagoya University Research Information.
"Tingkat suara efektif berada dalam kisaran paparan kebisingan lingkungan sehari-hari, yang menunjukkan teknologi suara tersebut efektif dan aman."
Para peneliti fokus pada organ otolitik telinga bagian dalam, terutama utrikulus, yang mendeteksi gerakan linier. Utrikulus adalah kantung membran berbentuk membran yang berfungsi mendeteksi gerakan kepala secara horizontal dan berperan dalam menatur keseimbangan tubuh.
Dilansir dari Earth, percobaan mereka mengidentifikasi nada tunggal yang sangat spesifik pada 100 Hertz (Hz) yang mengaktifkan utrikulus saat disampaikan pada tingkat tekanan suara aman 80-85 decibel Z (dBz).
Para peneliti menggunakan model tikus dan manusia sebagai eksperimen. Nada unik yang disebut dalam penelitian sebagai sound spice ® memiliki efek yang dapat diukur pada saluran ion di utrikulus tikus, terutama ketika otoconia—kristal kalsium karbonat kecil yang penting untuk keseimbangan—hadir. Tanpa otoconia, suara tersebut hanya memiliki sedikit efek. Hal ini menunjukkan adanya interaksi biologis yang tepat.
“Getaran pada suara unik tersebut merangsang organi otolitik di telinga bagian dalam, yang mendeteksi percepatan linear dan gravitasi,” ujar peneliti lainnya, Masashi Kato dalam situs University Nagoya Research Information.
“Hal ini menunjukkan, stimulasi suara unik dapat mengaktifkan sistem vestibular secara luas, yang bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan dan orientasi spasial.”
Guna memverifikasi efek nada, para peneliti mulanya melakukan uji keseimbangan sinar pada tikus. Uji ini menilai keseimbangan dengan menilai seberapa baik tikus berjalan di sepanjang sinar yang sempit.
Tikus yang terpapar nada 100 Hz selama lima menit sebelum diguncang, punya performa lebih baik daripada tikus yang tidak menerima suara apa pun. Manfaat bertahan hingga dua jam. Sebaliknya, tikus yang terpapar nada 250 Hz tidak menunjukkan peningkatan tersebut.
Uji coba pada manusia dilakukan terhadap peserta yang memiliki riwayat mabuk perjalanan. Mereka ditempatkan di kursi goyang, simulator mengemudi, atau kendaraan. Untuk memicu rasa tidak nyaman, para peserta diminta membaca selama gerakan. Sebelum setiap sesi, mereka tidak menerima suara atau menerima paparan frekuensi 100 Hz selama satu menit melalui pengeras suara di dekat telinga mereka.
Para peneliti menggunakan kontrol postur, pembacaan elektrokardiogram (EKG)—rekaman aktivitas listrik jantung yang dihasilkan elekroda yang ditempelkan pada tubuh, dan hasil kuesioner penilaian mabuk perjalanan untuk menilai efektivitas stimulasi tersebut.
Paparan terhadap suara unik sebelum melakukan simulator mengemudi meningkatkan aktivasi saraf simpatik—bagian dari sistem saraf otonom yang mengatur respons tubuh saat menghadapi bahaya atau ancaman. Para peneliti menemukan, gejala seperti pusing dan mual, yang sering terlihat pada mabuk perjalanan, berkurang.
“Hasil ini menunjukkan bahwa aktivasi saraf simpatik, yang sering kali tidak terkendali saat mabuk perjalanan, secara objektif ditingkatkan oleh paparan suara yang unik,” kata Kato.
Supaya efektif, menurut Earth, suara harus memenuhi empat kondisi, yakni paparan yang sama pada kedua telinga, frekuensi 100 Hz, tekanan suara 80-85 dBZ, dan durasi satu menit. Perangkat ini dapat dipasang di sandaran kepala mobil, kursi pesawat, atau perangkat audio yang bisa dikenakan.
Jika teknologi ini terbukti andal saat bergerak, hal itu dapat membuat perjalanan menjadi lebih nyaman bagi jutaan orang. “Suara kecil ini mungkin akan segera menciptakan perubahan besar,” tulis Earth.
“Menjadikan perjalanan bebas penyakit bukan hanya mungkin, tetapi juga biasa.”


Tag Terkait
Berita Terkait
Mencegah kekerasan seksual dokter kandungan
Pola makan yang buruk terkait dengan risiko kanker paru-paru
Otak bisa rusak akibat konsumsi alkohol berlebihan
Bagi warga Seoul usia tua dimulai pada usia 70

