Bulan ramadan sangat dinanti-nantikan umat Muslim di seluruh dunia. Berbagai persiapan dilakukan agar ibadahnya berkah. Suka cita menyambut Ramadan sangat berasa di Indonesia. Begitu pula dengan tradisi-tradisi unik yang perlahan happening. Mulai dari ngabuburit, hunting takjil atau tarawih bergilir di masjid-masjid.
Berbeda dengan beberapa pelajar Indonesia yang berada di luar negeri. Menjalankan ibadah puasa di negara orang memang ada saja rintangannya. Apalagi di negara yang minoritas penduduknya merupakan pemeluk agama Islam. Terlebih, bulan puasa saat ini merupakan musim panas sehingga waktu puasa pun lebih panjang.
Salah satunya adalah Bintang Dinanti Yanda, seorang pelajar Indonesia di Jerman. Dirinya mengaku ini adalah kali pertamanya puasa di negeri orang. Banyak sekali perbedaan yang dialami saat puasa antara di Indonesia dan Jerman. Hal itu sedikit menyulitkan bagi dirinya untuk beradaptasi, namun tak mengurungkan niatnya untuk menjalankan puasa.
Bintang mengatakan, datangnya bulan ramadan di Jerman sama sekali tidak terasa euforianya. Puasa juga terasa lebih berat. "Karena hidup di lingkungan minoritas muslim, jadi tentunya banyak godaan dan cobaan karena mayoritas tidak puasa. Masyarakat di Jerman juga tidak mengerti apa itu puasa," kata Bintang kepada Alinea.
Bulan ramadan kali ini jatuh pada bulan Mei-Juni. Di Jerman, tengah musim panas, dimana siang hari lebih panjang. Puasa di Jerman bisa mencapai 18 - 19 jam. Buka puasa baru dilakukan pukul 21.30 (waktu Jerman), sedangkan subuh pukul 02.40 (waktu Jerman). Sehingga, waktu berbuka dan sahur sangat berdekatan. Tak jarang Bintang berbuka puasa sekaligus sahur.
"Menariknya, lucu saja melihat ekspresi teman-teman ketika mereka tahu muslim lagi menjalankan puasa selama sebulan. Mereka antara kaget, kagum, heran. Mereka mikir apa bisa manusia tidak makan gak minum seharian gitu," ungkap Bintang.
Selain Bintang, ada pula Runi dan Emma yang sudah merasakan dua kali puasa di Jerman. keduanya mengaku sudah bisa beradaptasi dengan waktu puasa di Jerman. "Ini kedua kalinya saya merasakan puasa di Jerman, tapi tahun ini sedikit lebih baik dari tahun lalu. Tahun lalu buka puasa pukul 22.00 sekarang pukul 21.30," ungkap Emma kepada Alinea.
Namun, Emma mengaku tetap kangen dengan euforia ramadan di Indonesia. Di Jerman, dia tak menemukan menu buka puasa kesayangan, seperti gorengan, mie kuning, es teler dan takjil lainnya. Juga tak ada terawih bareng seperti di Indonesia.
Kepada Alinea, Emma berbagi tips untuk pembaca yang pertama kali puasa di negeri orang, yakni latihan puasa sebelum ramadan. Selain itu, menjaga asupan gizi saat makan agar tubuh tetap bugar.
Runi menambahkan, untuk menghidupkan suasana puasa saat di negeri orang, bisa dilakukan dengan mengadakan kumpul bersama dengan teman sesama muslim. Acaranya bisa beragam, mulai sekedar kajian, buka puasa bersama, bahkan menginap di tempat teman untuk tarawih dan sahur bersama.
"Di bulan ramadan ini, hal yang selalu dikangenin tentu kebersamaan ketika berbuka bersama keluarga di rumah. Juga, makanan-makanan tertentu seperti kolak candil, atau martabak dan gorengan yang dimakan ramai-ramai," ujar Runi.