close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Freepik
icon caption
Ilustrasi. Freepik
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 16 Juli 2020 19:40

Tanda-tanda toxic friendship dan bahayanya

Terdapat tujuh tipe toxic people dalam toxic friendship
swipe

Manusia merupakan makhluk sosial dan tidak dapat hidup sebatang kara. Karenanya, lingkungan sosial, khususnya hubungan pertemanan, memengaruhi karakter dan psikologis.

Pertemanan seringkali memberikan pengaruh positif seperti membuat hidup lebih bahagia, memperoleh sistem dukungan yang baik, mengurangi kesepian, ataupun menjadikan hidup lebih bermakna. Namun, tidak berlaku mutlak. Terkadang justru berpengaruhi negatif atau populer disebut toxic friendship.

"Pertemanan itu harusnya bersifat mutualisme. Jika hanya menguntungkan satu pihak saja, bisa jadi itu mengarah pada hubungan yang negatif dan merugikan," kata pakar psikologi Universitas Airlangga (Unair), Primatia Yogi Wulandari, via keterangan tertulis, Kamis (16/7).

Menurutnya, terdapat delapan dampak negatif akibat pertemanan yang tidak sehat. Rasa stres, sedih, cemas, meragukan diri sendiri, merasa disalahgunakan, merasa tidak menjadi diri sendiri, hilangnya kepercayaan, serta membuat individu selalu merasa melakukan pemberian (giving).

Dalam kacamata psikologi sendiri, ungkap dia, terdapat tujuh tipe toxic people yang mungkin ditemui dalam toxic friendship. Pertama, the user. Mereka hanya akan ada apabila membutuhkan sesuatu; cenderung manipulatif; dan jika keperluannya terpenuhi, bakal pergi begitu saja.

Kedua, the leech atau cenderung menggantungkan diri pada kita. Selanjutnya, the drama queen. "Bagi mereka, hidupnya penuh kekecewaan dan kesedihan. Sehingga selalu merasa membutuhkan perhatian," tuturnya.

Model keempat, selalu mengeluh dan berpikiran negatif, termasuk pada hal-hal positif (negative nellie). Berikutnya, senang mengkritik (critical cathy) dan yang disampaikan cenderung menjatuhkan.

Kemudian, gemar menyebarkan gosip (the gossip hound). Harus berhati-hati dengan tipe ini karena berpotensi membocorkan rahasia.

Terakhir, the rebel. Tipe ini, melansir situs web Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim), cenderung mengajak temannya pada hal-hal buruk.

Mengenali situasi toxic friendship
Primatia menguraikan, pertemenan positif atau negatif pada dasarnya tergantung pada persepsi individu. Namun, terdapat beberapa aspek yang dapat menentukan kita merasa pertemanan tersebut toxic atau sebaliknya.

"Ada sepuluh pertanyaan sederhana. Pertama, adalah apakah kamu merasa mereka menyukai kamu apa adanya? Kedua, apakah kamu merasa menikmati kebersamaan dengan mereka. Jika kamu merasa tegang, emosi, atau muncul perasaan negatif lain selama bersama mereka, bisa jadi itu bukan pertemanan yang sehat," paparnya.

Selanjutnya, apakah kamu berusaha dan ingin menghabiskan waktu bersama? Membuat kamu berharga? Selalu ada saat dibutuhkan? Mereka benar-benar mendengarkanmu? Kamu percaya dan memberitahukan rahasia kepada mereka? Benar-benar mengenali mereka? Yakin tetap bersamamu di situasi atau orang baru? Merasa bersemangat kembali (recharged) setelah bersama mereka?

"Apabila ada tiga sampai lima jawaban tidak dari sekian pertanyaan di atas, maka pertemanan kalian sudah termasuk toxic. Makanya, hal-hal tersebut harus kalian perhatikan untuk mengenali dan mengatasi circle pertemanan yang tidak sehat. You deserve more. Habiskan waktu dengan orang-orang yang menyayangi kalian dengan mengatasi atau menjauhi toxic friendship," tutupnya.

img
Fatah Hidayat Sidiq
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan