close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Salah satu adegan dalam film The Platform. Foto tangkapan layar YouTube @Netflix.
icon caption
Salah satu adegan dalam film The Platform. Foto tangkapan layar YouTube @Netflix.
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 11 September 2021 22:01

The Platform, kritik kesenjangan sosial di dalam penjara

Film ini menceritakan sistem makan di sebuah penjara vertikal berbentuk menara (tower).
swipe

Kesenjangan sosial yang kerap terjadi di mana-mana, termasuk di penjara digambarkan melalui sebuah film bertajuk The Platform. Film ini menceritakan sistem makan di sebuah penjara vertikal berbentuk menara (tower).

Dikisahkan, penjara ini memberi makan pada para penghuninya satu kali dalam 24 jam. Makanan dibagikan melalui platform yang bergerak dari atas ke bawah melalui lubang besar di lantai dan langit-langit. Karena itu, bagi mereka yang ditempatkan di penjara level teratas, memiliki kemampuan untuk mengambil porsi makanan lebih banyak dan dalam kondisi yang layak. Sementara, penghuni penjara di level bawah hanya bisa menikmati sisa-sisa makanan yang ditinggalkan oleh tingkatan yang berada di atasnya. Bahkan, apabila sial, penghuni penjara level bawah tidak mendapatkan kesempatan untuk makan karena tidak ada lagi yang tersisa.

Tiap bulannya, para penghuni bakal dipindahkan ke level lain secara acak, cukup adil bukan? Jika beruntung, penghuni dapat berada di level atas, ataupun sebaliknya.

Sederhananya, The Platform menceritakan kesenjangan sosial yang sering ditemui, bahkan di penjara. Di saat para penghuni penjara level atas bergelimang makanan, ada penghuni penjara level bawah yang mungkin saja menahan kelaparan semalaman karena ketamakan dan keserakahan para penghuni level atas.

Kesenjangan lain, penghuni level bawah mendapatkan makanan yang sudah tidak layak dikonsumsi, misalnya telah terinjak-injak, terkontaminasi air seni, dan lain sebagainya.

Kelaparan mengakibatkan karakter penghuni di penjara level bawah semakin ganas. Orang menjadi kanibal, memakan daging manusia, teman seruangannya sendiri secara mentah-mentah. Salah satunya terlihat dalam adegan Trimagasi (Zorion Eguileor), yang membelek daging goreng (Ivan Massague) untuk dimakan.

Film garapan sutradara Spanyol Galder Gaztelu-Urrutia ini mengusung gambaran tentang kebobrokan suatu sistem hingga munculnya gerakan perlawanan dari para penghuni penjara.

Akhir kisah dari The Platform dibuat secara terbuka dan memberikan kebebasan bagi penonton untuk mengintepretasikannya sehingga bisa jadi kesan film ini akan berbeda pada tiap-tiap orang.

Sayangnya, ada beberapa detail cerita yang tidak disampaikan secara jelas mengenai sosok yang mempersiapkan sajian makanan bagi para penghuni. Kemudian, tak diceritakan juga soal awal mula penentuan pengaturan level penjara para penghuni.

Namun, tetap saja, film ini memiliki alur cerita yang tidak dapat ditebak, sehingga Anda yang suka menebak alur cerita akan semakin tertantang untuk mengikuti jalan cerita berikutnya. Tak heran, The Platform terpilih menjadi pemenang People’s Choice Award untuk Midnight Madness sebagai film terpopuler di Festival Film Internasional Toronto 2019.

 

img
Silvia Ng
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan