close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pasangan kencan./Foto mina6120/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi pasangan kencan./Foto mina6120/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Hubungan dan Percintaan
Minggu, 29 Desember 2024 07:00

Throning: Modus asmara hanya mengejar status sosial

Throning adalah kencan dengan seseorang untuk mendongkrak reputasi dan ego kita hanya lewat pergaulan.
swipe

Dari tahun ke tahun, dunia kencan sudah banyak berubah. Dahulu, orang bisa bertemu pasangan lewat teman, keluarga, atau mengobrol di pesta. Kini, tinggal menggeser ke kiri dan kanan di layar ponsel untuk menemukan pasangan melalui aplikasi kencan.

Istilah-istilah kencan pun beraneka ragam, mulai dari ghosting (menggantungkan hubungan), benching (menyukai, tetapi tak ingin berkomitmen), hingga gaslighting (manipulai untuk membuat pasangan meragukan dan menyalahkan dirinya). Istilah-istilah itu muncul di media sosial. Sekarang generasi Z punya istilah kencan baru, yakni throning.

Apa itu throning?

New York Post mengungkap, tren throning muncul tak lama usai sebuah survei aplikasi perjodohan Plenty of Fish di Amerika Serikat, memprediksi kebiasaan berpacaran seperti apa yang kemungkinan marak pada 2025, seperti yap-trapping dan freak matching.

Yap-trapping mengacu pada terjebak dalam kencan dengan seseorang yang mendominasi percakapan, sedangkan freak matching merupakan rasa setuju menemukan pasangan yang menyukai semua hal aneh yang sama.

Survei sebelumnya yang dilakukan Plenty of Fish terhadap 1.000 pengguna lajang pada Desember 2018 untuk mengetahui pendapat mereka tentang tren yang dialami dalam kencan dan hubungan mengungkap, sebanyak 9% mengakui telah memanfaatkan kencan sebagai sarana untuk mengangkat diri mereka secara sosial. Sementara 27% lainnya mengakui, mereka sudah dimanfaatkan sebagai “anak tangga” di jaringan sosial mereka oleh mantan pasangannya.

PureWow menyebut, tren ini terinspirasi dari pasangan selebritas berpengaruh, terutama pernikahan Kim Kardashian dengan rapper dan produser rekaman Kanye West. Walau Kardashian dan West menikah 10 tahun lalu, dan sudah bercerap pada 2021, tetapi anak muda di Amerika Serikat kini menyaksikan dampak hubungan itu terhadap karier mereka.

Kardashian sendiri bahkan mengakui dalam wawancara dengan Interview Magazine kalau dia mendapat rasa hormat yang berbeda setelah mantan suaminya itu memperkenalkannya pada lingkaran sosialnya.

Intinya, PureWow menulis, istilah tersebut berarti kencan dengan seseorang untuk mendongkrak reputasi dan ego kita hanya lewat pergaulan. Berkencan demi pengaruh atau status sosial. Semisal berkencan dengan seseorang yang terkenal atau berprofil mentereng.

Throning, sebut The Economic Times, bisa diartikan pula seseorang memamerkan pasangannya di media sosial, demi popularitas dan perhatian untuk meningkatkan status sosial. Throning bukan tentang menjalin hubungan yang dalam, bermakna, dan tulus, melainkan tentang bersekutu dengan seseorang yang status sosialnya dapat meningkatkan visibilitas mereka sendiri.

Disebut pula oleh The Swaddle, media sosial memicu semakin menonjolnya throning. Platform seperti Instagram, memungkinkan seseorang secara berkala melihat gaya hidup mewah orang kaya dan terkenal—membuat pengejaran kekayaan dan status tampak lebih diinginkan daripada sebelumnya.

Kepada Fortune, CEO Droben Matchmaking—firma perjodohan di Inggris—Ksenia Droben mengatakan, jika seorang pria punya status sosial yang lebih tinggi daripada perempuan, maka secara otomatis perempuan tersebut akan naik statusnya. Apalagi mereka yang berkencan untuk mendapatkan keuntungan sosial, tidak akan mendapati dirinya turun status dalam semalam, jika mereka putus dengan pasangannya.

“Tentu saja, kesuksesan bisnis atau pribadi dapat berlanjut setelah Anda meninggalkan pasangan yang sukses,” kata Droben.

“Kita sering melihat seseorang yang tadinya hanya pacar selebritas, lalu menjadi selebritas juga. Masalahnya, bagaimana orang memanfaatkan kesempatan yang diberikan kepada mereka.”

Apa dampaknya?

Di sisi lain, penulis Bruce Y. Lee dalam Psychology Today mengatakan, istilah tersebut sebenarnya tidak mewakili sesuatu yang baru. Sebab, throning merupakan bentuk hipergami yang sudah ada sejak masa awal mula berpacaran.

“Hipergami adalah praktik berpacaran atau menikahi seseorang yang berstatus lebih tinggi dalam upaya untuk memperbaiki situasi seseorang dengan cara tertentu,” kata Lee.

Lee mencontohkan dalam hubungan asmara remaja di sekolah menengah. Menurutnya, berkencan di sekolah menengah dalam banyak hal merupakan "permainan" memperebutkan pengaruh, dengan banyak orang bersaing untuk mendapat perhatian romantis dari anak-anak populer agar dianggap populer juga.

Hal itu berlanjut hingga dewasa. Menjadi salah satu alasan mengapa orang-orang penting di kampus, tokoh-tokoh terkemuka, dan selebritas tampak selalu menarik minat orang untuk berkencan dengan mereka, terlepas dari bagaimana penampilan, tindakan, dan perlakukan mereka terhadap orang lain.

Faktanya, lanjut Lee, perilaku mirip throning tak hanya terbatas pada urusan asmara. “Coba pikirkan, berapa banyak orang yang ingin menjadi populer atau lebih menonjol lewat bergaul dengan orang-orang populer di tempat kerja, sekolah, dan lingkungan sosial?” kata Lee.

“Siapa yang tidak pernah bertemu orang yang berpengaruh di tempat kerja hanya karena dekat dengan bos besar?”

Pendiri aplikasi pencarian jodoh Reddi, Stacy Thomson kepada Indy100 mengatakan, pada akhirnya throning akan gagal memberikan kasih sayang nyata dalam hubungan. Menurutnya, meski hubungan yang didasarkan pada status sosial dapat memberikan rasa percaya diri sementara atau akses ke dalam lingkaran tertentu, tetapi sering kali tidak punya kedalaman dan stabilitas yang berasal dari nilai-nilai bersama dan keintiman emosional.

“Pada akhirnya, kepuasan sejati dalam hubungan cenderung datang dari ketulusan dan rasa saling menghormati,” ujar Thomson.

Memang pada hakikatnya, sama sekali tak ada yang salah dengan seseorang yang ingin memperluas lingkaran sosial mereka dengan cara ini. Namun, tulis The Swaddle, masalah muncul ketika motivasi seseorang untuk berkencan dengan orang lain didorong semata-mata oleh status sosial mereka daripada nilai romantis, ketertarikan, kasih sayang, dan hal lain yang membentuk fondasi suatu hubungan.

Lee dalam Psychology Today pun menulis, masalah bakal muncul ketika terjadi ketidakcocokan, kesalahpahaman, dan miskomunikasi, sehingga satu pihak menganggap hubungan tersebut lebih dalam daripada sekadar hubungan transaksional dan saling memanfaatkan.

Lebih jauh lagi, The Swaddle menulis, fenomena throning juga bisa membawa implikasi buruk bagi masyarakat secara luas. “(Bisa) mengabadikan gagasan bahwa kekayaan dan status, alih-alih kebaikan, empati, dan kesamaan emosional, adalah kualitas terpenting dalam diri calon pasangan,” tulis The Swaddle.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan