Kasus bunuh diri hingga percobaan bunuh diri erat kaitannya dengan masalah kesehatan mental. Untuk Indonesia, angkanya cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian Emotional Health for All (EHFA) , angka yang terlapor hanya 25% dari angka sesungguhnya.
“Berdasarkan penelitian terbaru, kami menemukan bahwa tingkat bunuh diri di Indonesia yang sebenarnya mungkin setidaknya 4 kali lipat dari angka yang dilaporkan, dan jumlah percobaan bunuh diri setidaknya 7 kali lipat dari jumlah tersebut,” ungkap Dr. Sandersan Onie, Project Leader & Founder EHFA dan Presiden Indonesian Association for Suicide Prevention. Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers EFHA yang digelar di Kota Kasablanka Mall pada Kamis (20/10).
Data Kepolisian Republik Indonesia pada 2020 melaporkan terdapat 671 kasus kematian akibat bunuh diri. Angka ini belum termasuk kasus percobaan bunuh diri. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021 terdapat 5.787 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri.
Menurut Dr. Sandersan atau yang akrab disapa dengan Dr. Sandy, di Indonesia masih banyak kejadian diskriminasi terhadap berbagai masalah kesehatan mental. Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, diskriminasi justru terjadi akibat keyakinan yang keliru mengenai agama dan penyakit mental.
Berbagai stigma dari masyarakat mulai dari dianggap kurang beribadah, kurang beriman, hingga mengalami kesurupan masih lekat dengan orang yang memiliki masalah kesehatan mental.
“Ada yang dipasung, ada yang dikirim ke rumah sakit jiwa dan mereka tidak dikunjungi oleh keluarganya,” ujar Dr. Bahrul Fuad yang turut hadir dalam konferensi pers dengan tema ‘It Starts and Ends with Us’.
Untuk itu, dalam rangkaian acara Indonesia Mental Health Movement, EHFA bekerjasama dengan Yayasan Kesehatan Umum Kristen (YAKKUM) dan Black Dog Institute. Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia, acara deklarasi kesehatan mental lintas agama, akan dilaksanakan pada acara ini untuk mengatasi tantangan kesehatan mental di Indonesia.
EHFA mengundang perwakilan pemuka agama untuk menandatangani deklarasi tersebut sebagai bentuk dukungan agama terhadap kesehatan mental masyarakat Indonesia.
Selain deklarasi, acara Indonesia Mental Health Movement juga akan mengadakan talk show, konseling, hingga mental health screening yang dapat dilakukan oleh audiens. Screening ini dapat menjadi langkah awal untuk dapat memahami kondisi kesehatan mental secara lebih baik. EHFA juga berupaya untuk memecahkan Guinness World Record untuk World’s Largest Mental Health Awareness Lesson.
“Kalau kita mau negara kita lebih sehat, kita membutuhkan kerjasama kita semua, antara tokoh agama, psikolog, organisasi, NGO, hingga media,” tutup Dr. Sandy.
EHFA adalah sebuah organisasi kesehatan mental berbasis riset yang didirikan pada keyakinan bahwa kesehatan emosional adalah hak setiap orang dan kalangan. Untuk mengangkat kesadaran akan pentingnya kesehatan mental EHFA mengadakan Indonesia Mental Health Movement: It Starts and Ends with Us yang terbuka untuk umum pada 29 Oktober 2022 di Kota Kasablanka Mall, Jakarta.