Cara orang tua mengawasi akses remaja atas internet
Pengguna internet dapat dengan mudah mengakses video, musik dan gambar yang tersedia di platform media sosial. Bahkan masyarakat biasa juga membuat channel pribadi dan mengunggah video hasil karya sendiri untuk dinikmati khalayak luas.
Sayang, tidak semua konten di internet pas untuk semua umur. Tanpa pengawasan dari orang tua, konten yang seharusnya tidak diakses oleh anak-anak atau remaja dapat dengan mudah dikonsumsi bahkan ditiru.
Lantas bagaimana seharusnya pengawasan orang tua dalam mengontrol, mengawasi dan menginterpretasikan konten media yang cocok untuk anak dan remaja? Berikut tips dari Alinea yang bisa diterapkan oleh orang tua.
1. Orang tua harus menerapkan aturan
Pembuatan aturan dan larangan yang baik dan positif dapat dilakukan orang tua kepada remaja yang mulai mengakses internet. Hanya saja, aturan dan larangan harus dibuat dengan konsep ramah bagi remaja. Maksudnya, jangan sekedar melarang atau mengkritik.
Akan baik jika orang tua menggunakan cara seperti: menjelaskan dan diskusi. Biasanya, orang tua melarang anak bermain gim online atau menonton film tertentu tanpa memberikan penjelasan.
Padahal penjelasan sangat penting bagi anak yang beranjak remaja. Memberikan penjelasan yang lengkap dan masuk akal dapat meminimalisir kemungkinan terjadi konflik di masa depan.
Orang tua harus membawa misi bagaimana membuat manajemen dalam keluarga. Manajemen ini termasuk hubungan antara orang tua dengan anak, berikut juga antara anak dengan media.
2. Terapkan akses bersama internet
Orang tua harus mengetahui apa yang diakses anak yang beranjak remaja. Monitoring sangat penting, karena itu orang tua harus memeriksa kembali aktivitas online anak setelah penggunaan. Misalnya, memeriksa kembali website yang dikunjungi anak.
Agar anak tidak keberatan dengan aturan ini, orang tua lebih dahulu memberikan penjelasan akan konten yang hendak diakses. Bertanyalah kepada anak apa konten yang hendak dipilih dan dinikmati, selanjutnya orang tua menonton dan mengevaluasinya. Jika dirasa tidak membawa pengaruh buruk, berikanlah izin.
Setelah memberikan izin, orang tua memberi masukan kepada anak akan konten yang ditonton. Diskusikanlah konten tersebut dan minta anak untuk menyimpulkan konten dan pada akhir pembicaraan orang tua menyatakan sikap akan konten yang telah dikonsumsi.
Pengguna internet dapat dengan mudah mengakses video, musik dan gambar yang tersedia di platform media sosial. Bahkan masyarakat biasa juga membuat channel pribadi dan mengunggah video hasil karya sendiri untuk dinikmati khalayak luas.
Sayang, tidak semua konten di internet pas untuk semua umur. Tanpa pengawasan dari orang tua, konten yang seharusnya tidak diakses oleh anak-anak atau remaja dapat dengan mudah dikonsumsi bahkan ditiru.
Lantas bagaimana seharusnya pengawasan orang tua dalam mengontrol, mengawasi dan menginterpretasikan konten media yang cocok untuk anak dan remaja? Berikut tips dari Alinea yang bisa diterapkan oleh orang tua.
1. Orang tua harus menerapkan aturan
Pembuatan aturan dan larangan yang baik dan positif dapat dilakukan orang tua kepada remaja yang mulai mengakses internet. Hanya saja, aturan dan larangan harus dibuat dengan konsep ramah bagi remaja. Maksudnya, jangan sekedar melarang atau mengkritik.
Akan baik jika orang tua menggunakan cara seperti: menjelaskan dan diskusi. Biasanya, orang tua melarang anak bermain gim online atau menonton film tertentu tanpa memberikan penjelasan.
Padahal penjelasan sangat penting bagi anak yang beranjak remaja. Memberikan penjelasan yang lengkap dan masuk akal dapat meminimalisir kemungkinan terjadi konflik di masa depan.
Orang tua harus membawa misi bagaimana membuat manajemen dalam keluarga. Manajemen ini termasuk hubungan antara orang tua dengan anak, berikut juga antara anak dengan media.
2. Terapkan akses bersama internet
Orang tua harus mengetahui apa yang diakses anak yang beranjak remaja. Monitoring sangat penting, karena itu orang tua harus memeriksa kembali aktivitas online anak setelah penggunaan. Misalnya, memeriksa kembali website yang dikunjungi anak.
Agar anak tidak keberatan dengan aturan ini, orang tua lebih dahulu memberikan penjelasan akan konten yang hendak diakses. Bertanyalah kepada anak apa konten yang hendak dipilih dan dinikmati, selanjutnya orang tua menonton dan mengevaluasinya. Jika dirasa tidak membawa pengaruh buruk, berikanlah izin.
Setelah memberikan izin, orang tua memberi masukan kepada anak akan konten yang ditonton. Diskusikanlah konten tersebut dan minta anak untuk menyimpulkan konten dan pada akhir pembicaraan orang tua menyatakan sikap akan konten yang telah dikonsumsi.
3. Lakukan parental mediation
Orang tua memiliki peran penting dalam membimbing anak. Jika orang tua memberikan akses gawai di kamar tidur mereka, maka peran orang tua adalah membimbing penggunaannya, melakukan pembatasan dan melarangnya. Hanya saja untuk melakukan hal tersebut, orang tua harus berada di dekat anak.
Parental mediation dapat mengurangi dampak negatif dalam penggunaan media pada anak dan remaja. Bahkan mencegah anak mengakses secara diam-diam. Saran Alinea, seringlah berinteraksi dengan anak dengan bertanya tentang konten yang diakses.
4. Perhatikan kebutuhan anak dan remaja
Selain kebutuhan fisik seperti: makanan, pakaian, pendidikan dan kesehatan yang harus dipenuhi. Orang tua juga harus memastikan kebutuhan lain yang diinginkan anak terutama saat beranjak remaja. Biasanya, seorang anak yang beranjak remaja justru membutuhkan cinta, perhatian dan rasa hormat dari orang tuanya.
Dalam hal ini orang tua jangan mengabaikan kebutuhan tersebut karena bisa berdampak buruk pada perilaku remaja.
5. Lakukan aktifitas fisik bersama
Rutinitas anak dan remaja pada umumnya adalah sekolah. Setelah jam sekolah selesai, mereka biasanya menyalakan televisi atau komputer dan menghibur diri. Terkadang juga mereka saling bertukar pesan ke temannya lewat ponsel atau dari komputer. Jika hari libur datang selain asyik berselancar di internet, mereka bertemu dengan teman-teman mereka di kafe.
Dari sejumlah rutinitas tersebut, orang tua harus bisa menyisipkan waktu untuk bersama dengan anak. Mengisi waktu bisa dilakukan dengan: berolahraga seperti: berenang, bersepeda atau mendaki gunung. Jadwalkan juga pergi berekreasi bersama untuk mendekatkan diri satu sama lain. Tentu, kegiatan ini sangat menyenangkan dilakukan bersama-sama.