Totalitas dan cara seorang stuntman bekerja
"Untuk menjadi sukses, apa pun bidangnya, kita harus siap memulai segalanya dari 0.”
Begitu kata Deswyn Pesik, seorang stuntman alias pemeran pengganti di film dan serial televisi. Di dalam industri hiburan, seperti film, iklan, dan sinetron, peran stuntman terbilang penting, meski mereka tak kerap muncul secara “nyata”. Masih ingat kala stuntman dipakai untuk menggantikan Presiden Joko Widodo yang mengendarai sepeda motor di jalanan dan melompat dalam pembukaan Asian Games 2018 lalu?
Terjun sebagai stuntman, diakui Deswyn, bukanlah cita-cita yang direncanakannya. Semua bermula ketika ia menerima tawaran seorang temannya, yang kebetulan menjadi sutradara serial televisi Si Buta dari Gua Hantu.
Serial televisi ini pernah populer bagi penikmat serial televisi laga pada 1990-an. Si Buta dari Gua Hantu sendiri adalah karakter utama serial cerita silat karya Ganes TH, yang komiknya kali pertama terbit pada 1967.
Tanpa berpikir panjang, Deswyn akhirnya menjadi pemeran pengganti tokoh Badra Mandrawata (Hadi Leo). Ia baku pukul dan melakukan beberapa adegan berbahaya di serial televisi ini hingga RCTI menyudahi kontrak Si Buta dari Gua Hantu.
"Meski gajinya sangat kecil dan terbilang cukup membahayakan, saya tetap beranikan diri mengambil kesempatan tersebut. Karena buat saya tawaran apa pun itu adalah sebuah peluang untuk menggapai kesempatan-kesempatan besar lainnya," ujar Deswyn saat ditemui Alinea.id di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, Kamis (11/7).
Loyalitas tanpa batas
Di awal kariernya sebagai stuntman, Deswyn mengaku hanya dibayar Rp150.000 per dua bulan kontrak kerja. Tak ada asuransi bila terjadi kecelakaan saat syuting berlangsung. Biaya pengobatan dan perawatan akibat cedera yang dialami ia tanggung sendiri.
Meski begitu, Deswyn malah semakin tertantang menggeluti profesinya secara serius. Ia pun kemudian membentuk Stunt Fighter Community (SFC) pada 2012.
SFC adalah wadah bagi para stuntman yang punya ketertarikan di bidang film aksi, dan ingin tampil di film. Komunitas ini sudah membuka cabang di Bandung, Semarang, Manado, Banjarmasin, Padang, Palembang, Yogyakarta, Solo, dan Malang. SFC pun punya cabang di Cebu, Filipina.
Bagi Deswyn, menjadi stuntman adalah passion yang lama kelamaan tumbuh cita-cita ingin berkontribusi lebih untuk perkembangan film Indonesia.
Seiring pengalamannya yang makin banyak, bayaran Deswyn pun semakin pantas. Honor tertinggi yang pernah ia terima bisa mencapai Rp2 juta lebih per adegan.
"Sedangkan untuk syuting sehari saja itu bisa ada banyak sekali adegan yang dimainkan," ucapnya.
Honor yang diterima Deswyn beragam. Tergantung adegan dan distribusinya. Biasanya, Deswyn menerima honor dari sinetron antara Rp500.000 hingga Rp700.000 per hari. Sementara untuk film, sekitar Rp1 juta per hari.
“Untuk iklan Rp1,5 juta hingga Rp2 juta per hari,” ujarnya.
Menurut Deswyn, adegan tersulit yang pernah dimainkannya selama berkarier menjadi stuntman adalah mengendarai sepeda motor sport, lalu menabrakan diri ke kendaraan lainnya. Meski sempat cedera lantaran adegan tersebut, ia tak pernah berniat untuk pindah ke profesi lain.
Adegan itu ia perankan dalam film DPO (Detachement Police Operation) (2016). Film ini dibintangi Gatot Brajamusti, yang terlilit kasus penggunaan sabu dan kepemilikan senjata api. Awalnya, film itu tertunda penayangannya, karena Gatot ditangkap polisi pada Agustus 2016 di sebuah hotel di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Film ini diproduksi rumah produksi milik Gatot, Brajamusti Films. Selain Deswyn, film ini juga dimainkan Torro Margens, Thomas Joseft, dan Nabila Putri.
DPO bukan satu-satunya film yang dimainkan Deswyn sebagai aktor. Ia mengatakan, pernah pula bermain di film Kawin Kontrak Lagi (2008), Serigala Terakhir (2009), dan Sang Martir (2012). Selain Film, Dewsyn juga sempat maju sebagai aktor di depan layar kaca, seperti serial televisi Jaka Tingkir dan film televisi Diwangkara.
"Setiap kali saya menjadi aktor, saya tidak pernah menggunakan stuntman," ujarnya.
Syarat jadi stuntman
Deswyn menyarankan, untuk menjadi seorang stuntman profesional, yang paling penting mengedepankan kesehatan dan kebugaran fisik. Sebesar apa pun risikonya, kata Deswyn, fisik para stuntman harus mampu untuk kebal dan memulihkan cederanya bila terjadi kecelakaan kerja.
Untuk bisa memenuhi syarat tadi, menurutnya, para stuntman wajib latihan dengan disiplin tinggi, setiap hari.
"Apalagi kalau untuk syuting film itu bisa enam hari dalam seminggu latihan, seharinya untuk istirahat," katanya.
Durasi rata-rata latihan per hari pun beragam. Untuk proyek film, menurutnya, bisa memakan waktu lima hingga enam jam penuh setiap hari. Sementara, rata-rata jam latihan harian tanpa target syuting memakan waktu tiga hingga empat jam per hari, dalam lima hari per minggu.
"Jika dalam film tersebut peran utamanya artis wanita yang sama sekali tidak memiliki basic bela diri, pasti (waktu latihannya) bisa lebih lama," tuturnya.
Bentuk latihan fisik yang selalu Deswyn lakukan adalah adegan perkelahian atau bela diri praktis, melompat dari ketinggian, dan freestyle untuk yang mengendarai sepeda motor.
Selain menjaga kebugaran dan fisik, postur tubuh menjadi pertimbangan penting seorang stuntman. Menurut Deswyn, postur tubuh berguna agar ketika disorot kamera bisa tetap disesuaikan dengan aktor aslinya.
"Paling tinggal potong rambut, cukur kumis dan jenggot atau malah dilebatkan, dan diberi make up," ujarnya.
Yang tak kalah penting adalah kesiapan mental. Deswyn mengatakan, bila hendak syuting ada stuntman yang kurang fit atau gugup, biasanya akan langsung dicarikan penggantinya. Selain itu, proses syuting juga bisa ditahan terlebih dahulu, hingga stuntman benar-benar tenang.
Di tengah penat dan padatnya jadwal latihan, kata Deswyn, biasanya para stuntman menyempatkan diri membuat video yang menampilkan aksi bela diri secara jenaka, sebagai hiburan.
"Seperti buat video #BottleCapChallenge yang lagi booming itu. Tapi kita buatnya tanpa edit-editan, asli pakai aksi bela diri yang kita pelajari bersama," ucapnya.