close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pernikahan./Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi pernikahan./Foto Pixabay.
Sosial dan Gaya Hidup - Hubungan dan Percintaan
Sabtu, 15 Februari 2025 06:03

Tren pernikahan membaur generasi Z

Generasi Z ingin acara pernikahan tanpa sekat dan lebih cair.
swipe

Bima, 26 tahun, dan Naura, 24 tahun, sepakat bakal menikah tahun ini dengan konsep pernikahan “membaur”. Mereka ingin pernikahan nanti terasa lebih dekat dan akrab bagi semua tamu.

“Kami ingin pernikahan yang benar-benar merepresentasikan siapa kami, bukan sekadar acara formalitas yang penuh aturan,” ujar Naura kepada Alinea.id, Kamis (13/2).

“Membaur bagi kami berarti menghilangkan batas antara keluarga dan teman, sehingga semua orang merasa menjadi bagian dari perayaan.”

Sementara menurut Bima, konsep ini juga merupakan bentuk adaptasi terhadap nilai-nilai yang mereka anut dalam kehidupan sehari-hari. “Kami tumbuh di lingkungan yang cair, di mana teman bisa seperti keluarga, dan keluarga juga bisa menjadi sahabat,” kata Bima.

“Jadi, kenapa harus ada pemisahan yang kaku dalam pernikahan?”

Walau konsep ini menarik bagi pasangan muda, tantangan tetap ada. Terutama dalam menghadapi ekspektasi keluarga besar yang terbiasa dengan format pernikahan tradisional.

“Awalnya keluarga kami sempat bertanya-tanya, kenapa enggak pakai konsep adat yang biasa. Tapi setelah kami jelaskan bahwa ini bukan berarti menolak tradisi, melainkan menyesuaikan dengan cara yang tetap menghormati semua pihak, mereka mulai menerima,” tutur Naura.

Bima menambahkan, komunikasi menjadi kunci dalam menjembatani perbedaan pandangan ini. “Kami memastikan, semua pihak tetap merasa dihargai dalam pernikahan ini. Misalnya, tetap ada elemen budaya, tapi dengan eksekusi yang lebih santai dan relevan bagi semua tamu,” kata Bima.

Bagi generasi Z seperti Bima dan Naura, pernikahan bukan lagi soal kemewahan dan formalitas semata. Generasi Z mulai mempopulerkan konsep pernikahan membaur, di mana batas antara keluarga, teman, dan tamu lain semakin kabur. Menciptakan suasana yang lebih inklusif dan egaliter.

Dihubungi terpisah, CEO wedding organizer 21Perniq, Melyana melihat, konsep pernikahan membaur adalah bentuk evolusi dalam cara generasi muda memaknai pernikahan. Hal ini berbeda dengan generasi sebelumnya, yang menurut Melyana, cenderung menjadikan pernikahan sebagai acara sakral dengan struktur yang jelas. Ada batas antara keluarga inti, keluarga besar, dan tamu undangan lainnya.

“Tapi generasi Z lebih menekankan pengalaman yang inklusif, di mana setiap tamu benar-benar merasa menjadi bagian dari perayaan, bukan hanya sekadar menghadiri,” ucap Melyana, Kamis (13/2).

Melyana melanjutkan, konsep pernikahan membaur tak lebih dari sekadar tren sebagai refleksi dari nilai-nilai yang dipegang generasi Z. Sebab, mereka tumbuh di era digital, yang mendorong keterbukaan, kebersamaan, dan keberagaman.

“Itu tercermin dalam cara mereka merancang pernikahan,” tutur Melyana.

“Sekarang, pernikahan bukan hanya seremoni formal, tapi lebih ke pengalaman yang dirasakan semua orang.”

Apalagi, Melyana menerangkan konsep membaur bisa berjalan beriringan dengan elemen budaya yang selama ini masih kuat pada pernikahan di Indonesia.

“Justru saya melihat banyak pasangan yang mengadaptasi tradisi dengan cara lebih modern,” kata dia.

“Misalnya, mereka tetap menjalankan prosesi adat, tapi resepsinya lebih interaktif. Ada juga yang tetap memakai pakaian tradisional, tapi dengan sentuhan yang lebih kasual. Jadi, bukan menghilangkan budaya, melainkan menyesuaikannya dengan nilai yang mereka pegang.”

Dari sisi bisnis, menurut Melyana, konsep membaur lebih menantang untuk dieksekusi wedding organizer dibanding pernikahan konvensional. Alasannya, konsep ini lebih dinamis.

“Kalau pernikahan konvensional biasanya punya alur yang jelas, konsep membaur ini lebih cair dan membutuhkan kreativitas ekstra dalam merancang pengalaman yang tetap terstruktur, tapi terasa spontan,” ujar Melyana.

Sedangkan dari segi teknis, kata Melyana, wedding organizer harus memastikan semuanya tetap berjalan lancar tanpa kendala, meskipun acara terasa santai. Lebih lanjut, Melyana menambahkan, konsep membaur membuka peluang baru bagi bisnis wedding organizer. Jika dahulu pernikahan identik dengan biaya besar, menurut Melyana, saat ini bedanya lebih tentang bagaimana menciptakan pengalaman yang autentik, tidak harus mahal.

“Kami melihat, banyak pasangan yang lebih selektif dalam pengeluaran. Mereka lebih fokus pada personalisasi acara daripada kemewahan semata,” kata Melyana.

“Sebagai WO (wedding organizer), kami juga harus beradaptasi dengan menawarkan konsep yang fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan mereka.”

img
Irene Anggraini
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan