Peristiwa aksi massa pada tanggal 30 September 2019 di kawasan sekitar Gedung DPR berimbas pada kawasan Kampus Semanggi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya). Sejak sore hingga malam hari, Kampus Unika Atma Jaya dijadikan tempat untuk pengobatan korban demonstrasi kemarin.
Meski membuka kampusnya untuk menjadi tempat pengobatan, namun Unika Atma Jaya melarang mahasiswanya mengikuti demonstrasi. Pimpinan Unika Atma Jaya telah menerbitkan pernyataan resmi sejak 29 September 2019 agar seluruh mahasiswa Unika Atma Jaya tidak mengikuti aksi massa tersebut.
Meski melarang mahasiswa turun ke jalan dan menegaskan tidak berpihak pada kekuatan politik tertentu, namun sivitas mengklaim memberi perhatian dari sisi kemanusiaan.
"Kami memberi perhatian pada masalah kemanusiaan dan sama sekali tidak berpihak pada kekuatan politik tertentu, apalagi melindungi perusuh. Unika Atma Jaya mendukung aparat keamanan dan memberi apresiasi tinggi terhadap upaya memulihkan situasi, sekaligus juga mengimbau kepada aparat untuk mengedepankan komunikasi dan menghindari tindakan represif dalam menghadapi massa”, ujar Prasetyantoko dalam keterangan tertulis yang diterima Alinea.id pada Selasa (1/10).
Tim Unika Atma Jaya menyiapkan tenaga medis untuk membantu korban luka atas dasar kemanusiaan. Dalam hal ini tim medis membantu korban bekerjasama dengan rumah sakit terdekat.
Lokasi Kampus Semanggi yang tidak jauh dari Gedung DPR menjadikan kampus tempat evakuasi sementara oleh kelompok massa. Dalam aksi semalam setelah pukul 18.00 WIB dan aparat keamanan melakukan sweeping, maka massa mendekati Kawasan Kampus Semanggi.
Unika Atma Jaya mengosongkan kampus secepatnya dengan memperhatikan situasi keamanan di sekitar kampus. Semalam pukul 23:30 WIB Kampus Semanggi sudah kosong.
Korban luka sudah dibawa oleh ambulans rumah sakit terdekat. Tidak ada lagi massa di luar aparat keamanan kampus dan tim medis. Unika Atma Jaya pun siap berkoordinasi dengan aparat keamanan, polisi, dan tim medis.
"Kami berharap situasi keamanan segera pulih dan para pihak bisa menjaga situasi yang kondusif dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan." pungkas Prasetyantoko.