Pola bekerja dari rumah menjadi solusi meningkatkan produktivitas, mengurangi kemacetan, dan menekan angka polusi udara. Ini terlihat sejak pertama kali diterapkan pada 1970-an oleh Jack Nilles sehingga mengurangi kemacetan di Los Angeles, Amerika Serikat (AS).
Pengamat kebijakan publik Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bevaola Kusumasari, mengatakan, salah satu syarat menunjang pola kerja ini adalah mengandalkan koneksi internet yang mumpuni.
"Dengan perkembangan teknologi yang luar biasa, hampir setiap karyawan memiliki komputer dan dapat bekerja dari mana saja, yang membawa keuntungan dan kerugian bagi karyawan," katanya dalam diskusi Kominfo bersama GNLD Siberkreasi, dikutip Rabu (9/11).
Agar bekerja dari rumah (work from home/WFH) atau dari mana saja (work from anywhere/WFA) bisa produktif, menurut Bevaola, perlu mengatur ruang kerja yang tenang dan nyaman. Apalagi, WFA diklaim memberikan fleksibilitas jam kerja.
Setelah semua upaya itu diterapkan, maka karyawan bisa menjalankan pekerjaan lain dengan syarat harus disiplin soal pembagian waktu kerja. Selain itu, bekerja dari mana saja atau dari rumah tetap harus menyisihkan waktu beristirahat.
"Karyawan memiliki lebih banyak otonomi bekerja dari jarak jauh karena mereka memiliki waktu dan tempat yang fleksibel untuk bekerja, membuat mereka bekerja lebih efektif dan menghabiskan lebih sedikit energi," ujarnya.
Wakil Sekretaris ISKI Sulawesi Selatan, Janisa Pascawati, menambahkan, ada sejumlah tantangan saat WFA. Misalnya, menyulitkan koordinasi, motivasi berkurang karena ketiadaan rekan kerja, dan suasana kerja tak nyaman.
"Disiplin adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas dalam pola bekerja dari rumah atau bekerja di mana saja. Selain itu, kuasai penggunaan teknologi agar tetap kreatif dan produktif," ucapnya.
Sementara itu, Dosen Stikosa AWS Surabaya, Muhajir Sulthonul Aziz, menyebut, pola kerja WFA atau WFH memiliki kelebihan jam kerja yang fleksibel. Dengan begitu, pekerja bisa memanfaatkan waktu untuk mengasah bakat atau minat.
Bagi sebagian pekerja, sambungnya, model bekerja ini menghadirkan suasana batin yang lebih baik karena ketidakadaan tekanan mental di kantor. "[Sehingga] karyawan lebih bebas berinovasi."