close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Instagram./Foto solenfeyissa/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi Instagram./Foto solenfeyissa/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Media Sosial
Sabtu, 01 Maret 2025 06:23

Viral Bu Guru S, Instagram, dan bujuk rayu orang asing

Mengapa seseorang begitu percaya orang asing di media sosial?
swipe

S, seorang guru di Jember, Jawa Timur, tak menyangka perkenalannya dengan pria asing di media sosial Instagram berujung aib da rasa malu. Bahkan, dia kehilangan pekerjaannya sebagai guru bantu di sebuah sekolah dasar di Jember.

Dalam video klarifikasinya yang diunggah di TikTok beberapa waktu lalu, S mengaku berkenalan dengan seorang pria misterius yang mengklaim sebagai pengusaha sukses di Kalimantan pada November 2024. Pria itu berdalih tak menggunakan WhatsApp, hanya bisa dihubungi lewat Instagram.

Janji-janji manis diberikan kepada S, seperti bakal membelikannya mobil dan meyakinkan suatu saat pasti bertemu.

Berbulan-bulan berkomunikasi online, S diminta melakukan panggilan video dengan gerakan-gerakan tertentu. Namun, tanpa sepengetahuannya, video pribadinya itu direkam. Lalu tersebar di berbagai platform media sosial.

Instagram memang menjelma menjadi aplikasi kencan baru, terutama bagi generasi Z. Seperti dikutip dari Independent, fitur yang memungkinkan kita untuk “menyukai” cerita orang lain merupakan cara halus untuk menunjukkan ketertarikan pada seseorang. Sebelum akhirnya menulis pesan lewat direct messages (DM).

Menurut Independent, daya tarik utama Instagram untuk mencari pasangan adalah aplikasi ini menawarkan gambaran yang lebih lengkap tentang seseorang dibandingkan aplikasi kencan. Melalui unggahan, cerita, dan teks, Instagram menawarkan wawasan yang lebih mendalam tentang segala hal terkait seseorang.

Namun, seperti yang ditulis Sarina Kong dari Universitas Santa Clara dalam artikelnya di Pop Culture Intersections (2015), Instagram adalah bahaya nyata dari orang asing.

“Di platform media sosial Instagram, orang-orang asing tampak menarik, memikat, dan sempurna. Mereka menarik perhatian orang lain karena kehidupannya memberi gambaran tentang sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang diusahakan oleh pengguna lain yang melihat profil mereka,” tulis Kong.

“Meskipun orang-orang yang diikuti oleh pengguna Instagram ini mungkin tidak tampak mengancam seperti orang asing di dunia nyata, mereka tetap membawa ancaman baru yang sepenuhnya berbeda bagi pengikut mereka.”

Menurut Kong, seperti pengguna pasif Facebook—mengakses profil orang lain, tanpa mengunggah konten apa pun—pengguna pasif Instagram juga rentan tersulut perasaan iri dan cemburu, terutama tentang gaya hidup seseorang.

Di sisi lain, Kong menyebut, ada perasaan percaya yang dialami pengguna saat mereka merasa dekat dengan orang-orang yang mereka ikuti di Instagram, meski mereka tidak berada secara fisik dekat dan tidak mengenal secara pribadi. Rasa percaya yang dirasakan terhadap orang asing ini, kata Kong, memfasilitasi kontak yang lebih dekat dengan anggota jaringan sosial mereka, dan karena itu seseorang lebih cenderung untuk berinteraksi.

“Ketika pengguna mempercayai orang-orang asing ini, mereka cenderung lebih percaya pada apa yang diunggah orang tersebut,” tulis Kong.

Dalam istilah saat ini, S terjebak romance scam atau love scam, yakni tindakan penipuan yang dilakukan seseorang dengan memanfaatkan daya tarik dan keinginan orang lain untuk mencari pasangan.

Lantas mengapa seseorang begitu percaya dengan orang asing?

Dalam penelitian yang dilakukan para periset dari Universitas Wurzburg di Jerman, terbit dalam jurnal Prosiding Royal Society B: Biological Science (2020) disebutkan, saat situasi yang menegangkan atau menakutkan, jika ditemani siapa pun, termasuk orang yang tidak dikenal, memberikan sedikit penghiburan. Bahkan, ketika mereka tidak benar-benar melakukan apa pun untuk membantu. Selain menemukan cara yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu, para peneliti menemukan, percakapan dengan orang asing pada umumnya membuat orang lebih bahagia.

Penelitian lainnya yang dilakukan para peneliti dari Universitas New York, terbit di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (2018) menyebut, kepercayaan kita pada orang asing tergantung pada kemiripan mereka dengan orang lain yang pernah kita kenal.

Sementara itu, kepada WPDE ABC 15 profesor keamanan siber Horry Georgetown Technical College (HGTC) Stanton Greenawalt mengingatkan, semakin terbukanya akses seseorang  terhadap internet, semakin besar pula kemungkinan mereka mempercayai orang asing secara membabi buta.

“Awalnya, ini benar-benar tidak berbahaya dan menjadi cara yang hebat untuk tetap terhubung. Sekarang, kita tidak lagi hanya tinggal di satu area, kita semua sangat mobile, dan karena itu, banyak orang merasa nyaman berbagi informasi,” kata Greenawalt kepada WPDE ABC 15.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan