close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi narsistik. Istock.
icon caption
Ilustrasi narsistik. Istock.
Sosial dan Gaya Hidup
Rabu, 16 Maret 2022 14:00

Waspadai gejala gangguan kepribadian narsistik

Narsistik diartikan sebagai gangguan kesombongan, manipulatif, egois, menggurui, dan menuntut.
swipe

Kata narsistik atau narsis sering diidentikkan dengan orang-orang yang gemar memamerkan diri mereka sendiri. Dalam kadar tak berlebihan, narsis bukan sebuah masalah. 

Di sisi lain, narsis bisa menjadi sebuah gangguan kepribadian jika seseorang terlalu menganggap dirinya penting dan harus dikagumi. Gangguan kepribadian ini membuat pengidapnya jatuh cinta dengan citra ideal terhadap diri mereka sendiri.

Organisasi nonprofit yang fokus pada isu kesehatan mental di Amerika Serikat, Help Guide menyebutkan, gangguan kepribadian narsistik melibatkan pola pemikiran dan perilaku yang berpusat pada diri sendiri, sombong, kurangnya empati dan pertimbangan untuk orang lain, serta kebutuhan yang berlebihan untuk dikagumi. 

Para ahli kepribadian juga menggambarkan gangguan narsistik sebagai sombong, manipulatif, egois, menggurui, dan menuntut. Cara berpikir dan berperilaku ini muncul di setiap bidang kehidupan orang-orang narsis, mulai dari pekerjaan dan persahabatan, hingga hubungan keluarga dan cinta.

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik cenderung suka menyalahkan orang lain, bahkan ketika mereka sendiri yang menyebabkan masalah. Terlebih lagi, orang-orang dengan gangguan ini sangat sensitif dan bereaksi buruk bahkan terhadap kritik sekecil apapun.

Orang-orang narsis percaya bahwa mereka unik atau istimewa dan hanya dapat dipahami oleh orang-orang narsis lainnya. Terlebih lagi, mereka terlalu keren untuk sesuatu yang hanya rata-rata atau biasa. 

Mereka hanya ingin bergaul dan dikaitkan dengan orang, tempat, dan hal-hal berstatus tinggi lainnya. Orang-orang narsis juga percaya bahwa mereka lebih baik dari orang lain dan mengharapkan pengakuan tersebut, bahkan ketika mereka sedang tidak melakukan apapun untuk memperolehnya.

Mereka akan sering melebih-lebihkan atau berbohong langsung tentang prestasi dan bakat mereka. Ketika berbicara tentang pekerjaan atau hubungan, yang akan didengar hanyalah seberapa besar kontribusi mereka, betapa hebatnya mereka, dan betapa beruntungnya orang-orang dalam hidup mereka bisa berkenalan dengan orang-orang narsis ini.

Kenyataannya sendiri tidak mendukung pandangan tentang diri mereka sendiri, orang-orang narsis hidup di dunia fantasi yang ditopang oleh pemikiran tidak realistis. Orang-orang narsis akan memuliakan diri sendiri dengan Cerita kesuksesan, kekuatan, kecemerlangan, daya tarik, dan cinta yang membuatnya merasa istimewa. Padahal itu semua tidaklah benar.

img
Nadia Lutfiana Mawarni
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan