close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi seseorang mengenakan masker./Foto rottonara/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi seseorang mengenakan masker./Foto rottonara/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Kesehatan
Jumat, 10 Januari 2025 06:23

Yang harus kita ketahui tentang penyakit HMPV

HMPV diprediksi tidak akan menimbulkan pandemi berikutnya.
swipe

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan, human metapneumovirus (HMPV) sudah ada di Indonesia sejak lama. Dan, bukan penyakit yang mematikan.

Dikutip dari Antara, Budi mengatakan, HMPV merupakan virus lama, yang ditemukan pada 2001. Sejak itu, sudah tersebar di seluruh dunia. Selama itu, katanya, tak pernah ada kejadian besar. Dia juga membantah informasi yang menyebut kasus HMPV naik di China.

“Apakah HMPV naik tinggi di China tahun 2024? Tidak benar juga. Sudah dibantah sama pemerintah China, sudah dibantah juga oleh WHO. Jadi itu hoaks berita itu, ya teman-teman,” ujar Budi di Jakarta, Senin (6/1), dilansir dari Antara.

Budi menambahkan, virus yang merebak di China bukan HMPV, tetapi H1N1 atau influenza biasa. Kata dia, secara prevalensi di China HMPV ada di urutan ketiga.

Dilansir dari New York Times, pemerintah China mengakui kasus HMPV meningkat. Namun, menyatakan virus ini sudah dikenal dan bukan ancaman besar. Direktur Institut Penyakit Infeksi China, Kan Bao, dalam konferensi pers pada 27 Desember 2024 mengatakan, kasus HMPV meningkat di kalangan anak-anak usia 14 tahun ke bawah, terutama di China bagian utara.

World Health Organization (WHO) pun belum menyatakan kekhawatiran soal kasus HMPV. Pada Selasa (7/1), WHO mengeluarkan pernyataan bahwa organisasi ini sedang berkomunikasi dengan pejabat kesehatan China dan belum menerima laporan adanya pola wabah yang tidak biasa.

Laporan yang datang dari China, mengingatkan orang di hari-hari awal pandemi Covid-19 yang membingungkan. Namun, sesungguhnya HMPV sudah terdeteksi sejak 2001.

Apa itu HMPV?

Menurut Chinese Center for Disease Control and Prevention, penyakit itu pertama kali dideteksi oleh para ilmuwan Belanda dalam sampel nasofaring anak-anak yang mengalami infeksi pernapasan, yang disebabkan patogen yang tak diketahui.

Penelitian serologis menunjukkan, penyakit ini telah ada setidaknya 60 tahun dan sudah tersebar di seluruh dunia sebagai patogen pernapasan umum. Analisis Chinese Center for Disease Control and Prevention terhadap data pemantauan penyakit menular pernapasan dari 2009 hingga 2019 menyebut, HMPV menempati peringkat kedelapan di antara delapan virus penyebab infeksi saluran pernapasan akut, dengan rasio positif sebesar 4,1%, yang jauh lebih rendah dibandingkan rasio virus influenza sebesar 28,5%.

The Guardian menulis, HMPV adalah penyakit pernapasan yang menyebabkan gejala seperti flu atau pilek, tetapi dapat meningkatkan risiko atau menyebabkan komplikasi yang lebih serius, seperti bronkitis atau pneumonia, terutama bagi orang tua, anak kecil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Penyakit ini masih dalam famili yang sama dengan respiratory syncytial virus (RSV).

Ahli penyakit menular dari Monash University, Allen Cheng, dalam The Conversation menulis, mayoritas anak-anak yang terpapar berusia lima tahun memiliki antibodi yang menunjukkan adanya infeksi sebelumnya.

“Pada anak kecil, HMPV paling sering menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas, dengan gejala seperti pilek, sakit tenggorokan, demam, serta infeksi telinga,” kata Cheng.

“Gejala-gejala ini biasanya hilang dalam beberapa hari hingga seminggu pada anak-anak, dan satu hingga dua minggu pada orang dewasa.”

Walau sebagian besar infeksi HMPV relatif ringan, infeksi penyakit ini dapat menyebabkan keparahan pada orang dengan kondisi medis yang mendasarinya, seperti penyakit jantung. HMPV pun dapat memperburuk penyakit paru-paru yang sudah ada sebelumnya, seperti asma atau emfisema. Selain orang dengan sistem kekebalan yang lemah, mereka yang sudah menjalani transplantasi sumsum tulang atau paru-paru berisiko serius.

“Namun, virus ini tidak mungkin menyebabkan pandemi berikutnya,” kata Cheng.

Kepada The Guardian, dosen senior kesehatan masyarakat di Flinders University, Jacqueline Stephens menyebut, wajar jika sekarang semua orang waspada terhadap wabah. Namun, dia menekankan, HMPV merupakan salah satu dari beberapa virus yang sering digolongkan dalam definisi umum flu biasa.

“Ini bukan penyakit yang wajib dilaporkan seperti Covid-19,” tutur Stephens.

Kenapa kasusnya naik dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran?

The Guardian menulis, peningkatan kasus kemungkinan disebabkan oleh teknologi baru yang lebih canggih untuk mendeteksi dan mengidentifikasi HMPV.

Sementara Allen Cheng mengatakan, ada banyak faktor yang memengaruhi epidemiologi patogen pernapasan. Faktor-faktor itu meliputi gangguan penularan virus pernapasan akibat tindakan kesehatan masyarakat yang diambil selama pandemi Covid-19, faktor lingkungan seperti perubahan iklim, serta perubahan cakupan vaksin pascapandemi.

BBC menulis, seperti kebanyakan infeksi saluran pernapasan lainnya, HMPV paling aktif selama akhir musim dingin dan musim semi. Hal itu disebabkan virus bertahan lebih baik dalam suhu dingin dan lebih mudah menular dari satu orang ke orang lain lantaran orang lebih sering tinggal di dalam ruangan. Lonjakan kasus HMPV di China utara disebabkan karena di sana suhunya tengah rendah, yang diprediksi akan berlangsung hingga Maret 2025.

“Faktanya, banyak negara di belahan bumi utara, tidak terbatas pada China, mengalami peningkatan prevalensi HMPV,” kata Jacqueline Stephens kepada BBC.

"Meskipun hal ini mengkhawatirkan, peningkatan prevalensi tersebut kemungkinan merupakan peningkatan musiman yang normal terjadi di musim dingin.”

Data dari otoritas kesehatan di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan negara-negara ini juga telah mengalami lonjakan kasus HMPV sejak Oktober tahun lalu.

Cheng mengatakan, HMPV ditularkan lewat kontak dengan sekresi pernapasan, baik melalui udara maupun pada permukaan yang terkontaminasi. Karenanya, tindakan menjaga kebersihan pribadi dan emnghindari kontak dekat dengan orang lain saat tidak sehat dapat mengurangi risiko penularan.

Sementara itu, kepada The Guardian, Direktur Penyakit Menular di Mater Health Services di Brisbane, Paul Griffin menyarankan untuk tetap tinggal di rumah, menerapkan etika batuk dan bersin yang baik, serta menjaga kebersihan tangan selama musim dingin. Stephens pun mengingatkan untuk tidak pergi bekerja saat sakit dan mengenakan masker jika harus pergi ke tempat ramai.

Di sisi lain, Cheng mengatakan, HMPV yang merupakan “sepupu jauh” dari RSV sudah memiliki produk imunisasi, termasuk vaksin dan antibodi monoklonal. Dia berharap, produk serupa dapat dikembangkan khusus untuk HMPV. Perusahaan vaksin Moderna sendiri sedang memulai uji oba vaksin HMPV mRNA.

“Tidak ada pengobatan yang terbukti efektif. Namun, bagi pasien yang sakit parah, antivirus tertentu mungkin bermanfaat,” tulis Cheng di The Conversation.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan