close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto: Pixabay
icon caption
Foto: Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 14 Agustus 2023 14:15

Yang suka banyak tidur saat weekend, simak penelitian ini

Mencoba mengganti waktu tidur yang hilang selama akhir pekan mungkin tidak cukup menangkal efek kardiovaskular.
swipe

Tidur seharian terlihat seperti pilihan menyenangkan dan sehat, untuk mengisi kembali energi yang terkuras selama lima hari bekerja dan kurang waktu tidur. Namun ternyata sebuah penelitian mengingatkan bahwa kebiaaan itu bukan hal efektif menangkal efek negatif pada jantung karena kurangnya istirahat. 

Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Penn State University memperingatkan bahwa mencoba mengganti waktu tidur yang hilang selama akhir pekan mungkin tidak cukup untuk menangkal efek kardiovaskular dari kurang tidur. 

Dalam masyarakat di mana jadwal sibuk sering menyebabkan kurang tidur selama seminggu, gagasan untuk mengejar ketinggalan tidur selama akhir pekan telah lama dianggap sebagai solusi yang potensial. Namun, sebuah studi terobosan yang dipimpin oleh Penn State University sekarang meragukan keefektifan pendekatan ini, terutama dalam hal kesehatan jantung.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychosomatic Medicine, menyelidiki dampak kurang tidur pada kesehatan jantung, mengungkapkan bahwa hanya mencoba untuk mengkompensasi kehilangan tidur selama akhir pekan mungkin tidak cukup untuk mengurangi efek negatif pada jantung. 

Anne-Marie Chang, seorang profesor kesehatan biobehavioral dan rekan penulis studi tersebut, menyatakan, "Penelitian kami mengungkapkan mekanisme potensial untuk hubungan longitudinal ini, di mana cukup banyak serangan berturut-turut pada kesehatan kardiovaskular Anda saat Anda masih muda dapat membuat jantung Anda lebih rentan terhadap penyakit kardiovaskular di masa depan."

Studi tersebut melibatkan 15 pria muda sehat berusia 20 hingga 35 tahun yang berpartisipasi dalam studi tidur rawat inap selama 11 hari. Para peserta menjalani pembatasan tidur selama lima malam, hanya tidur lima jam setiap malam, diikuti dengan dua malam tidur pemulihan di mana mereka diperbolehkan tidur hingga 10 jam per malam. Sepanjang penelitian, detak jantung dan tekanan darah mereka diukur setiap dua jam di siang hari.

Apa yang membedakan penelitian ini adalah pemantauan berkelanjutan terhadap tindakan kesehatan kardiovaskular sepanjang hari, yang memungkinkan para peneliti memperhitungkan variasi yang dipengaruhi oleh waktu. Temuan itu mengejutkan, karena penelitian tersebut menunjukkan peningkatan yang konsisten pada detak jantung dan tekanan darah sistolik dengan pembatasan tidur setiap hari berturut-turut. Meskipun tidur pemulihan akhir pekan berikutnya, detak jantung dan tekanan darah tidak kembali ke tingkat awal.

Penulis utama David Reichenberger, seorang mahasiswa pascasarjana di bidang kesehatan biobehavioral di Penn State, menekankan pentingnya hasil tersebut. "Jadi, meski memiliki kesempatan tambahan untuk istirahat, pada akhir pekan penelitian, sistem kardiovaskular mereka masih belum pulih."

Chang menekankan bahwa temuan tersebut menggarisbawahi perlunya periode pemulihan tidur yang lebih lama untuk menangkal efek kurang tidur malam berturut-turut. Studi ini menimbulkan kekhawatiran tentang dampak jangka panjang dari kurang tidur pada kesehatan secara keseluruhan, karena tidur memainkan peran penting tidak hanya dalam kesehatan jantung tetapi juga dalam kesehatan mental, manajemen berat badan, fokus, dan hubungan interpersonal.

Ketika masyarakat semakin sadar akan pentingnya tidur, penelitian ini berfungsi sebagai peringatan. Gagasan konvensional tentang tidur di akhir pekan mungkin tidak cukup untuk membalikkan beban kardiovaskular akibat kurang tidur selama seminggu. Seperti yang disimpulkan Chang, "Harapan saya adalah [tidur] akan menjadi lebih fokus untuk meningkatkan kesehatan seseorang."

img
Arpan Rachman
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan