Your Name: Anime terbaik tentang jiwa yang tertukar
Belum lama ini, sutradara film Amazing Spider-Man (2012) Marc Webb digadang-gadang bakal membesut versi remake salah satu film animasi terbaik sepanjang masa asal Jepang, Your Name (2016).
Tak ada salahnya bila kembali mengenang film berjudul asli Kimi no na wa yang disutradarai Makoto Shinkai, sembari menunggu versi terbaru arahan Webb.
Tertukar jiwa
Film ini berkisah tentang Mitsuha Miyamizu, seorang gadis yang merasa terkungkung karena menghabiskan hidup dari kecil sampai remaja di pedesaan.
Mitsuha berkhayal kehidupan modern dan gemerlap khas urban. Suatu pagi, ia bangun dalam kondisi linglung. Ia meraba dadanya dan heran, bagaimana bisa ia punya kelamin perempuan.
Sementara itu, di sebuah apartemen di Tokyo, seorang pemuda bernama Taki Tachibana pun disergap keheranan serupa.
“Kok aku jadi laki-laki? Aku di mana?”
Pertanyaan ini terus ada di kepala Taki, sampai hari yang panjang berakhir.
Baik Mitsuha dan Taki mencoba meyakinkan diri bahwa itu semua hanya mimpi, yang akan hilang begitu terjaga. Sayangnya, kondisi hidup di tubuh orang lain terus mereka alami. Mereka sudah bertukar jiwa.
Sembari mempertanyakan alasan paling logis, mengapa mereka bisa bertukar jiwa, keduanya tetap menjalani hari-hari seperti biasa.
Taki yang sebelumnya serampangan dan tak berani bicara dengan perempuan yang ia taksir, berubah jadi pribadi yang berbeda. Ia lebih lembut, kemayu, bahkan berani berkencan dengan gebetannya.
Ia juga mendadak norak ketika harus menghabiskan waktu mengudap jajanan di kafe yang tak pernah ada di kampungnya, lalu sibuk mengabadikan makanan dan minuman dengan telepon selulernya.
Sebaliknya, Mitsuha yang menderita kecemasan atas banyak hal, mendadak jadi lebih vokal, kasar, dan kerap membuat neneknya kesal karena tiba-tiba tak bisa lagi menenun kain.
Belum lama ini, sutradara film Amazing Spider-Man (2012) Marc Webb digadang-gadang bakal membesut versi remake salah satu film animasi terbaik sepanjang masa asal Jepang, Your Name (2016).
Tak ada salahnya bila kembali mengenang film berjudul asli Kimi no na wa yang disutradarai Makoto Shinkai, sembari menunggu versi terbaru arahan Webb.
Tertukar jiwa
Film ini berkisah tentang Mitsuha Miyamizu, seorang gadis yang merasa terkungkung karena menghabiskan hidup dari kecil sampai remaja di pedesaan.
Mitsuha berkhayal kehidupan modern dan gemerlap khas urban. Suatu pagi, ia bangun dalam kondisi linglung. Ia meraba dadanya dan heran, bagaimana bisa ia punya kelamin perempuan.
Sementara itu, di sebuah apartemen di Tokyo, seorang pemuda bernama Taki Tachibana pun disergap keheranan serupa.
“Kok aku jadi laki-laki? Aku di mana?”
Pertanyaan ini terus ada di kepala Taki, sampai hari yang panjang berakhir.
Baik Mitsuha dan Taki mencoba meyakinkan diri bahwa itu semua hanya mimpi, yang akan hilang begitu terjaga. Sayangnya, kondisi hidup di tubuh orang lain terus mereka alami. Mereka sudah bertukar jiwa.
Sembari mempertanyakan alasan paling logis, mengapa mereka bisa bertukar jiwa, keduanya tetap menjalani hari-hari seperti biasa.
Taki yang sebelumnya serampangan dan tak berani bicara dengan perempuan yang ia taksir, berubah jadi pribadi yang berbeda. Ia lebih lembut, kemayu, bahkan berani berkencan dengan gebetannya.
Ia juga mendadak norak ketika harus menghabiskan waktu mengudap jajanan di kafe yang tak pernah ada di kampungnya, lalu sibuk mengabadikan makanan dan minuman dengan telepon selulernya.
Sebaliknya, Mitsuha yang menderita kecemasan atas banyak hal, mendadak jadi lebih vokal, kasar, dan kerap membuat neneknya kesal karena tiba-tiba tak bisa lagi menenun kain.
Kisah yang dalam
Your Name yang digambar dengan coretan tangan asli ini merupakan film yang dalam, serius, dan sarat petualangan. Formulanya mungkin klasik: orang hidup terpisah dalam dimensi waktu dan tempat yang berbeda, tak saling mengenal, tapi tiba-tiba terasa begitu dekat.
Di produksi film Hollywood kita kerap menonton cerita semacam ini, seperti dalam film Freaky Friday (2003), The Change-Up (2011), dan She is the Man (2006).
Your Name berbeda karena kedalaman emosi yang ditawarkan, dan ketiadaan jarak antara dua tone yang pada dasarnya sangat timpang. Kebanyakan film bergenre drama, komedi, atau thriller akan tersandung saat harus menjembatani dua tone tersebut.
Namun, Makoto berhasil menjembatani dua warna kontras ini, sehingga kita tetap bisa menikmati film secara utuh.
Di separuh cerita film ini, penonton akan melihat dua orang yang tak tahu jalan pulang, berusaha mengeksplorasi kehidupan orang lain. Bukan sekadar mendengar, tapi mengalami, meraba, dan menjajaki secara langsung.
Andai di kehidupan nyata proses penjajakan dengan orang yang ditaksir bisa terjadi lewat pertukaran tubuh, tentu kita tak akan repot-repot pasang topeng demi disukai gebetan. Dan, tentu saja lebih efisien.
Ketika mereka akhirnya bisa mengontak pemilik tubuh masing-masing, di sana hal-hal konyol sekaligus romantis terjalin dengan apik, tanpa ada pretensi jadi murahan.
Mereka menulis apa saja yang mereka alami, menyelesaikan problem hidup dengan cara yang mereka yakini. Mereka belajar menghargai, mengenal, dan cinta datang—anehnya, sebagai bonus buat kehidupan lama yang sama-sama mereka benci.
Visual dan suara yang baik
Bagi penggemar anime, menonton Your Name seperti memanjakan mata selama 112 menit. Cita rasa lokal khas Jepang, ritual perayaan, mitos, filsafat hidup, akan terlihat di film yang diangkat dari novel ini.
Soal visualisasi, Makoto berhasil menyeret kita untuk menyaksikan lukisan hidup dengan latar yang dibuat senyata mungkin di Jepang, mulai lanskap perkotaan, rumput, bahkan detail kecil, seperti barang di atas meja.
Soundtrack dikerjakan grup musik rok asal Jepang, Radwimps, terbilang apik. Tak salah bila soundtrack dan gambar di film ini mendapatkan penghargaan jawara Newtype Anime Awards 2016.
Perkawinan antara suara dan gambar yang baik membuat banyak orang menunggu-nunggu versi daur ulang film ini.
Dalam rentang 2016-2018, Your Name sukses menggondol 22 penghargaan, baik lokal maupun internasional, di antaranya Best Animate Feature di San Francisco Film Critics Circle Awards 2017, Best Asian Film di AACTA Awards 2017, Best Film di BFI London Film Festival, dan Best Animated Film di Los Angeles Film Critics Association Awards 2016.
Publik penggemar film anime menunggu, apakah di tangan sutradara sekelas Webb film ini kembali menyita perhatian, menggondol lebih banyak piala, dan lebih baik. Apakah film daur ulangnya nanti bisa semanis 500 Days of Summer (2009)?