

YouTube menjelma menjadi televisi baru

“Bagi banyak orang, menonton televisi berarti menonton YouTube. Rata-rata, pemirsa menonton lebih dari 1 miliar jam konten YouTube di televisi setiap hari, dan televisi kini menjadi perangkat utama untuk menonton YouTube di Amerika Serikat,” ujar CEO YouTube Neal Mohan dalam pernyataan resminya, memperingati 20 tahun YouTube.
Mohan bahkan berani menyebut YouTube adalah televisi baru. Orang-orang beralih menonton YouTube dari perangkat komputer atau ponsel pintar, kini menikmati tayangan interaktif berupa shorts, podcast, dan siaran langsung YouTube lewat televisi pintar.
Tahun 2022, ada lebih dari 25 juta orang Indonesia menonton YouTube melalui televisi. Ada 80% orang dewasa di kota besar di Indonesia yang menonton YouTube lewat televisi. Bahkan kebiasaan ini mengubah cara orang Indonesia menjelaskan tentang televisi. Ada sekitar 74% survei yang menyebut YouTube sebagai televisi, ketika mereka menyaksikan konten di platform ini lewat televisi.
YouTube diluncurkan pertama kali pada Februari 2005, dengan slogan: Siarkan diri Anda. New York Times menulis, setelah didirikan pada 2005, YouTube menghadapi protes dari jaringan televisi, yang frustasi karena penggunanya mengunggah acara mereka ke situs video tersebut tanpa izin.
Pada 2007, Viacom yang merupakaan pemilik MTV, menggugat YouTube sebesar 1 miliar dollar AS dalam kasus hak cipta. YouTube memenangkan kasus tersebut.
YouTube lantas bereksperimen. Lebih dari satu dekade lalu, mereka pertama kali mencoba memesan konten orisinal. Sejak 2007, mereka membayar sebagian besar pendapatan iklan kepada kreator untuk video mereka, lalu meningkatkan upaya ini lewat YouTube Original Channel Initiative pada 2012.
Perusahaan di bawah Google itu menghabiskan 100 juta dollar AS untuk memulai 100 saluran YouTube yang menampilkan selebritas terkenal, seperti Madonna. Setahun kemudian, YouTube menutup inisiatif tersebut. Seiring waktu, kreator berkembang pesat di platform tersebut, dari video amatir beranggaran rendah.
Di YouTube, menurut New York Times, kreator yang memutuskan apa yang akan dibuat dan menanggung biaya produksi sendiri. Jika sebuah video mendapat banyak penonton dan pendapatan iklan, YouTube memberikan 55% dari pendapatan tersebut kepada kreator. Jika video gagal, YouTube tidak kehilangan uang.
“Perusahaan ini menyatakan telah membayar kreator dan mitra sebesar 70 miliar dollar AS untuk konten dalam tiga tahun terakhir—tetapi selalu setelah mereka menghasilkan uang, tanpa mengambil risiko finansial,” tulis New York Times.
Jumlah penonton YouTube di televisi melonjak selama pandemi, saat orang-orang “terjebak” di rumah dan lebih punya waktu menonton konten.
“Kini, YouTube secara konsisten menjadi layanan streaming paling populer di televisi Amerika Serikat, melampaui perusahaan-perusahaan yang dulu coba ditirunya,” tulis New York Times.
Pada saat konsumsi media semakin terfragmentasi, kata pakar media sosial sekaligus profesor madya di Universitas Alabama, Jess Maddox kepada Fast Company, YouTube memposisikan dirinya sebagai episentrum.
Meningkatnya penetrasi YouTube ke ruang keluarga, disebut Fast Company, menunjukkan platform ini telah eksis di mana-mana. YouTube juga menjadi mesin pencari terbesar kedua di dunia, setelah Google.
“Dengan menjadi pusat podcasting, kreator konten, influencer, dan siaran televisi konvensional, YouTube mengambil lanskap media yang tersebar dan menawarkan semuanya di satu tempat,” kata Maddox.
Fast Company menyebut, popularitas YouTube di televisi salah satunya disebabkan oleh fakta kalau YouTube menggabungkan berbagai bentuk konten pada saat industri secara umum bergerak ke arah yang lain—dan konsumen membayar sejumlah uang untuk layanan streaming.
“Hal ini menguntungkan karena perusahaan media lama terpecah dan bergabung, setiap orang meluncurkan platform streaming mereka sendiri, dan platform media sosial terus berubah,” tutur Maddox.
Menurut Fast Company, kenyataannya saat ini di Amerika Serikat hanya 68,8 juta orang berlangganan layanan televisi berbayar konvensional. Angka terendah yang pernah dicatat. YouTube kemudian bisa memanfaatkan konsumen yang mencari alternatif yang lebih murah untuk program televisi konvensional.
Selain itu, dikutip dari New York Times, layanan video ini memiliki performa yang baik di kalangan penonton muda. Menurut perusahaan riset Nielsen, pada Mei 2024 sekitar 48% dari penonton YouTube di televisi berasal dari kelompok usia di bawah 34 tahun. Sebagai perbandingan, Netflix memiliki 43% penonton dari kelompok usia tersebut. Cuma Disney+, dengan konten yang ramah anak yang lebih unggul dalam demografi itu.
“Jangkauannya yang begitu luas, itu yang mendorong kekuatannya (YouTube),” ujar wakil presiden senior strategi produk Nielsen, Brian Fuhrer kepada New York Times.
Faktor lainnya, ditulis Tech Spot, yang membuat YouTube unggul adalah investasi perusahaan yang berkelanjutan dalam distributor program video multisaluran virtual, yang sudah melampaui delapan juta pelanggan. YouTube pun mengoptimalkan pengalaman aplikasi televisinya, memperkenalkan fitur-fitur yang dirancang untuk meningkatkan tampilan layar lebar.
Keluasan dan kedalaman YouTube juga tak tertandingi. Ada banyak acara dan film Hollywood di sini, perpustakaan video musik terbesar di dunia, hingga petunjuk tentang cara memperbaiki hampir semua peralatan.
Situasi kini terbalik dibanding saat YouTube baru saja muncul 20 tahun lalu. Sekarang, stasiun televisi, khususnya di Indonesia, malah mengambil video-video dari YouTube untuk program mereka, demi menaikkan rating. Dan, lebih jauh, banyak stasiun televisi menemui ajal lantaran kalah bersaing dengan YouTube yang kini bisa ditonton di televisi dalam ruang keluarga.
"Orang sekarang lebih banyak menonton YouTube ketimbang televisi. Akibatnya, pendapatan televisi dari iklan turun drastis, padahal bisnis televisi terestrial membutuhkan modal besar dan padat tenaga kerja,” kata Ketua Komisi Hukum Dewan Pers, Arif Zulkifli kepada Alinea.id, belum lama ini.


Berita Terkait
SPCI laporkan manajemen CNN Indonesia ke polisi
Abai pemenuhan hak di balik pemberangusan serikat pekerja pers
GTV tambah game show baru, yang tonton siap-siap kebagian!
Apa penyebab kematian Presenter TV Inggris Michael Mosley di pulau Symi, Yunani?

