Psikolog dan praktisi hipnoterapi Liza Marielly Djaprie menilai, penyebab stres yang paling banyak dihadapi para caleg, karena ada perbedaan yang jauh antara ekspektasi dan realitasnya.
“Semakin jauh hubungan antara keduanya semakin stres dia,” katanya saat dihubungi, Kamis (2/5).
Kondisi ini, kata Liza, akan diperparah dengan tidak adanya manajemen emosi yang baik dari caleg itu. Ketiadaan kecerdasan emosional dalam diri seseorang akan memantik reaksi berlebih.
“Komponen kecerdasan emosional itu banyak. Salah satunya, bagaimana kita mengendalikan stres, bagaimana kita bisa bersikap fleksibel menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupan,” ujarnya.
Liza melanjutkan, besarnya pertaruhan yang sudah diambil para caleg, ketika ia maju dalam pemilihan legislatif membuat stres itu semakin menumpuk. Terkadang, katanya, meninggalkan pekerjaan. Bahkan hingga menjual asetnya untuk menutupi biaya kampanye.
“Ketika gagal, dia akan kembali terpikirkan soal pekerjaannya yang telah hilang dan utangnya yang menumpuk,” ujar Liza.

Usai pileg, beberapa caleg yang gagal dalam kompetisi politik mengalami goncangan jiwa.