Menurut Sekretaris Umum Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina) sekaligus pengamat budaya Tionghoa, Aji Chen Bromokusumi, fengsui adalah metode perhitungan nasib, yang punya acuan bersifat universal. Bersumber dari unsur-unsur kosmos.
Aji menekankan, fengsui bukan sebuah praktik ilmu bermuatan klenik atau takhayul. Fengsui, kata Aji, berlandaskan metode perhitungan yang ada di kalender Tiongkok, disebut tong shu.
“Dalam setiap kelompok budaya kuno, memiliki perhitungan serupa fengsui. Misalnya, Suku Inka, Maya, dan Arab,” ujar Aji saat dihubungi, Jumat (24/1).
Lebih lanjut, ia mengatakan, dalam perhitungan menurut fengsui kuno, berlaku tolak ukur berdasarkan 12 shio yang dilambangkan dengan 12 hewan. Lima elemen, yakni logam, kayu, api, air, dan tanah, kata Aji menyimbolkan susunan alam semesta.