Film yang dibintangi Maudy Koesnaedi ini mengangkat tema agama yang cukup sensitif bagi sebagian masyarakat Indonesia, tentang kehidupan seorang biarawati dan cinta terlarangnya di Semarang, Jawa Tengah pada 1980-an.
Suster Maryam (Maudy Koesnaedi) digambarkan mengabdikan dirinya untuk merawat para biarawati berusia senja di sebuah asrama. Suster Maryam merupakan orang yang cekatan memandikan, menyiapkan makanan, bersih-bersih, dan menyiapkan segala kebutuhan suster-suster sepuh.
Suatu hari, datang Romo Yosef (Chicco Jerikho) yang mengantar Suster Monic (Tutie Kirana) ke asrama. Romo Yosef lantas berkenalan dengan para suster di asrama, termasuk Suster Maryam yang membawakannya handuk untuk mengeringkan diri usai kuyup kehujanan.
Pertemuan pertama itu tampaknya tak bisa dilupakan oleh Romo Yosef. Ia pun mengajak Suster Maryam untuk berkencan, secara langsung maupun melalui surat yang ia titipkan kepada gadis kecil pengantar susu, Dinda (Thania), dan seorang suster sepuh. Beberapa kali, ajakan itu ditolak oleh Suster Maryam. Namun, akhirnya Suster Maryam luluh dan menerima ajakan kencan Romo Yosef.