Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tak serta-merta meredup setelah resmi menjadi organisasi yang dilarang pemerintah. Bahkan, menurut para pentolannya, HTI tetap berdakwah menyebarluaskan ide khilafah. Mereka mengklaim, jumlah pengikut HTI malah bertambah.
"Coba saja masuk ke masjid-masjid. Bila di situ ada yang menyerukan penerapan syariat Islam, maka kemungkinan jemaah kami," ujar anggota HTI Temanggung, Jawa Tengah, Mustaqim, saat dihubungi Alinea.id, Sabtu (8/2).
Direktur Eksekutif Indonesian Muslim Crisis Center Robi Sugara mengatakan, HTI kini justru kian andal meraup simpati umat setelah ormas itu dilarang.
"Semakin luas jangkauan mereka. Rata-rata dari mereka beroperasi di YouTube dan sosial media. Beberapa dari mereka ada yang membuat entitas baru meskipun tidak ada embel-embel khilafahnya," kata dia.
HTI, lanjut Robi, juga kian piawai memainkan isu sebagai bentuk resistensi terhadap kebijakan pemerintah. Ia mencontohkan beragam aksi protes yang digelar HTI menolak Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS).
Alih-alih mengebiri HTI, Robi memandang, pemerintah justru blunder ketika menetapkan ormas itu sebagai ormas terlarang. "Buah dari kebijakan itu membuat kelompok ini justru tidak terlokalisir. Jadi, ke mana-mana. Ini menjadi problem baru," kata dia.