Mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus akademikus Komaruddin Hidayat angkat bicara tentang kegaduhan di Ponorogo terkait isu kiamat. Menurutnya, Thoriqoh Musa sebagai kelompok penganut agama Islam yang ekslusif.
“Ceramahnya itu-itu saja, mereka menjadi salah satu bentuk cultic religion. Biasanya fanatik pada gurunya,” kata Komaruddin saat dihubungi reporter Alinea.id, Rabu (20/3).
Cultic religion atau agama kultus menurut Komaruddin adalah sikap fanatik, tak hanya pada ajaran agama, tetapi juga pada sosok pemimpin mereka. Menurutnya, bila warga Desa Watubonang mendengarkan ceramah dari penceramah yang berbeda-beda, peristiwa eksodus dari kampungnya itu takkan terjadi.
“Coba kalau dengarkan ceramah yang berbeda-beda, misal dari yang klasik, modern, tarekat, dan lainnya, maka mereka akan tidak mudah percaya dengan satu fatwa. Itu bisa diantisipasi,” kata penulis buku Iman yang Menyejarah (2018) itu.
Komaruddin melanjutkan, hijrah karena fatwa Thoriqoh Musa—maupun Miftahul Falahil Mubtadiin—akan sangat mudah dan kerap terjadi, terlebih di masyarakat Jawa yang lekat dengan takhayul.
Ia pun memandang, berkembangnya pemahaman apokaliptik—berkaitan dengan kehancuran atau kiamat—umumnya terjadi dalam masyarakat yang terisolasi dari lingkungan luar.