Salah satu pengakuan Siti yang mencengangkan di dalam buku Saatnya Dunia Berubah adalah kecurigaannya terhadap virus flu burung yang dijadikan bahan untuk membuat senjata biologi.
“Apakah akan diperdagangkan menjadi vaksin atau alat diagnosis, atau bahkan akan dibuat senjata biologi, tak seorang pun di negara penyetor virus tahu,” tulisnya.
Ia menulis, negara berkembang yang terpapar flu burung harus memberikan virus gratis ke WHO, dan negara penyetor tak tahu apa yang akan dilakukan terhadap virus yang disetor itu. Siti mengkritik sangat tertutupnya data sequencing DNA H5N1 yang disimpan WHO. Dari sana timbul kecurigaan.
Kemudian, ia mendapat jawaban setelah membaca artikel “Scientists split over sharing of H5N1 data” di koran Singapura, Straits Times edisi 27 Mei 2006.
Selama ini, tulisnya, data sequencing H5N1 yang dikirim ke WHO hanya dikuasai ilmuwan di Los Alamos National Laboratory di New Mexico, Amerika Serikat.
“Hal ini sangat mengagetkan saya karena laboratorium Los Alamos berada di bawah Kementerian Energi, Amerika Serikat. Di laboratorium inilah dirancang bom atom untuk mengebom Hiroshima di tahun 1945,” tulis Siti.